This study aims to reveal the ability of social media literacy in migrants as a means of self and group existence. And will explore how the shape of interaction that occur between migrants and indigenous people on social media, to realize social integration. This research uses a qualitative approach. Collected 20 conversation transcripts from WhatsApp Group (WAG) then analyzed with Teun A. Van Dijk's Critical Discourse Analysis technique. Where there are three main aspects to be investigated, namely the structure of discourse, social cognition and social analysis. The results of this study indicate that migrants have been able to use social media as a means of self-existence and social interactions have occurred between migrants and natives, both in terms of culture, education, economics, social and politics. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan literasi media sosial masyarakat pendatang sebagai sarana eksistensi diri dan kelompoknya. Dan akan melihat bagaimana bentuk interaksi yang terjadi antar warga pendatang dan warga pribumi di media sosial, untuk mewujudkan integrasi sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dikumpulkan 20 transkrip perbincangan dari WhatsApp Group (WAG) kemudian dianalisis dengan teknik Analisis Wacana Kritis versi Teun A. Van Dijk. Di mana terdapat tiga aspek utama yang akan diteliti yaitu struktur wacana, kognisi sosial dan analisis sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warga pendatang telah mampu menggunakan sosial media sebagai sarana eksistensi diri dan telah terjadi interaksi sosial antara warga pendatang dan pribumi, baik dalam aspek budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan politik.