Yusnizar Heniwaty
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

TORTOR BATAK TOBA DALAM KONTEKS PARIWISATA DI MUSEUM HUTA BOLON SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR F. Kristina Siallagan; Yusnizar Heniwaty
Gesture: Jurnal Seni Tari Vol 7, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.854 KB) | DOI: 10.24114/senitari.v7i1.11902

Abstract

Abstract − This Research purposed to figure out the Performance of tortor Batak Toba as one of tourism package of Museum Huta Bolon Simanindo and its impact of increasing tourism visit tothe Museum. The method in this research uses descriptive qualitative method. The population are; the Department of Culture and Tourism Samosir, Museum Huta Bolon Simanindo officers, musicians, dancers, Public figures/Leader, community of Simanindo, and the tourists. The sample was part of the study population. The place of this research was taken in the Museum Huta Bolon Simanindo -Samosir regency. The data collection was done by observation, interviews, documentation and literature study. Generally, it discusses the development of cultural tourism through the performances of tortor Batak Toba which is the potential resources of local communities as cultural attractions. Cultural attractions are expected to have contributed to the preservation of culture in local communities. Tortor performance is held on an open stage in the old village of Huta Bolon. Performanceis no longer sacred but still follow the traditional rules of adatni gondang, such as the number of gondang types, rules of how to ask certain gondang types, the rules of motion in tortor, apparel and equipment. Another packaging of forms of performance that is of short duration and dense, full of variety, imitation of the original forms, and effective cost. Travelers can enjoy the Batak Toba culture, such as music, dance, historical objects, and the feel of Batak Toba villages. Overall the show is divided into two sessions, the first are Tortor Lae-lae, Tortor Mula-mula, Tortor Mula Jadi, Tortor Mangaliat, Tortor Marsiolop-olopan, tortor tortor Si Boru Si Doli, and Tortor Pangurason. Performing the second session has been packed in line with its objectives, namely manortor together, Tortor Tunggal Panaluan, and Tortor Si Gale-gale.      Keywords: Tortor Batak Toba, Context Tourism
EKSISTENSI TARI POH KIPAH PADA MASYARAKAT LHOKSEUMAWE Niza Vayatul Niza; Yusnizar Heniwaty
Gesture: Jurnal Seni Tari Vol 7, No 2 (2018): Gesture: Jurnal Seni Tari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.514 KB) | DOI: 10.24114/senitari.v7i2.13305

Abstract

ABSTRACT This study is a study of the existence of Poh Kipah dance in Lhokseumawe community. In this discussion using the theories relating to the topic of research is the theory of existence.The method used in this research is qualitative research method. The population in this study as well as a research sample of artists and dancers. Data collection techniques include literature study, interview, observation, and documentation.Based on the research that has been done, the existence of Poh Kipah dance which is seen from three time span, first from 1959-1979, Poh Kipah dance at this time become the beginning of the show performed as entertainment on the implementation to commemorate the Prophet's Maulid and the Circumcision. Where in the past this dance only has some movements such as hitting the fan into the palm of the hand, tapping the fan handle to the floor palm. Music accompaniment using internal music in the form of poetry in chant by syeh and in addition to the fan tap. The pattern of the floor from the beginning of entry has been sitting on the stage, with male dancers who numbered eight or the whole peoples, the clothing was only wearing bay clothing and wearing a cap, where in the dance held in the field and on the yard of the mosque, the purpose of dance Inn as an entertainment event at the Prophet's Maulid event. Second from 1979-1999, Poh Kipah dance in this period nothing changed from its existence in because at this time there is no data or documents that are clear for this dance performance. Third 1999-present, in this period the existence of this dance has undergone several changes that can be seen from the addition of varied motion, the music has been changed with the addition of musical instruments serune kale and rapai, in the composition of the accompaniment, from the side of the dancer has included a female dancer In the composition of the dance, this event is still still encountered in the entertainment event Prophet's Maulid and Circumcision but now we have found also in festivals, and Culture Week of Aceh. Keywords: Existence, Poh Kipah Dance In Lhokseumawe Society.
Koreografi Pardomuhon Daging Nang Tondi: Dari Ritual Manguras Tao ke Bentuk Seni Pertunjukan Martozet Martozet; Nurwani -; Hardy Shafii; Yusnizar Heniwaty
PANGGUNG Vol 34, No 2 (2024): Estetika, Budaya Material, dan Komodifikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i2.2803

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan koreografi garapan baru dengan tajukPardomuhon Daging Nang Tondi, yang berakar pada budaya Batak Toba dengan menggunakan teori penciptaan kostruktif oleh Jacqueline Smith. Pada teori konstruktif bukan saja konsentrasi pada elemen konstruksiantara lain motif,pengulangan, variasi dan kontras, klimaks dan penonjolan, proporsi dan imbangan, transisi, pengembangan logis, dan kesatuan. Tetapi proses dalam penciptaan seperti tahapan eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi, merupakan tahapan penting dalam mencipta yang memiliki hubungkait yang sangat erat dengan elemen konstruksi itu sendiri. Konsentrasi koreografer akan berada dalam pemikiran yang sangat kuat, bagaimana membentuk motif gerak menjadi baik sesuai dengan struktur garapan yang telah dibentuk. Sehingga makna dan pesan yang ingin disampaikan dapat dapat ditangkap oleh penonton sebagai penikmat. Motode yang digunakan dalam penelitian penciptaan ini adalah metode kualitatif dengan cara penggumpulan data melalui studi literatur, studi lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Pembentukan koreografiPardomuhon Daging Nang Tondisecara bertahap sesuai teori konstruksi yang menghasilkan ide-ide kreatif dan menghantar koreografer pada alur penciptaan yang terstruktur. Secara estetis koreografiPardomuhon Daging Nang Tondimencitrakan tentang kehidupanmasyarakat Batak Toba yang meminta permohonan kepada Tuhan sebagai pencipta untuk mendapatkan keselamatan, keberkahan dan perlindungan yang diekspresikan oleh tujuh orang penari.Pardomuhon Daging Nang Tondimerupakan koreografi inovasi baru dari tradisi Batak Toba dan menjadi sebauah apresiasi baru bagi masyarakat pecinta seni.Kata Kunci : 1)Pardomuhon Daging Nang Tondi, 2). Folklor, 3).Sigale-gale, 4). Koreografi
Koreografi Pardomuhon Daging Nang Tondi: Dari Ritual Manguras Tao ke Bentuk Seni Pertunjukan Martozet Martozet; Nurwani -; Hardy Shafii; Yusnizar Heniwaty
PANGGUNG Vol 34 No 2 (2024): Estetika, Budaya Material, dan Komodifikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i2.2803

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan koreografi garapan baru dengan tajuk Pardomuhon Daging Nang Tondi, yang berakar pada budaya Batak Toba dengan menggunakan teori penciptaan kostruktif oleh Jacqueline Smith. Pada teori konstruktif bukan saja konsentrasi pada elemen konstruksi antara lain motif, pengulangan, variasi dan kontras, klimaks dan penonjolan, proporsi dan imbangan, transisi, pengembangan logis, dan kesatuan. Tetapi proses dalam penciptaan seperti tahapan eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi, merupakan tahapan penting dalam mencipta yang memiliki hubungkait yang sangat erat dengan elemen konstruksi itu sendiri. Konsentrasi koreografer akan berada dalam pemikiran yang sangat kuat, bagaimana membentuk motif gerak menjadi baik sesuai dengan struktur garapan yang telah dibentuk. Sehingga makna dan pesan yang ingin disampaikan dapat dapat ditangkap oleh penonton sebagai penikmat. Motode yang digunakan dalam penelitian penciptaan ini adalah metode kualitatif dengan cara penggumpulan data melalui studi literatur, studi lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Pembentukan koreografi Pardomuhon Daging Nang Tondi secara bertahap sesuai teori konstruksi yang menghasilkan ide-ide kreatif dan menghantar koreografer pada alur penciptaan yang terstruktur. Secara estetis koreografi Pardomuhon Daging Nang Tondimencitrakan tentang kehidupan masyarakat Batak Toba yang meminta permohonan kepada Tuhan sebagai pencipta untuk mendapatkan keselamatan, keberkahan dan perlindungan yang diekspresikan oleh tujuh orang penari. Pardomuhon Daging Nang Tondi merupakan koreografi inovasi baru dari tradisi Batak Toba dan menjadi sebauah apresiasi baru bagi masyarakat pecinta seni. Kata Kunci : 1) Pardomuhon Daging Nang Tondi, 2). Folklor, 3). Sigale-gale, 4). Koreografi
KAJIAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL SILAT BANJAR PADA MASYARAKAT DI DESA ARA PAYUNG Dhea Ananda Putri Sanusi; Yusnizar Heniwaty
Gesture: Jurnal Seni Tari Vol. 13 No. 2 (2024): Gesture: Jurnal Seni Tari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gjst.v13i2.64632

Abstract

Penelitian ini merupakan kajian tekstual dan kontekstual yang membahas mengenai Silat Banjar pada masyarakat di Desa Ara Payung. Dalam menganalisis digunakan teori tekstual dari Y. Sumandiyo (2007:23). Bentuk yang dibahas dalam penelitian ini berupa struktur silat yaitu gerak, iringan, rias dan kostum, lighting (tidak ada) dikarenakan silat Banjar lebih dominan dipertunjukan pada saat saing hari. Sedangkanteorikontekstual Y. Sumandiyo (2007:97) Kontekstual disebutkan sebagai ilmu yang ingin memahami dan mempelajari apapun yang dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sosial-budaya atau bersifat Humaniora, yaitu ilmu yang ingin memahami segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sosial-budaya. Proses penelitian ditentukan berdasarkan tempat, waktu, populasi, sampel, hingga ke tahap metode penelitian deskriptif kualitatif. Waktu penelitian berlangsung selama tiga bulan di Desa Ara Payung. Sampel dalam penelitian ini yaitu Pelatih silat 8 orang pesilat, seorang tokoh adat, pelatih silat, kepala Desa Ara Payung, serta beberapa masyarakat yang memahami tentang silat Banjar. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada bentuk pertunjukkannya, silat banjar memiliki nilai tekstual dan kontekstual di dalamnya. Nilai tekstual silat banjar dapat dilihat dari gerak dimana ada 44 jurus yang dipelajari di Perguruan Silat Banjar namunada 16 jurus yang wajib dipahami oleh pesilat sebelum melakukan pertunjukkan, celana dan baju berwarna hitam serta topi berwarna merah dengan sedikit coretan berwarna hitam yang terdapat dibagian alis serta jambang sebagai tata rias dan busana, iringan music sebagai pendukung suasana dalam melakukan pertunjukkan iringan, properti yang digunakan pesilat adalah sebuah pisau panjang (parang), serta pola lantai menjadi jarak antara pesilat satu dengan lainnya saat silat dipertunjukkan. Dan nilai kontekstualnya dapat dilihat sejarah dan fungsi silat banjar tersebut. Hadirnya silat Banjar di Desa Ara Payung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai disebabkan oleh adanya imigran yang berasal dari kota Banjarmasin Kalimantan Selatan membawasilat Banjar yang digunakan sebagai mempertahankan hidup. Semakin berkembangnya zaman dari silat Banjar tersebut dipertunjukkan pada saat Maulid Nabi SAW kini silat Banjar juga dipertunjukkan pada penyambutan para tamu khusus dan acara-acara tertentu.