Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ISTILAH ALAT TEKNOLOGI TRADISIONAL PERTANIAN SAWAH SUNDA WULUKU ‘BAJAK’ DAN PERSEBARANNYA SECARA GEOGRAFIS Wahya Wahya; Fatimah Djajasudarma; Elvi Citraresmana
Jurnal Sosioteknologi Vol. 16 No. 2 (2017)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2017.16.2.6

Abstract

Etnik Sunda sudah sejak lama mengenal bertanam padi di sawah. Bertanam padi seperti ini dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, yakni mulai mengolah lahan sampai dengan memetik padi. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian sawah mengalami perkembangan, baik terkait dengan sistem irigasi maupun perlengkapan yang digunakan dan pupuk penyubur tanaman serta obat-obatan pembasmi hama. Namun demikian, sampai sekarang masih juga dimanfaatkan teknologi tradisioonal pertanian sawah oleh orang Sunda. Salah satu alat yang masih digunakan dalam mengolah lahan adalah wuluku ‘bajak’. Alat ini digunakan dengan cara ditarik oleh seekor atau dua ekor kerbau. Petugas yang melaksanakan pengolahan lahan dengan menggunakan wuluku ini memberikan instruksi-instruksi tertentu kepada kerbau. Dalam bahasa Sunda, kata wuluku memiliki variasi lain, seperti luku dan singkal. Dari hasil penelitian geografi dialek diketahui bahwa kata wuluku dan variasinya ini menyebar di berbagai daerah sejalan dengan penyebaran teknologi sawah tradisional dalam masyarakat Sunda. Artikel ini mencoba mendeskripsikan kata wuluku dan variasinya beserta penyebarannya secara geografis dalam wilayah tutur bahaa Sunda di Jawa Barat.
Kata Bahasa Indonesia Penanda Register Twitter: Suatu Kajian Morfologi Rima Rismaya; Wahya Wahya; Fahmy Lukman
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.199 KB) | DOI: 10.30872/diglosia.v5i2.411

Abstract

This study was conducted to describe the formation and meaning of Indonesian words as Indonesian Twitter's tweet register markers. This research is a qualitative descriptive study with data collection methods using listen and note method. The referential equivalent method and the content analysis method with the presentation of the results of data analysis carried out using formal and informal methods are two methods used in data analysis. The data source is Twitter user comments in the six tweets of the @areajulid account with the most comments in 2021. The results show that there are five ways of forming Indonesian words as Twitter registers, namely the process of (1) affixation, including the words "mengjamet", "mengkesal", and "membagongkan"; (2) abbreviations include the words "mjb", "pen", "jamet", "lontang", "sat", "dahlah", and "monmaap"; (3) anagrams include the words "kane", "isilop", and "ngab"; (4) hybrids include the words "kenawhy", "akhlakn't", and "jujurly"; and (5) changes in the form of syllables in basic words including the words "anjir", "anjrit", "santuy", "gemoy", and "cangtip". The purposes of using the Indonesian word Twitter register marker are (1) to express feelings; (2) to make fun of; (3) to greet; and (4) to misspelt words.
ANALISIS FONOLOGIS KOSAKATA ISOLEK SUNDA DI KECAMATAN CILAMAYA KULON KABUPATEN KARAWANG (PHONOLOGICAL ANALYSIS OF SUNDA ISOLEK VOCABULARY IN CILAMAYA KULON DISTRICT OF KARAWANG REGENCY) Zakia Nurfitri Aulia; Cece Sobarna; Wahya Wahya
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 20, No 1 (2022): METALINGUA EDISI JUNI 2022
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/metalingua.v20i1.941

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan bunyi yang terjadi dalam peristiwa tutur masyarakat Cilamaya Kulon. Objek penelitian ini adalah kosakata yang mengalami perubahan bunyi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga tahap, yakni, (1) tahap penyediaan data menggunakan metode simak; (2) tahap analisis data menggunakan metode padan; dan (3) tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Berdasarkan penelitian ini ditemukan 48 kosakata yang mengalami perubahan bunyi yang diklasifikasikan berdasarkan teori Crowley (2010), yakni (1) penguatan bunyi vokal [ɛ] à [i] dan [ə] à [ɛ]; (2) pelemahan bunyi yang meliputi perubahan bunyi vokal dan konsonan. Pelemahan bunyi vokal di antaranya adalah perubahan vokal [a] à [ə], [ö] à [ə], [ɔ] à [ə], dan [ɛ] à [ə].  Pelemahan bunyi fonem konsonan di antaranya [b] à [p] dan  [w] à [h] ; (3) aferesis pada konsonan fonem /h/; (4) sinkope pada konsonan fonem /a/, /l/, dan /d/; (5) apokope pada konsonan (h); (6) protesis pada fonem konsonan vokal /ɔ/ dan /ö/; (7) epentesis pada fonem konsonan /n/dan /m/ yang merupakan fonem konsonan apiko dental  nasal dan bilabial; (8) paragog pada fonem konsonan /h/.
VOKATIF PENGHORMATAN BAHASA SUNDA DALAM PERSPEKTIF SINTAKSIS: VOKATIF PENGHORMATAN BAHASA SUNDA DALAM PERSPEKTIF SINTAKSIS Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Februari, 2023
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v5i1.44

Abstract

Vokatif penghormatan dalam bahasa Sunda merupakan salah satu vokatif yang secara sintaktis dapat diamati perilakuknya. Penelitian ini yang berjudul “Vokatif Penghormatan dalam Bahasa Sunda: Kajian Sintaksis” mengamati vokatif penghormatan yang terdapat dalam jenis kalimat berdasarkan bentuk sintakasis. Di samping itu, mengamati distribusi vokatif dalam kalimat serta satuan lingual yang mendampingi vokatif penghormatan tersebut dalam kalimat deklaratif, baik yang di sebelah kanan maupun yang di sebelah kirinya. Penenelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan tekni catat; penganalisisan data menggunakan metode distribusional dengan pendekatan sintaksis. Sumber data yang digunakan adalah tujuh buah buku fiksi berbahasa Sunda. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa vokatif penghormatan terdapat dalam kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan kalimat eksklamatif dan dominan terdapat dalam kalimat deklaratif dan eksklamatif. Vokatif penghormatan dapat berdistribusi pada awal, tengah, dan akhir kalimat dan dominan terdapat pada akhir kalimat eksklamatif. Satuan lingual yang mendampingi vokatif penghormatan dalam kalimat deklaratif, ada yang di sebelah kanan kalimat deklaratif; ada yang di selah kiri kalimat deklaratif. Pendamping di sebelah kanan umumnya berkonstruksi bukan klausa, sedangkan pendamping di sebelah kiri semuanya berkonstruksi klausa.
SISI SOSIOLINGUISTIK PENGGUNAAN VOKATIF PENGGALAN BAHASA SUNDA DALAM NOVEL KABANDANG KU KUDA LUMPING: SISI SOSIOLINGUISTIK PENGGUNAAN VOKATIF PENGGALAN BAHASA SUNDA DALAM NOVEL KABANDANG KU KUDA LUMPING Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 4 No 3 (2022): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Oktober, 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v4i3.71

Abstract

Vokatif merupakan unsur universal bahasa yang digunakan penutur untuk memanggil pertutur. Secara bentuk, vokatif ada dua, yaitu bentuk utuh dan bentuk penggalan. Tulisan ini membahas vokatif bentuk penggalan. Metode penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode distribusional dan padann. Sumber data penelitian berupa novel berbahasa Sunda berjudul Kabandang ku Kuda Lumping (2018) karya Ahmad Bakri. Berdasarkan sumber data yang digunakan diperoleh 34 data yang memuat vokatif dalam bentuk penggalan, yaitu 31 data memuat vokatif nama diri dan 3 data memuat vokatif kekerabatan. Dari 31 data vokatif nama ditemukan 6 vokatif nama diri yang berbeda, yaitu Mod, Asan, Jang, Léh, Téng, dan Yib yang masing-masing merupakan penggalan dari Emod, Marhasan, Ujang, Aléh, Oténg, dan Oyib. sedangkan vokatif kekerabatan yang berbeda ada 2, yaitu Ki dan Mang, yang masing-masing merupakan penggalan dari Aki ‘Kakek’ dan Emang ‘Paman’. Hubungan sosial yang terdapat di antara penutur dan petutur adalah 26 merupakan hubungan sosial pertemanan, 2 hubungan sosial ketetanggaan, 5 hubungan sosial kenalan baru, dan 1 hubungan sosial suami-istri. Adapun dari sisi pemakaian tingkat tutur, 33 data menunjukkan tingkat tutur kode akrab dan 1 data menunjukkan tingkat tutrur kode hormat. Tingkat tutur kode hormat hanya ditemukan satu data, yakni antara Ujang Udin dengan Aki Uda, yang memiliki hubungan sosial ketetanggan. Dengan demikian, dari hasil analisis di atas, vokatif bentuk penggalan didominasi vokatif nama diri, hubungan sosial antara penutur dan petutur merupakan hubungan pertemanan, dan tingkat tutur didominasi kode akrab.
VOKATIF AKANG DAN KANG BAHASA SUNDA DALAM PERSPEKTIF SINTAKSIS: VOKATIF AKANG DAN KANG BAHASA SUNDA DALAM PERSPEKTIF SINTAKSIS Wahya Wahya
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 5 No 3 (2023): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Oktober, 2023
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v5i3.180

Abstract

Artikel ini berjudul “Vokatif Akang dan Kang Bahasa Sunda dalam Perspektif Sintaksis”. Vokatif Akang dan vokatif Kang merupakan vokatif kekerabatan dalam bahasa Sunda. Vokatif Kang merupakan penggalan dari vokatif Akang. Kedua vokatif ini memiliki kesamaan dan perbedaan perilaku sintaksis. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penyediaan data menggunakan metode simak. Penganalisisan data menggunakan metode distribusional. Sumber data terdiri atas dua belas buku fiksi berbahasa Sunda, yang terbit di antara tahun 1993 dan 2018. Berdasarkan sumber data yang digunakan dengan kriteria data yang ditentukan ditemukan kalimat yang memuat vokatif Akang dan Kang sebanyak 37 buah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa vokatif Akang dan Kang memiliki kesamaan dan perbedaan perilaku sintaksis. Perbedaan perilaku sintaksis di antara kedua vokatif ini adalah sebagai berikut: vokatif Akang hanya terdapat dalam kalimat deklaratif dan eksklamatif, sedangkan vokatif Kang ditemukan pula dalam kalimat imperatif dan interogatif; vokatif Akang hanya terdapat pada tengah dan akhir kalimat, sedangkan vokatif Kang ditemukan pula pada awal kalimat; vokatif Akang lebih sering didahului fatis emosi, sedangkan vokatif Kang tidak; vokatif Akang dapat didahului artikula si, sedangkan vokatif Kang tidak; vokatif Akang tidak berkombinasi dengan nama diri dan gelar, sedangkan vokatif Kang berkombinasi.
BUDAYA SANTUN MELALUI PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR HORMAT BAHASA SUNDA DENGAN PEMANFAATAN VOKATIF: BUDAYA SANTUN MELALUI PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR HORMAT BAHASA SUNDA DENGAN PEMANFAATAN VOKATIF Wahya Wahya
KABUYUTAN Vol 2 No 1 (2023): Kabuyutan, Maret 2023
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v2i1.127

Abstract

Budaya santun dalam kehidupan sehari-hari orang Sunda antara lain diwujudkan melalui penggunaan tingkat tutur hormat ketika orang Sunda berkomunikasi. Penggunaan tingkat tutur hormat dapat berorientasi terhadap diri sendiri dapat pula berorientasi terhadap orang lain. Tingkat tutur hormat ini secara linguistik ditandai dengan pilihan kata tertentu. Artikel ini membahas mekanisme penggunaan tingkat tutur hormat terhadap orang lain ketika terjadi peristiwa tutur disertai penggunaan vokatif di dalamnya. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik catat. Analisis data menggunakan metode padan pragmatik dengan pendekatan sosiolinguistik. Sumber data yang digunakan adalah sumber data tulis berupa novel berbahasa Sunda yang berjudul Rasiah Geulang Rantay (1997) karya Nanie. Pemilihan sumber data ini mempertimbangkan terdapatnya data yang diperlukan dalam penelitian. Berdasarkan karakteristik data yang diperlukan terpilih sembilan belas data yang memperlihatkan penggunaan tingkat tutur halus yang disertai dengan penggunaan vokatif. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme penggunaan tingkat tutur hormat yang berorientasi terhadap orang lain yang disertai dengan pemakaian vokatif di dalamnya terbagi atas dua kategori, yaitu (1) tingkat tutur hormat yang terjadi di antara angggota keluarga, yang terdiri atas lima subkategori dengan tujuh jenis vokatif dan variasinya, (2) tingkat tutur hormat yang terjadi bukan di antara angggota keluarga, yang terdiri atas sembilan subkategori dengan delapan jenis vokatif.