Wayan Seriasih
STKIP Agama Hindu Singaraja

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TINJAUAN DAUN MIMBA (INTARAN) DARI SISI MITOLOGI DAN USADHA BALI Wayan Seriasih
Jurnal IKA Vol. 18 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ika.v18i1.31504

Abstract

Ada istilah dalam bahasa Bali menyebutkan "Alisne madon intaran'. Maksudnya alis yang menyerupai bentuk seperti daun intaran. Daun intaran digunakan sebagai lambang alis, karena memang dari segi bentuknya menyerupai alis yang indah. Da¬un intaran digunakan dalam rangkaian upacara mempreteka mayat yang sudah dimandikan. Bentuk daun intaran yang sangat indah, dengan pengharapan ketika orang yang ber-reinkarnasi lagi alisnya bentuknya bagus menyerupai daun intaran yang inclab. Sebagai alis orang yang meninggal, daun ini diletakkan di atas atau menurupi alis sawa (mayat). Daun intaran juga dimanfaatkan untuk kebutuhan upakara lainnya. Sebagaimana fungsinya, bentuk daun intaran memang menyerupai alis manusia. Daunnya bersirip atau bergerigi, warna hijau kekuningan. Kata usadha berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ausadha yang berarti tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Tetapi batasan usadha di Bali lebih luas, usadha adalah semua tata cara untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memperkirakan jenis penyakit/diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya. Kalau dilihat secara analogi, hampir sama dengan pengobatan modern. daun mimba memiliki banyak kegunaan baik untuk upacara keagamaan khususnya upacara kematian, dimana daun tersebut diletakkan di alis mayat dengan tujuan pada saat inkarnasi nanti memiliki alis yang indah seperti daun mimba. Sedangkan manfaat daun mimba dalam dunia pengobatan sangat banyak yaitu berkhasiat sebagai antibakteri, antiviral, antidiuretic, antifungal, dan anti sedative. Selain itu intaran juga bisa digunakan untuk obat berbagai macam penyakit seperti : alergi, amandel, asma,radang sendi, ambeven (wasir),obat batuk, bisul kencing manis (diabetes), mencret, dan lainnya.
KOMODIFIKASI TARI KECAK DALAM SENI PERTUNJUKAN DI BALI (KAJIAN ESTETIKA HINDU) Wayan Seriasih
Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu Vol 2 No 2
Publisher : STKIP AGAMA HINDU SINGARAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.835 KB) | DOI: 10.36663/wspah.v2i2.17

Abstract

Tari Kecak adalah salah satu jenis kesenian tradisional dari Bali yang diciptakanpada kisaran tahun 1930 oleh seorang penari sekaligus seniman dari Bali yakni WayanLimbak. Selain antusias masyarakat Bali terhadap seni garapan Wayan Limbak ternyatapara wisatawan yang berkunjung ke Bali juga sangat tertarik dalam menyaksikan sebuahpertunjukan gerak seni ini. Tak heran jika pemerintah daerah setempat menjadikan tarianini sebagai salah satu icon kesenian dan kebudayaan daerah. Tari tradisional Bali iniberfungsi sebagai sarana hiburan sekaligus usaha melestari kebudayaan Hindu di Bali.Dalam tarian ini hampir tidak ada alat musik pengiring kecuali suara gemerincing sertasuara “cak-cak-cak-cak” dari para penari. Sendratari ini menceritakan tentang kisahRamayana yakni peristiwa diculiknya Dewi Shinta oleh Rahwana hingga pembebasannyayang dilakukan oleh Rama beserta pasukannya. Secara estetis Tari Kecak dapat dilihatdalam setiap ritme gerakannya dan juga tempat pementasannya.