Nita Arisanti
Departemen Ilmu Kesehatan MAsyarakat FK UNPAD

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pelayanan Preventif Terhadap Pasien Anak Yang Diberikan Oleh Dokter Praktek Umum Mandiri Di Kecamatan Soreang Abdullah Mushlih; Nita Arisanti; Kuswandewi Mutyara
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.414 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i3.11959

Abstract

Pelayanan preventif dapat menghemat biaya kesehatan dan sesuai dengan masalah kesehatan yang banyak terjadi pada anak, namun pelaksanaan pelayanan ini masih rendah. Pelayanan preventif yang menjadi kompetensi dokter umum antara lain imunisasi, skrining dan pengurangan risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi jenis dan faktor yang memengaruhi perilaku pemberian pelayanan preventif pada pasien anak. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan terhadap dokter praktik umum mandiri di Kecamatan Soreang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada dokter mengenai pelayanan preventif yang diberikan kepada pasien anak dan faktor yang memengaruhinya sampai didapat jawaban pertanyaan yang jenuh. Analisis data dilakukan dengan transkripsi, reduksi dan kategorisasi. Penelitian ini dilakukan dari September sampai Desember 2015. Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hasil wawancara mendalam dilakukan kepada 5 orang informan. Dua dari lima informan melakukan pelayanan imunisasi, namun hanya jenis imunisasi dasar. Seluruh informan tidak melaksanakan skrining, identifikasi risiko, dan pengurangan risiko secara rutin hanya yang menjadi bagian dari proses pengobatan pasien yang dilakukan. Perilaku pemberian pelayanan preventif dipengaruhi oleh, motivasi dan pengetahuan dokter, sosial ekonomi pasien, waktu pelayanan, fasilitas, permintaan pasien, pedoman dan peraturan. Kesimpulan perilaku pemberian pelayanan preventif terhadap pasien anak yang diberikan oleh dokter umum praktek mandiri belum menjadi kegiatan yang rutin diberikan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya antara lain motivasi dan pengetahuan dokter, waktu pelayanan, fasilitas, sosial ekonomi pasien, permintaan pasien, pedoman, dan peraturan.Kata Kunci: Anak, dokter umum, pelayanan preventif
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik pada Guru SMP Swasta Berbasis Agama Katolik di Kota Bandung terkait Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sebagai Upaya Pencegahan HIV/AIDS Hestia Nur Annisa; Rudi Wisaksana; Nita Arisanti
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 4, No 2 (2018): Volume 4 Nomor 2 Desember 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.772 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v4i2.20688

Abstract

Penderita terbanyak HIV di Indonesia berusia 20-29 tahun, dengan lama masa inkubasi, maka pertama kali terpapar virus HIV usia 10-19 tahun. Sebelum melakukan intervensi, lebih baik dilakukan survey terlebih dahulu kepada guru. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik guru SMP swasta berbasis Agama Katolik di Kota Bandung terkait pendidikan kesehatan reproduksi. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penentuan jumlah sampel pada penelitian secara total sampling dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 di SMP swasta berbasis agama Katolik di Kota Bandung. Sampel penelitian melibatkan seluruh guru. Kriteria Inklusi penelitian adalah guru dengan minimal mengajar 1 tahun, dan kriteria eksklusi berupa guru yang tidak hadir dan/atau tidak bersedia menjadi responden saat pengambilan data. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 responden. Pengetahuan guru SMP Swasta berbasis agama katolik di Kota Bandung terkait pendidikan reproduksi (100%) tergolong baik, sikap (100%) tergolong positif, dan praktik guru 87% pernah melakukan pendidikan kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap guru sudah baik. Pada aspek praktik, hampir semua guru telah melakukan pendidikan kesehatan reproduksi. Beberapa guru yang belum pernah melakukan pendidikan kesehatan reproduksi dapat dipengaruhi oleh perbedaan kewajiban mata pelajaran yang diajarkan.Kata Kunci: HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, Praktik, Sikap
Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Dokter Puskesmas di Kota Bandung Terhadap Pengembangan Karir Sebagai Dokter Layanan Primer Tahun 2016 Muhammad Ananta Winarto; Elsa Pudji Setiawati; Nita Arisanti
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3 Maret 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.43 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i3.16987

Abstract

Dokter layanan primer dapat menjadi pilihan dalam pengembangan karir dokter umum di Indonesia. Kehadiran dokter layanan primer menimbulkan pendapat dan sikap dari berbagai pihak. Pendapat dan sikap muncul setelah seseorang memiliki pengetahuan dan persepsi terhadap sesuatu. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan dan persepsi dokter yang bekerja di puskesmas kota Bandung terhadap dokter layanan primer. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan pada Bulan September-November 2016 di 73 Puskesmas di Kota Bandung dengan studi desain deskriptif kuantitatif dan kualitatif minor. Data diambil menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan dan persepsi terhadap dokter layanan primer yang disebar kepada dokter fungsional yang berada di Puskesmas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Terkumpul data dari 70 dokter fungsional yang berasal dari 57 Puskesmas di Kota Bandung. Hasil analisis data didapatkan bahwa 20,0% responden memiliki pengetahuan baik, 61,4% cukup, dan 18,6% responden kurang. Untuk aspek persepsi, responden yang memiliki persepsi positif dan negatif sama-sama sebesar 50% terhadap dokter layanan primer. Sebagian besar responden masih belum memiliki pengetahuan yang baik terhadap dokter layanan primer, sehingga disertai masih terdapatnya setengah responden yang memiliki persepsi negatif terhadap dokter layanan primer.Kata kunci: dokter layanan primer, dokter puskesmas.
Deteksi Dini Pengalaman Kekerasan Pada Anak Di Tingkat Keluarga Di Kecamatan Jatinangor Nurusofa Surti Dewi; Nita Arisanti; Viramitha Kusnandi Rusmil; Nanan Sekarwana; Meita Dhamayanti
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.064 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i3.11956

Abstract

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014, menyatakan setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kejadian  terbanyak  kekerasan  pada  anak  terjadi  di  tingkat  keluarga.  Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran dan karakteristik kekerasan pada anak di tingkat keluarga di Kecamatan Jatinangor sebagai deteksi dini terhadap kekerasan. Penelitian ini dilakukan menggunakan studi desain deskriptif kuantitatif dengan rentang waktu pengambilan data September sampai November 2016 secara satu kali potong lintang pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) aktif berusia 13-15 tahun di Kecamatan Jatinangor, Kab. Sumedang dengan sampel valid diambil sebanyak 98 orang. Ditinjau dengan kejadian terbanyak berdasarkan pengalaman kekerasan di rumah dan lingkungan yaitu pernah melihat orang dewasa di rumah meneriaki dan berteriak yang membuat takut (37.8%), serta berdasarkan jenis pengalaman disiplin dan mendapatkan tindak kekerasan   yaitu   memberi   sesuatu   istimewa   atau   uang   (90.82%).   Berdasarkan pengalaman  pola  asuh  yaitu  terluka/jatuh  karena  tidak  ada  orang  dewasa  yang mengawasi (27.6%), berdasarkan pengalaman kejadian menakutkan yaitu seseorang masuk ke rumah untuk mencuri sesuatu (16.34%), dan berdasarkan pengalaman kekerasan  seksual  yaitu  menyuruh  melihat  organ  vital/pribadinya  atau  sebaliknya (8.2%). Sebagian besar anak pernah mengalami kekerasan di rumah dan sekitarnya.Kata Kunci: kekerasan pada anak, keluarga, pengalaman
Hubungan Frekuensi Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Terhadap Mental Emosional Anak Sd Di Kecamatan Jatinangor Dinda Yulia; Meita Dhamayanti; Nita Arisanti
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 4, No 4 (2019): Volume 4 Nomor 4 Juni 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.126 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v4i4.23003

Abstract

Televisi merupakan media audio dan visual yang berfungsi menyampaikan informasi kepada seluruh kalangan melalui berbagai tayangan televisi, salah satunya pada anak-anak. Berbagai tayangan televisi membuat anak tertarik menonton hingga berjam-jam. Tayangan televisi dapat bersifat positif dan negatif. Tayangan televisi yang bersifat negatif seperti tayangan kekerasan memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental. Dampak masalah kesehatan mental dapat berupa terbentuknya tekanan emosional dan perilaku antisosial pada setiap individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi menonton tayangan kekerasan di televisi terhadap status mental emosional anak sekolah dasar (SD)  di Kecamatan Jatinangor. Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan studi desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan kuisioner televisi dan kuisioner Strength Difficulties Questionare (SDQ). Data didapatkan dari  siswa Sekolah Dasar berusia 11-12 tahun di Kecamatan Jatinangor pada bulan Agustus s.d. Oktober 2018. Penelitian ini menggunakan  teknik cluster sampling dan purposive  sampling di tiap cluster yang melibatkan responden sebanyak 125 orang  yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil uji statistik gamma menunjukkan bahwa frekuensi menonton tayangan kekerasan di televisi terhadap mental emosional anak memiliki nilai p = 0,243 (p>0,05) dan r = 0,236 (r > 0,0). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara frekuensi menonton tayangan kekerasan di televisi terhadap status mental emosional anak sekolah dasar (SD) di Kecamatan jatinangor.Kata Kunci : Anak, Masalah Mental Emosional, Televisi