Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

STUDI PENGGUNAAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM PENGOLAHAN SOSIS DAGING SAPI Atma, Yoni
Jurnal Teknologi Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penggunaan angkak sebagai pewarna alami dalam pengolahan sosis daging sapi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Faktor perlakuan penambahan angkak terdiri dari 5 taraf: 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%. Setiap perlakuan dilakukan 4 kali ulangan sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas warna dan karakteristik organoleptik (uji hedonik, mutu hedonik dan perbandingan jamak). Data dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5%. Jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Setelah diperoleh perlakuan terbaik, selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan angkak berpengaruh terhadap intensitas warna sosis daging sapi yang dihasilkan. Penambahan angkak pada berbagai taraf perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap penampakan dan warna sosis, berpengaruh nyata terhadap tekstur, dan tidak berpengaruh nyata terhadap aroma serta rasa sosis daging sapi. Perlakuan terbaik diperoleh dari penggunaan angkak 1,5% dimana perlakuan ini memiliki sifat kimia yang sesuai dengan standar mutu sosis daging sapi yakni mengandung kadar air 58,33%, kadar abu 2,48%, kadar lemak 16,25%, kadar protein 16,56% dan kadar karbohidrat 6,38%.
ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT), ANGKA PALING MUNGKIN (APM) DAN TOTAL KAPANG KHAMIR SEBAGAI METODE ANALISIS SEDERHANA UNTUK MENENTUKAN STANDAR MIKROBIOLOGI PANGAN OLAHAN POSDAYA Atma, Yoni
Jurnal Teknologi Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa mutu mikrobiologi makanan olahan posdaya. Parameter yang dianalisia antara lain: total mikroba atau angka lempeng total, keberadaan bakteri koliform serta  total kapang dan khamir. Sampel produk posdaya yang dianalisa adalah produk makanan olahan yang berada di posdaya Mawar Setu Cipayung Jakarta Timur seperti jahe instan, manisan jahe, jus wornas dan jelly. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe instan memiliki nilai total mikroba 5,5x101 CFU/g, koliform < 3 APM/g dan kapang khamir 3x101 CFU/g. Manisan jahe mengandung total mikroba 7x101 CFU/g, koliform <3 APM/g dan kapang khamir 8,5x101 CFU/g. Minuman jus wornas total mikrobanya 1,36x103 CFU/ml, koliform <3 APM/ml dan kapang khamir 1,25x103 CFU/ml. Dan produk jelly memiliki nilai total mikroba 5,5x101 CFU/g, koliform < 3 APM/g dan kapang khamir 3,5x101 CFU/g. Jahe instan, manisan jahe dan jelly memiliki nilai total mikroba, koliform dan kapang khamir yang sesuai dengan standar. Jus wornas memiliki nilai total mikroba yang melewati standar SNI dan total kapang khamir yang melewati standar yang ditetapkan BPOM dan SNI.
PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA MINYAK SELAMA PENGGORENGAN DENGAN METODE DEEP FAT FRYING: KAJIAN LITERATUR Moh Taufik; Yoni Atma
AGROINTEK Vol 15, No 3 (2021)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v15i3.10436

Abstract

Deep fat frying is a popular frying method in the world. There are several chemical reactions that occur during the frying process, namely oxidation, hydrolysis and polymerization. These reactions will influence to the physicochemical properties of the oil, such as increasing-decreasing in the peroxide value, an increasing in free fatty acids, a decreasing in the iodine value, an increasing in viscosity and a decrease in the smoke point. The types of oil will affect to the stability of physicochemical properties. Oils rich in unsaturated fatty acids tend to have low heating stability. The type of fried food will also affect the stability of the oil used. Animal-based food (chicken, chicken nuggets and cod) tend to cause oil deterioration more quickly than plant-based foods (potato and banana).
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Tulang Ikan Patin (Pangasius sutchi) Hasil Ekstraksi Menggunakan Limbah Buah Nanas (Ananas comosus) Yoni Atma; Hisworo Ramdhani; Apon Zaenal Mustopa; Mega Pertiwi; Rizkia Maisarah
agriTECH Vol 38, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.597 KB) | DOI: 10.22146/agritech.29821

Abstract

Fish bones are the most potential as an alternative source for gelatin production. Pangasius catfish bone is the one of the most promising source due to its high yield of gelatin. It has similar gel strength with the commercial gelatin and has a low ash content. The aim of this research was to determine the physical and chemical characteristics of Pangasius catfish bone gelatin extracted using pineapple waste. Pineapple waste has a low pH and contains citric acid. The research was conducted in two stages i.e. gelatin extraction and physicochemical characterization. Gelatin extraction was done by pre-treatment and main extraction. Pre-treatment was done by soaking the fish bone into pineapple waste for 32, 48, and 56 hours. The main extraction was carried out by soaking fish ossein in warm water for 5 hours at 75 °C.  The sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) was used to analyze the gelatin existence. Fish bone gelatin has molecular weight ranging from 100-150 kDa and > 225 kDa. The hydroxyproline content of gelatin was 10.9–16.3 mg/g. Gelatin of Pangasius catfish bone extracted with pineapple waste has gel strength of 64.83 g.bloom g, hardness of 4.96 N, cohesiveness of 0.88, springiness of 1.03 mm, gumminess of 4.36 N, and chewiness of 2.78 N. Viscosity and pH of gelatin solution obtained were 3.17 cP and 4.52 respectively. The proximate characteristics obtained were moisture 8.59%, ash 0.95%, crude protein 47.60% and fat 7.71%. Some physicochemical parameters of gelatin resemble commercial gelatin and other fish bone gelatin. ABSTRAKTulang ikan merupakan salah satu sumber alternatif untuk produksi gelatin yang sangat potensial. Gelatin dari tulang ikan patin yang diekstrak dengan asam diketahui memiliki hasil ekstraksi yang tertinggi, kekuatan gel yang menyerupai gelatin komersial dan kadar abu yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimiawi gelatin tulang ikan patin yang diekstrak dengan limbah buah nanas. Limbah buah nanas diketahui mengandung asam sitrat cukup tinggi. Penelitian dilakukan dengan dua tahap yakni ekstraksi gelatin dan analisis karakteristik fisikokimianya. Ekstraksi gelatin dilakukan dengan dua tahap yakni pre-treatment dan ekstraksi utama. Pre-treatment dilakukan dengan perendaman tulang ikan dalam limbah buah nanas selama 32, 48, dan 56 jam. Ekstraksi utama dilakukan dengan perendaman dalam air hangat selama 5 jam suhu 75 °C. Analisis keberadaan gelatin dengan metode SDS-PAGE diketahui gelatin berada pada kisaran berat molekul 100–150 kDa dan > 225 kDa. Kadar hidroksiprolin gelatin yakni 10,9–16,3 mg/g. Gelatin tulang ikan patin yang diekstrak dengan limbah buah nanas memiliki kekuatan gel 64,83 g.bloom, kekerasan (hardness) 4,96 g, kohesivitas (cohesiveness) 0,88, elastisitas (springiness) 1,03, kekenyalan (gumminess) 4,36, daya kunyah (chewiness) 2,78. Viskositas dan pH larutan gelatin yang diperoleh masing-masing 3,17 cP dan 4,52. Karakteristik kimiawi gelatin yang diperoleh antara lain meliputi kadar air 8,59%, abu 0,95%, protein kasar 47,60% dan lemak 7,71%. Beberapa karakteristik fisikokimia gelatin tulang ikan pada penelitian ini dapat dibandingkan dengan gelatin komersial dan gelatin tulang ikan yang lain.
Gelatin extraction from the indigenous Pangasius catfish bone using pineapple liquid waste Yoni Atma; Hisworo Ramdhani
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 22, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1142.533 KB) | DOI: 10.22146/ijbiotech.32472

Abstract

Gelatin extraction from fish bone has traditionally involved hydrogen chloride and/or sodium hydroxide during pre-treatment. However, these chemicals have begun to be abandoned because of their associated safety and environmental issues. Several studies have looked at the use of citric acid as a safer alternative in fish bone gelatin extraction. The aim of this research was to extract gelatin from the bone of Pangasius catfish with pineapple liquid waste. The extraction was performed in two steps: pre-treatment followed by main extraction at various times (24–56 h) and temperatures (45–75°C). Sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) was used as a confirmation test and showed a band for gelatin at ~120 kDa. Gelatin yields were calculated as the ratio of weight of dried gelatin to the total weight of fish ossein. The results indicated that pineapple liquid waste can be used for fish bone gelatin extraction. The recommended conditions for extraction of fish bone gelatin using pineapple liquid waste are 56 h of pre-treatment and 5 h of main extraction at a temperature of 75°C. The gelatin yield was 6.12% and the protein concentration 4.00 g/100 g.
ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT), ANGKA PALING MUNGKIN (APM) DAN TOTAL KAPANG KHAMIR SEBAGAI METODE ANALISIS SEDERHANA UNTUK MENENTUKAN STANDAR MIKROBIOLOGI PANGAN OLAHAN POSDAYA Yoni Atma
Jurnal Teknologi Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.8.2.77-83

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa mutu mikrobiologi makanan olahan posdaya. Parameter yang dianalisia antara lain: total mikroba atau angka lempeng total, keberadaan bakteri koliform serta  total kapang dan khamir. Sampel produk posdaya yang dianalisa adalah produk makanan olahan yang berada di posdaya Mawar Setu Cipayung Jakarta Timur seperti jahe instan, manisan jahe, jus wornas dan jelly. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe instan memiliki nilai total mikroba 5,5x101 CFU/g, koliform < 3 APM/g dan kapang khamir 3x101 CFU/g. Manisan jahe mengandung total mikroba 7x101 CFU/g, koliform <3 APM/g dan kapang khamir 8,5x101 CFU/g. Minuman jus wornas total mikrobanya 1,36x103 CFU/ml, koliform <3 APM/ml dan kapang khamir 1,25x103 CFU/ml. Dan produk jelly memiliki nilai total mikroba 5,5x101 CFU/g, koliform < 3 APM/g dan kapang khamir 3,5x101 CFU/g. Jahe instan, manisan jahe dan jelly memiliki nilai total mikroba, koliform dan kapang khamir yang sesuai dengan standar. Jus wornas memiliki nilai total mikroba yang melewati standar SNI dan total kapang khamir yang melewati standar yang ditetapkan BPOM dan SNI.
IDENTIFIKASI RESIKO TITIK KRITIS KEHALALAN PRODUK PANGAN: STUDI PRODUK BIOTEKNOLOGI Yoni Atma; Moh. Taufik; Hermawan Seftiono
Jurnal Teknologi Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.10.1.59-66

Abstract

Halal memang sudah menjadi salah satu syarat produk pangan agar dapat menembus pasar global, termasuk di Indonesia. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Pemerintah menetapkan kewajiban sertifikasi halal untuk semua produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia.  Namun, tahapan audit dan sertifikasi halal pada beberapa produk pangan cukup rumit, butuh ketelitian dan kedetilan, serta pengetahuan mendalam terutama pada produk-produk bioteknologi. Hal ini berdampak pada resiko tidak halal yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan menetapkan titik kritis produk bioteknologi pangan untuk pengendalian resiko tidak halalnya suatu produk. Penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) tahap yaitu pemilihan produk bioteknologi pangan, pembuatan alur atau diagram alir proses produksi dan identifikasi resiko titik kritis produk. Produk yang dipelajari antara lain keju, yoghurt, kecap dan produk mikrobial terutama enzim. Hasil studi menunjukkan bahwa titik kritis pada pembuatan keju terdapat pada tahap koagulasi, Titik kritis pada pembuatan yoghurt terdapat pada tahap penetapan total padatan, penambahan starter dan penambahan zat aditif. Titik kritis pada pembuatan kecap terdapat pada tahap penambahan komponen rasa.  Produk mikrobial sendiri sudah ditetapkan menjadi titik kritis. Salah satu produk mikrobial yang banyak diproduksi adalah enzim. Setalah dipelajari diketahui bahwa resiko titik kritis selama produksi enzim dengan prinsip bioteknologi antara lain media yang digunakan untuk pertumbuhan atau penyegaran, gen asing yang disisipkan ke mikroba, resin kromatografi yang digunakan untuk purifikasi dan zat aditif yang ditambahkan untuk stabilitas enzim.
STUDI PENGGUNAAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM PENGOLAHAN SOSIS DAGING SAPI Yoni Atma
Jurnal Teknologi Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.7.2.76-85

Abstract

 Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penggunaan angkak sebagai pewarna alami dalam pengolahan sosis daging sapi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Faktor perlakuan penambahan angkak terdiri dari 5 taraf: 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%. Setiap perlakuan dilakukan 4 kali ulangan sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas warna dan karakteristik organoleptik (uji hedonik, mutu hedonik dan perbandingan jamak). Data dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5%. Jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Setelah diperoleh perlakuan terbaik, selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan angkak berpengaruh terhadap intensitas warna sosis daging sapi yang dihasilkan. Penambahan angkak pada berbagai taraf perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap penampakan dan warna sosis, berpengaruh nyata terhadap tekstur, dan tidak berpengaruh nyata terhadap aroma serta rasa sosis daging sapi. Perlakuan terbaik diperoleh dari penggunaan angkak 1,5% dimana perlakuan ini memiliki sifat kimia yang sesuai dengan standar mutu sosis daging sapi yakni mengandung kadar air 58,33%, kadar abu 2,48%, kadar lemak 16,25%, kadar protein 16,56% dan kadar karbohidrat 6,38%.
IDENTIFIKASI GELATIN DARI TULANG IKAN PATIN HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN KULIT NANAS DENGAN ELEKTROFORESIS VERTIKAL Yoni Atma; Hisworo Ramdhani
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulang ikan merupakan sumber alternatif yang paling potensial untuk produksi gelatin. Upaya pencarian gelatin dari berbagai jenis tulang ikan juga dilakukan melalui serangkaian penelitian di Indonesia. Namun, keberhasilan hasil ekstraksi hanya diukur dengan kadar protein kasar atau rendemen. Padahal identifikasi keberhasilan ekstraksi dapat dilakukan dengan metode yang lebih akurat.  Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi gelatin tulang ikan patin hasil ekstraksi dalam cairan kulit nanas dengan metode elektroforesis vertikal.  Tahapan ekstraksi gelatin dilakukan dengan pre-treatment tulang ikan patin dalam ekstrak kulit nanas selama 21-27 jam. Ekstraksi utama dalam air dilakukan 5 jam pada suhu 65-75 oC. Identifikasi keberadaan gelatin hasil ekstraksi dilakukan dengan metode sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE). Penetapan keberhasilan hasil ekstraksi dengan metode SDS-PAGE dilakukan dengan bantuan protein penanda (marker) dan perbandingan terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin tulang ikan patin yang diekstrak dengan kulit nanas teridentifikasi dalam gel poliakrilamid pada kisaran berat molekul ~120 kDa (jenis alfa gelatin). Berat molekul ini sesuai dengan penelitian ekstraksi tulang ikan patin menggunakan asam klorida dan ekstraksi tulang ikan beloso. Berdasarkan identifikasi dengan SDS-PAGE diketahui bahwa pita yang lebih nyata dan cukup tebal antar perlakuan terdapat pada perlakuan pre-treatment 27 jam dan ekstraksi utama 5 jam suhu 75 oC. 
PEMANFAATAN LIMBAH IKAN SEBAGAI SUMBER ALTERNATIF PRODUKSI GELATIN DAN PEPTIDA BIOAKTIF: REVIEW Yoni Atma
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gelatin merupakan polipeptida yang telah diaplikasikan secara luas pada berbagai jenis industri pangan, farmasi, kosmetik dan fotografi. Gelatin juga dapat dihidrolisis menjadi derivat-derivat peptida bioaktif yang berpotensi mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit. Namun, gelatin komersial yang berasal dari kulit babi, kulit sapi dan tulang sapi tidak diterima oleh beberapa agama. Sehingga pencarian sumber alternatif untuk produksi gelatin terus dikembangkan 10 tahun belakang ini. Limbah ikan merupakan sumber produksi gelatin yang paling potensial. Oleh karena itu paper ini menyajikan perkembangan pemanfaatan limbah ikan untuk produksi gelatin dan peptida bioktif. Metode pendekatan yang dilakukan yakni dengan studi literature dan review jurnal. Hasil studi menunjukkan bahwa kulit, tulang, kepala, sirip dan sisik ikan bisa digunakan untuk produksi gelatin. Kulit dan tulang ikan merupakan limbah yang paling banyak digunakan untuk produksi gelatin Sebesar 30% dari bagian ikan adalah kulit dan tulang.  Ikan yang dimanfaatkan kulit dan tulangnya terdiri dari ikan perairan  dingin dan ikan perairan hangat. Gelatin dari kulit dan tulang ikan juga dianalisa kemampuannya sebagai peptida bioaktif, baik tanpa dan dengan hidrolisis terlebih dahulu. Kemampuan peptida bioaktif ini telah terbukti dapat digunakan sebagai antioksidan, antihipertensi, treatment diabetes tipe 2, dan antimikroba.    Kata kunci: gelatin, limbah ikan, peptida bioaktif