Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISA KEGAGALAN PADA BALL, SEAT, AND CAGE MATERIAL STAINLESS STEELS AISI 440 PADA SUCKER ROD PUMP TLJ 233 Dedy Aryadi; Suhardan .; Sofwan Hariady
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 4 No. 1 Januari 2016
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/destek.v4i1.262

Abstract

Abstrak: Analisa kegagalan adalah suatu metode atau usaha untuk menyelidiki sebab-sebab kegagalan suatu komponen peralatan. Suatu komponen dikatakan gagal apabila komponen tersebut tidak dapat berfungsi seperti yang dirancang. Sucker Rod Pump sebagai salah satu dari metode produksi artificial lift memiliki beberapa keuntungan, beberapa diantaranya yaitu efisien dan mudah dalam pengoperasian di lapangan, masih bisa digunakan untuk mengangkat fluida pada sumur yang mengandung pasir, dapat dipakai pada sumur bengkok (directional), dapat digunakan untuk sumur yang memiliki tekanan rendah, fleksibel karena kecepatan pompa dan stroke length dapat disesuaikan, Dapat digunakan pada berbagai ukuran tubing. Namun tak jarang pula Sucker Rod Pump ini mengalami masalah yang menyebabkan berkurangnya kemampuan berproduksi suatu sumur minyak, bahkan menyebabkan terhentinya produksi (off). Masalah yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh kerusakan yang dialami oleh ball, seat and cage yang merupakan salah satu bagian vital dalam operasi sucker rod pump. Ball, seat dan cage yang dipergunakan martensitic stainless steel. Dalam klasifikasi AISI termasuk dalam AISI 440. Banyak alternatif penanggulangan kerusakan ball, seat dan cageyang dapat dilakukan, namun perlu disesuaikan dengan kondisi sumur atau lapangan dimana sumur tersebut berada. Dari beberapa alternatif itulah akan dipilih cara penanggulangan yang effisien baik secara pemilihan material maupun peralatan penunjang lainnyaKata Kunci:Analisa Kegagalan, Sucker Rod Pump, Ball, Seat dan Cage, Stainless Steel AISI 440, Martensitic Stainless Steel
Analisa Kerusakan Pompa Sentrifugal 53-101C WTU Sungai Gerong PT. Pertamina RU III Plaju Sofwan Hariady
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 2 No. 1 Januari 2014
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.943 KB) | DOI: 10.52333/destek.v2i1.179

Abstract

Pompa merupakan suatu alat yang dapat memindahkan fluida dari satu tempatke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi padafluida yang dipindahkan dan berlangsung secara kontinyu. Pompa sentrifugal sebagai salahsatu jenis pompa yang banyak dijumpai dalam industri, bekerja dengan prinsip putaranimpeller sebagai elemen pemindah fluida yang digerakkan oleh suatu penggerak mula.Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba dan ketidakstabilan dalam operasi seringmenjadi masalah yang serius dan mengganggu kinerja sistem secara keseluruhan.Analisa vibrasi merupakan kunci keberhasilan predictive maintenance karena kondisiperalatan rotating yang sedang beroperasi dapat dilihat pada pola (symptom) vibrasinya.Vibrasi dapat dipicu oleh adanya kavitasi dan korosi pada pompa. Pengoperasian pompapada keadaan kavitasi secara terus menerus dalam jangka waktu lama menyebabkanpermukaan dinding saluran di sekitar aliran akan termakan sehingga menjadi berlubanglubang.Kata kunci : Korosi
LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA HQ-760 YANG MENDAPAT PERLAKUAN HARDENING DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT R. Kohar; Sofwan Hariady; M. Amin Fauzie; Hermanto Ali
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Vol 10, No 1 (2022): VOL 10 No. 1 2022
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/destek.v10i1.854

Abstract

Abstrak: Baja yang mengalami perlakuan hardening, maka ketahanan korosinya akan menurun. Korosi merupakan gejala alamiah yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan. Dalam penelitian ini, benda uji yang digunakan adalah baja HQ-760 setara dengan baja karbon menengah yang mendapat perlakuan panas pada suhu 830oC, 840oC dan 850oC yang ditahan selama 20 menit dan dilanjutkan dengan pendinginkan cepat di dalam oli. Pengujian korosi dilakukan dengan cara merendam benda uji di dalam larutan NaCl pengganti air laut, selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Dari pengujian tersebut diperoleh bahwa dengan memberikan perlakuan hardening pada benda uji, maka laju korosi akan meningkat. Semakin tinggi suhu perlakuan hardening yang diberikan, laju korosi akan membesar dan bentuk korosi yang diperoleh adalah korosi merata. Kata kunci : hardening, HQ-760, korosi merata
Kajian Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor Campuran Styrofoam, Kulit Jengkol dan Semen putih SebagaiAlternatif Bahan Isolator Sofwan Hariady; M. Amien Fauzie; Sukarmansyah Sukarmansyah
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 2 No. 2 Juli 2014
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.304 KB) | DOI: 10.52333/destek.v2i2.6

Abstract

Abstrak : Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik.Umumnya Styrofoamberwarna putih dan terlihat bersih, Bentuknya juga simpeldan ringan (Khomsam, 2003). Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95%polystyrene dan 5-10% gas, Angka konduktivitas termal Styrofoam rata-ratadiperoleh sebesar 0,095W/m°C.Bahan-bahan serta komposisi campuran yangdirancang terdiri dari kulit Jengkol dan Semen putih (gray cement).Ada 5 bahancampuran yang akan diuji, dengan perbedaan jumlah campuran styrofoamdenganketebalan 10 mm. Styrofoam dan kulit jengkol yang telah dipotong-potongatau dicacah-cacah hingga kecil ukurannya di campur dengan semen putihsebagai perekat, lalu dimasukan kedalam tempat adonan, kemudian dicampurair secukupnya, dilanjutkan dengan pembentukkan benda uji. Konduktifitastermal isolator styrofoam dengan variasi kulit jengkol dan semen putih diujidenganmenggunakan heater yang dilengkapi dengan box yang terbuat dari bahantriplek, Styrofoamdan keramik.Alat ukur yang digunakan adalahThermocoupleDigital.Dari hasil pengujian, pada variasi campuran 20 gram styrofoam dan 30 gramkulit jengkol temperatur yang terbaca oleh thermocouple digital untuk dayayang sama sebesar 48 0C, sedangkan pada variasi campuran 40 gramstyrofoamdan 10 gramkulit jengkol temperatur permukaan yang terbaca 36 0C, ini berartibahwa benda uji dengan variasi campuran 40 gram styrofoam dan 10 gramkulit jengkol memiliki faktor penghambat ( isolator ) yang lebihbaik.Konduktifitas Termal dengan variasi campuran bahan Isolator. adanyaperbedaan harga konduktifitas termal antara pengujian pertama sampai denganke pengujian kelima dengan perbedaan campuran Styrofoam dan kulit jengkolyang memiliki nilai konduktifitas termal terendah terdapat pada pengujian yangkelima dengan nilai konduktifitas termal 0,598W/m0C, sedangkan yang tertinggipada pengujian yang pertama dengan nilai konduktifitas termal 0,673W/m 0C.Dapat disimpulkan bahwa campuran styrofoam yang lebih banyak dan jumlahkulit jengkol yang lebih sedikit didapat nilai temperatur yang rendah diatas bendauji dan nilai konduktifitas termalnya menjadi lebih rendah.Kata Kunci : Styrofoam, kulit jengkol, isolator.
STUDI LAJU KOROSI PADA BAJA PADUAN RENDAH YANG MENGALAMI PERLAKUAN BENDING DI DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT R. Kohar; Sofwan Hariady; M. Amin Fauzie
JURNAL DESIMINASI TEKNOLOGI Volume 10 No. 2 Juli 2022
Publisher : UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/destek.v10i2.936

Abstract

Abstrak: Salah satu penyebab kegagalan pada logam adalah akibat serangan korosi. Laju korosi akan meningkat saat material tersebut mengalami pengerasan permukaan akibat dari perlakuan bending. Pada penelitian ini spesimen yang digunakan berupa pelat baja Creusabro 8000, yang setara dengan AISI 4130, yang ditekuk sampai membentuk sudut 120o. Selanjutnya, spesimen diuji korosi dengan metode kehilangan berat, dimana spesimennya direndam di dalam air yang setara dengan air laut selama 24 jam sampai 120 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa spesimen yang mendapat perlakuan bending memiliki laju korosi sebesar 0,0736 mm/yr sementara spesimen yang tidak mengalami perlakuan bending sebesar 0,0685 mm/yr. Ini disebabkan oleh adanya tegangan dalam yang diterima saat proses bending yang memicu inisiasi korosi, sedangkan jenis korosinya bisa dikategorikan sebagai korosi merata.Kata kunci: laju korosi, bending, air laut, creusabro 8000
PENGARUH PERLAKUAN HARDENING PADA BAJA AISI-1020 TERHADAP LAJU KOROSI DI DALAM AIR LAUT R. Kohar; M. Amin Fauzie; Sofwan Hariady
Jurnal Desiminasi Teknologi Volume 13 Nomor 2 Juli 2025
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tridinanti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52333/1-10

Abstract

Baja yang mengalami perlakuan Hardening, maka ketahanan korosinya akan menurun. Korosi merupakan gejala alamiah yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan. Dalam penelitian ini, benda uji yang digunakan adalah baja AISI 1020 setara dengan baja karbon rendah yang mendapat perlakuan panas pada suhu 870oC yang ditahan selama 15 menit dan dilanjutkan dengan pendinginan cepat di dalam air laut. Pengujian korosi dilakukan dengan cara merendam benda uji di dalam larutan NaCl pengganti air laut, selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Dari pengujian tersebut diperoleh bahwa dengan memberikan perlakuan hardening pada benda uji, maka laju korosi akan meningkat dan bentuk korosi yang diperoleh adalah korosi merata.