Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Prevalence and Risk Factors of Fasciolosis in Bali Cattle in Ujung Loe Subdistrict, Bulukumba Regency Eka Anny Sari; Hadi Purnama Wirawan; Fika Yuliza Purba
Jurnal Riset Veteriner Indonesia (Journal of The Indonesian Veterinary Research) VOLUME 4 No. 1, JANUARY 2020
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jrvi.v4i1.8167

Abstract

This study aimed to determine the prevalence and risk factors of fasciolosis in Bali cattle in Ujung Loe District, Bulukumba Regency. A total of 157 Balinese cattle fecal samples were collected and selected proportionally from 13 villages in Ujung Loe Subdistrict, Bulukumba Regency. The fecal examination was carried out by the sedimentation method to detect the presence of Fasciola sp. eggs based on the morphology. Risk factors of fasciolosis such as animal age, management, cage condition, intermediate host control, and farmer knowledge were analyzed using Chi-square and Odds Ratio. The results of this study indicated that the prevalence of fasciolosis in Ujung Loe District, Bulukumba Regency was 4.4%. The results of the Chi-square analysis showed that age and management system had a relationship with the incidence of fasciolosis, while other factors were not related to fasciolosis.
Uji histopatologi sebagai metode baru dalam diagnostik penyakit rabies pada anjing liar Nurlia Nurlia; Fatmawati Nur; Hadi Purnama Wirawan
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 3 No 2 (2023): Mei-Agustus
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v3i2.29550

Abstract

Peningkatan kasus gigitan anjing memicu kekhawatiran masyarakat akan penularan penyakit rabies, padahal tidak semua gigitan anjing akan menyebabkan infeksi penyakit rabies. Rendahnya sensitivitas diagnosis secara klinis sehingga dibutuhkan metode diagnostik dengan hasil yang lebih akurat, salah satunya melalui pemeriksaan laboratorium dengan uji histopatologi. Tujuan penelitian yaitu untuk diagnosis penyakit rabies pada anjing liar dengan uji histopatologi untuk mengetahui terinfeksi atau tidaknya anjing yang diuji. Penelitian ini menggunakan uji histopatologi dengan sampel jaringan hippocampus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel uji, tidak ditemukan adanya negri bodies yang menandakan bahwa sampel anjing yang dijadikan hewan uji tidak mengidap penyakit rabies (tidak terinfeksi virus rabies).
Analisis aflatoksin pada pakan ayam buras dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Dhea Nanda Zainuddin; Hafsan Hafsan; Rusmadi Rukmana; Hadi Purnama Wirawan
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 4 No 1 (2024): Januari-April
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v4i1.29655

Abstract

Aflatoksin, senyawa toksin yang umumnya dihasilkan oleh jamur Aspergillus, dapat membahayakan kesehatan hewan dan manusia melalui produk-produk hewani terkontaminasi. Penelitian ini mengevaluasi tingkat kontaminasi aflatoksin pada pakan ayam buras menggunakan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Mini riset dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan. Pendekatan analitik kuantitatif dengan metode deskriptif digunakan untuk menyelidiki konsentrasi aflatoksin dalam sampel. Hasilnya menunjukkan nilai absorbansi sampel dan konsentrasi aflatoksin ketiga sampel pakan ayam buras menunjukkan kandungan aflatoksin berbeda, namun semuanya berada di bawah batas maksimum 20 ppb sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 3144:2015. Metode ELISA terbukti efektif dan dapat diandalkan dalam mendeteksi aflatoksin dengan tingkat sensitivitas tinggi. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa ELISA adalah alat yang efektif untuk memantau kontaminasi aflatoksin dalam pakan ayam buras. Meskipun hasil saat ini memenuhi standar keamanan, pendekatan preventif dan pemantauan terus-menerus tetap penting untuk menjaga kesehatan ternak dan keamanan hasil ternak. Pengembangan metode analisis yang lebih inovatif di masa depan akan memperkuat upaya deteksi dini dan pencegahan optimal dalam penyediaan pakan yang aman dan berkualitas tinggi.
Deteksi keberadaan bakteri pengkontaminasi pangan Salmonella sp. pada telur Risdayanti Risdayanti; Ulfa Triyani A Latif; Hadi Purnama Wirawan
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 3 No 3 (2023): September-Desember
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v3i3.29811

Abstract

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen seperti Salmonella sp. yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella sp. pada telur ayam. Penelitian ini dilakukan degan menggunakan sampel telur ayam yang kemudian diuji di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Balai Besar Veteriner Maros dengan menggunakan 3 media selektif untuk pertumbuhan koloni yaitu media Xylose Lysine Deoxychoalate agar (XLD), Hektoen Enteric agar (HE) dan Bismuth Salt Agar (BSA). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 3 media uji yang digunakan menunjukkan hasil yang negatif atau tidak ada pertumbuhan bakteri Salmonella sp., sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel telur yang diuji pada penelitian ini tidak terkontaminasi dengan bakteri patogen Salmonella sp..
Identifikasi telur cacing nematoda pada sampel feses babi (Sus barbatus) pada Balai Besar Veteriner Maros Riakurnaini Riakurnaini; Rusmadi Rukmana; Hadi Purnama Wirawan
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 3 No 3 (2023): September-Desember
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v3i3.29814

Abstract

Parasit adalah salah satu jenis organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan ternak dan makhluk hidup lainnya. Kerugian tersebut terjadi dikarenakan adanya kerusakan pada organ dan sistem organ sehingga berakibat fatal bahkan kematian dan kerugian bagi peternak. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis telur nematoda yang terindikasi sebagai telur parasit pada tubuh hewan ternak yaitu hewan ternak babi. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode apung dengan menggunakan sampel feses babi. Penelitian dilakukan di Balai Besar Veteriner Maros. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada sampel feses babi yang diteliti terdapat telur Ascaris lumricoides dan Eimeria sp. Hal ini membuktikan bahwa hewan ternak babi telah terinfeksi parasit nematoda yang kemungkinan berasal dari lingkungan peternakan atau berasal dari pakan yang dikonsumsi.
Deteksi Brucella melitensis pada kambing (Capra hircus) dengan metode Rose Bengal Test (RBT) di Balai Besar Veteriner Maros Nurhaida Nurhaida; Zulkarnain Zulkarnain; Hadi Purnama Wirawan
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 4 No 1 (2024): Januari-April
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v4i1.45844

Abstract

Brucellosis menjadi salah satu penyakit zoonotik yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yaitu Brucella yang sangat berbahaya bagi kesehatan hewan ataupun manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Brucella melitensis pada sampel serum darah kambing. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Serologi Balai Besar Veteriner Maros dengan menggunakan metode Rose Bengal Test (RBT). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 110 sampel yang diuji terdapat 2 sampel yang menunjukkan reaksi aglutinasi. Hal ini menandakan bahwa adanya antibodi Brucella pada kedua sampel tersebut. Namun, untuk memastikan hasil tersebut, perlu dilakukan pengujian lanjutan, seperti uji pengikatan komplemen atau Complement Fixation Test (CFT) dan uji Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk menghindari terjadinya positif palsu yang kemungkinan dapat terjadi pada metode RBT.