Muslichin Muslichin
SMA Negeri 2 Kendal

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ORANG KALANG DAN BUDAYANYA: TINJAUAN HISTORIS MASYARAKAT KALANG DI KABUPATEN KENDAL Muslichin, Muslichin
Paramita: Historical Studies Journal Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper aims to explore and explain the history of Kalangse community in Kendal Regency. In the past, Kalang people occupied a minority position in the history. As time passes, they can show the real social position. History of the Kalang contained in the Village District Poncorejo Gemuh Kendal District at least give a concrete picture of how the development of cultural existence of these groups to influence the changing times. What happens in Poncorejo provide a portrait of community life, especially community that occupy other coastal areas in Kendal regency. Kalang people who in the Hindu-Buddhist kingdom do not get social status equal with other ethnic groups because of different cultural backgrounds or are considered untouchable, are recognized bt the Dutch colonial as more special because of the ethos and work performance in accordance with the spirit of colonial development. The dark and boring history of communist life, finally becomes normal due to the effort of the policy of Dutch Colonial which recognized the equality of basic right for them, spreading of Islam, and the influence of modernization and globalization in this periode.   Key words: Kalangese, Culture, and Religion   Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menjelaskan sejarah masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal. Di masa lalu, orang Kalang menempati posisi minoritas dalam sejarah. Dengan berjalannya waktu, mereka dapat menunjukkan posisi sosial yang nyata. Sejarah Kalang terutama di Desa Gemuh Kendal Poncorejo setidaknya memberikan gambaran konkret bagaimana perkembangan keberadaan budaya dari kelompok-kelompok itu untuk mempengaruhi perubahan zaman. Apa yang terjadi di Poncorejo memberi potret kehidupan masyarakat, terutama yang menempati daerah pesisir lainnya di Kabupaten Kendal sendiri. Orang Kalang pada masa Hindu-Buddha tidak mendapatkan status sosial yang sepadan dengan kelompok etnis lain karena latar belakang budaya yang berbeda atau dianggap tak tersentuh, bahkan selama pengakuan kolonial Belanda lebih istimewa karena etos dan kinerja bekerja sesuai dengan semangat pembangunan kolonial. Sejarah kehidupan masyarakat yang gelap dan membosankan, akhirnya menjadi normal karena upaya dari kebijakan kolonial Belanda yang mengakui kesetaraan hak dasar bagi mereka, menyebarkan Islam, dan pengaruh modernisasi dan globalisasi dalam periode ini. Kata kunci: Orang Kalang, Budaya, dan Agama  
ORANG KALANG DAN BUDAYANYA: TINJAUAN HISTORIS MASYARAKAT KALANG DI KABUPATEN KENDAL Muslichin, Muslichin
Paramita: Historical Studies Journal Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v21i2.1037

Abstract

This paper aims to explore and explain the history of Kalangse community in Kendal Regency. In the past, Kalang people occupied a minority position in the history. As time passes, they can show the real social position. History of the Kalang contained in the Village District Poncorejo Gemuh Kendal District at least give a concrete picture of how the development of cultural existence of these groups to influence the changing times. What happens in Poncorejo provide a portrait of community life, especially community that occupy other coastal areas in Kendal regency. Kalang people who in the Hindu-Buddhist kingdom do not get social status equal with other ethnic groups because of different cultural backgrounds or are considered untouchable, are recognized bt the Dutch colonial as more special because of the ethos and work performance in accordance with the spirit of colonial development. The dark and boring history of communist life, finally becomes normal due to the effort of the policy of Dutch Colonial which recognized the equality of basic right for them, spreading of Islam, and the influence of modernization and globalization in this periode.   Key words: Kalangese, Culture, and Religion   Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menjelaskan sejarah masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal. Di masa lalu, orang Kalang menempati posisi minoritas dalam sejarah. Dengan berjalannya waktu, mereka dapat menunjukkan posisi sosial yang nyata. Sejarah Kalang terutama di Desa Gemuh Kendal Poncorejo setidaknya memberikan gambaran konkret bagaimana perkembangan keberadaan budaya dari kelompok-kelompok itu untuk mempengaruhi perubahan zaman. Apa yang terjadi di Poncorejo memberi potret kehidupan masyarakat, terutama yang menempati daerah pesisir lainnya di Kabupaten Kendal sendiri. Orang Kalang pada masa Hindu-Buddha tidak mendapatkan status sosial yang sepadan dengan kelompok etnis lain karena latar belakang budaya yang berbeda atau dianggap tak tersentuh, bahkan selama pengakuan kolonial Belanda lebih istimewa karena etos dan kinerja bekerja sesuai dengan semangat pembangunan kolonial. Sejarah kehidupan masyarakat yang gelap dan membosankan, akhirnya menjadi normal karena upaya dari kebijakan kolonial Belanda yang mengakui kesetaraan hak dasar bagi mereka, menyebarkan Islam, dan pengaruh modernisasi dan globalisasi dalam periode ini. Kata kunci: Orang Kalang, Budaya, dan Agama  
Optimasi Daya Baterai Menggunakan Bluetooth Low Energy Pada Routing di Wireless Sensor Network Muttaqin, Adharul; Setyawan, Raden Arief; Muslichin, Muslichin
Jurnal EECCIS (Electrics, Electronics, Communications, Controls, Informatics, Systems) Vol. 15 No. 2 (2021)
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jeeccis.v15i2.1545

Abstract

Wireless Sensor Network (WSN) merupakan jaringan nirkabel untuk memantau kondisi fisik atau lingkungan, seperti suhu dan kelembapan, yang kemudian data tersebut diteruskan melalui sebuah jaringan kepada suatu lokasi (komputer) di mana data tersebut dapat diamati dan dianalisis. Tujuan utama WSN adalah menyediakan komunikasi nirkabel berdasarkan jaringan sensor berbiaya rendah dengan konsumsi daya yang sangat terbatas. Sehingga konsumsi energi merupakan permasalahan yang menantang pada WSN. Untuk mengurangi konsumsi energi pada WSN, protokol routing harus diterapkan. Salah satu tantangan pada routing yang terlibat dalam WSN, yaitu lalu lintas data yang dibuat memiliki redundansi (data yang tidak perlu/dibutuhkan) yang signifikan dalam sebagian besar kasus. Selain itu, perangkat WSN bergantung pada baterainya sebagai sumber listrik, sehingga masa pakai jaringan tergantung pada level baterai yang tersisa pada setiap node. Teknologi yang digunakan tiap node untuk saling berkomunikasi juga mempengaruhi konsumsi energi yang ada. Maka pada penelitian ini dirancang sebuah WSN yang berfokus pada pengiriman data dari tiap-tiap sensor node hingga mencapai sink node dengan mekanisme routing berdasarkan daya baterai pada node, sehingga data akan diteruskan melalui node yang memiliki daya terbesar. Protokol komunikasi yang digunakan adalah BLE yang sudah tertanam di ESP32. Metode komunikasi yang digunakan adalah connection-oriented atau master-slave, dengan shared-slave topology (SST) sebagai topologinya. DHT22 digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan relatif. Dari hasil percobaan, DHT22 memiliki error pada pembacaan suhu sebesar 1,935%, sementara pada pembacaan kelembapan udara memiliki error sebesar 1,90%. Hasil algrotima routing yaitu node menentukan dan mengirimkan data suhu dan kelembapan kepada node yang memiliki daya terbesar dengan rata-rata waktu 8,957 detik. Serta rata-rata waktu yang diperlukan oleh node untuk mengirimkan data suhu dan kelembapan kepada sink node yaitu 16,952 detik dengan 3 kali hop.