Abdul Rahman
Hasanuddin University

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENINGKATAN KAPABILITAS PEJABAT PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAN BENDAHARA DALAM PENATAUSAHAAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN TRANSAKSI NON TUNAI Aini Indrijawati; Mediaty; Muhammad Achyar Ibrahim; Abdul Rahman; Rosnawintang
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2020): Jurnal Panrita Abdi - Oktober 2020
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v4i3.8107

Abstract

Abstract. The application of non-cash transactions aims to provide flexibility and convenience to Treasurers and recipients of services in the implementation of non-cash payment transactions while ensuring transparent and accountability elements, while Commitment Making Officers (PPK) can be used as controls so that non-cash transactions can be referred , is verified and analyzed which will have an impact on the issuance of SPM, and is used to prepare financial reports and audit purposes. The purpose of the implementation of community service activities is to increase the capability of financial administration officials so that the realization of accountability and transparency in financial management, this can only be achieved if various supporting factors have been fulfilled such as the preparation of regulations and policies, preparation of competent human resources and integrated information systems that are adequate. Community service activities are carried out using lecture and tutorial methods. The reality on the ground shows that the problem that arises in overcoming government regulations regarding non-cash transactions is the lack of understanding of the staff of the Bone district government finance regarding the rules relating to the management of non-cash cash. The results of this activity indicate an increase in the capability of the treasurer of expenditure to manage non-cash transactions properly, this is evident in the documents used in the implementation of non-cash transactions that are complete and able to show elements of transparency and accountability. Keywords: Non-cash transactions, administration, accountability.   Abstrak. Penerapan transaksi  non-tunai  bertujuan agar dapat memberikan fleksibilitas dan kemudahan kepada Bendahara dan penerima jasa dalam pelaksanaan transaksi pembayaran non-tunai dengan tetap menjamin unsur transparan dan akuntabilitas, sedangkan bagi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat dijadikan kontrol sehingga transaksi non-tunai dapat dirujuk, diverfikasi dan dianalisis yang akan berdampak di terbitkannya SPM, serta digunakan untuk pembuatan laporan keuangan dan kepentingan pemeriksaan. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian adalah untuk meningkatkan kapabilitas pejabat penatausahaan keuangan agar terwujudnya akuntabilitas dan transparasi pengelolaan keuangan, ini hanya dapat dicapai apabila berbagai faktor pendukung sudah terpenuhi seperti penyiapan regulasi dan kebijakan, penyiapan SDM yang berkompeten serta sistem informasi yang terintegrasi sudah memadai. Kegiatan pengabdian dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan tutorial. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul dalam mengatasi peraturan pemerintah tentang transaksi non-tunai adalah kurangnya pemahaman staf bagian keuangan pemerintah kabupaten Bone tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan pengelolaan kas non tunai. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan kapabilitas bendahara pengeluaran untuk mengelola transaksi non tunai dengan baik, hal ini nampak pada dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan transaksi non tunai telah lengkap dan mampu menunjukkan unsur transparan dan akuntabilitas. Kata Kunci: Transaksi non tunai, penatausahaan, pertanggungjawaban keuangan
Evaluation of Pelvic Floor Muscle Strength and Anal Spinchter Defects in Women Post Repair Obstetric Anal Spinchter Injuries Sarnisyah Dwi Martiani; St. Nur Asni; Abdul Rahman; Muh. Firdaus Kasim; Trika Irianta; Eddy Tiro
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 2 September 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n2.385

Abstract

Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi defek sfingter ani dan disfungsi otot dasar panggul pada perempuan pasca repair trauma sfingter ani obstetri.Metode: Analitik observasional yang dikembangkan dengan desain kohort prospektif. Perempuan yang mengalami Repair Trauma Sfingter Ani Obstetri pada Bulan Januari 2020-Juni 2021 di beberapa RS jejaring Makassar dinilai defek pasca repair dan keluhan subjektif menggunakan USG Transperineal (Alpinion cube 5 dengan probe transvaginal), Skor Wexner, Numeric Pain Rating Scale dan Perineometer (Peritron 9300 V) yang dilakukan dalam 3 kali pengukuran yaitu pada bulan 1, 3 dan 6 pasca repair. Data diuji menggunakan Mann-Whitney test, Cochrane dan Independent T test. Data diolah menggunakan SPSS 24.Hasil: Dari 51 sampel yang dilakukan pemeriksaan, didapatkan rata-rata usia 27.82±4.04 tahun dengan rerata IMT 24.52±4.31 kg/m2. Sampel didominasi oleh primipara sebanyak 41(80,4%). Rerata berat bayi 3312.75±424.24 gram. Terdapat 5 (9,8%) Pasien yang mengalami defek pasca repair, rerata skor wexner pada sampel dengan defek sfingter ani 1.60±1.14 pada bulan pertama, terdapat perbedaan yang signifikan pada dispareunia (p<0.05) dengan rerata 3.33±1.15 pada sampel dengan defek sfingter ani pada bulan keenam. Tampak peningkatan rerata skor kekuatan otot panggul pada perempuan tanpa defek sfingter ani. Kesimpulan: Gejala subjektif dapat ditemukan pada perempuan tanpa defek sfingter ani. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul dapat terjadi seiring bertambahnya waktu pasca repair.Evaluation of Pelvic Floor Muscle Strength and Anal Sphincter Defects in Post Obstetric Anal Sphincter Injuries Repair WomenAbstractObjectives: The goal of this study was to look at anal sphincter deficiencies and pelvic floor muscle dysfunction in women who had obstetric anal sphincter injuries and had them repaired.Methods: Analytical was created as an observational study with a cohort prospective design. Women who underwent OASIS Repair in multiple Makassar hospitals between January 2020 and June 2021 were assessed subjectively using Transperineal Ultrasound (Alpinion cube 5 ultrasound with transvaginal probe), Wexner Score, Numeric Pain Rating Scale, and Perineometer (Peritron 9300 V) at 1, 3, and 6 months after repairs. The data was analyzed using the Mann-Whitney test, Cochran test, and Independent T test in SPSS 24. Result: The average age of the 51 samples that underwent the assessment was 27.82.04 years, with a mean BMI of 24.524.31 kg/m2. Up to 41 percent of the sample was dominated by primiparas (80.4 percent ). The average infant weighs 3312.75424.24 grams. There were 5 (9.8%) patients who had a defect after repair, with an average score of 1.601.14 on the first month and a significant difference in dyspareunia (p0.05) with a mean of 3.331.15 on the sixth month in the sample with anal sphincter defect. In women who do not have an anal sphincter dysfunction, there is an average increase in look strength of the pelvic muscle.Conclusion: Women without an anal sphincter abnormality had subjective complaints. With more time passed after surgery, the pelvic floor muscle may improve.Key words: pelvic floor, OASIS, Wexner score, Anal Sphincter defect, Transperineal ultrasound