Rena Juliana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

RITUAL BAKAR KEMENYAN DITINJAU DARI ASPEK KOMUNIKASI SOSIAL (Studi Kasus Masjid Gudang Buloh Kabupaten Nagan Raya-Aceh) Muzakkir Muzakkir; Rena Juliana; Reni Juliani
KAREBA : Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 9 No. 1 Januari – Juni 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31947/kareba.v9i1.10545

Abstract

Sebagian besar masyarakat di Aceh masih mengikuti tradisi turun temurun dan dipraktikkan hingga sekarang. Di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, ritual bakar kemenyan di dalam masjid masih tetap dipertahankan, suatu upcara ritual yang diyakini dan dipercaya mengandung nilai keramat. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Peneliti turun langsung ke lapangan. Setelah peneliti melakukan observasi, mendapatkan data dari berbagai sumber dan wawancara, selanjutnya penulis analisis untuk menjadi bahan kajian. Ritual bakar kemenyan yang merupakan tradisi nenek moyang dari zaman ke zaman yang dilakukan secara turun-temurun sampai saat ini terus berkembang. Lokasi penelitian di Masjid Syeikh Syaikhuna Gudang Buloh, Desa Ujong Pasie, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya. Hasilnya; pertama, ritual bakar kemenyan dalam masjid itu merupakan warisan masa lalu hingga saat ini masih terus dilestarikan bahkan semakin berkembang dan telah menjadi suatu kepercayaan bagi sebagian masyarakat. Kedua, ritual bakar kemenyan (yang dituntun oleh khadam masjid setempat) kepada setiap masyarakat yang mempunyai hajat (nazar). Ketiga, Masjid Gudang Buloh diyakini oleh sebagian masyarakat mengadung nilai keramat. Praktik bakar kemenyan itu dilakukan setiap hari bagi masyarakat yang melepaskan nazarnya. Keempat, dalam perspektif komunikasi sosial, ritual bakar kemenyan tersebut sekaligus menjadi proses sosialisasi penerusan nilai-nilai lama yang diangungkan oleh suatu masyarakat, dan melalui komunikasi sosial kesadaran masyarakat dapat terbina ukhuwah dan persaudaraan, sehingga apa yang diyakini oleh masyarakat tercapai. Atas keyakinan tersebut ritual bakar kemenyan tetap dipertahankan.