Krisna Yetti
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Difference between Bacterial Growth in Humidifier and Non Humidifier at the Patient Who Got Oxygen Therapy Abu Bakar; Krisna Yetti; Hanny Handiyani
Jurnal Ners Vol. 3 No. 2 (2008): Oktober 2008 - Maret 2009
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.818 KB) | DOI: 10.20473/jn.v3i2.4988

Abstract

Introduction: Humidifier is a device for delivering oxygen to the patients. Before using it, the humidifier tube should fill with sterile water. There was a recent study that administering oxygen less than five liter per minutes, the tube was not load with the sterile water. This research aim was to describe the difference between bacterial growth in the humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Method: The design was the analytic survey with purposive sampling method. The samples were 24 patients. They were divided into two groups. Group one, consisted of 12 patients with humidifier and the others with non humidifier. The instrument was culture equipments diagnostic test and observation guidance. The hypothesis was there was no difference bacterial growth existence in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Result: The results showed that there was no significance difference of bacterial growth at time of zero hour (p=0.131). Meanwhile, there was significance different of bacterial growth at time of 12 hour (p=0.046), and time of 24 hour (p=0.046). There was also significance different between bacterial growth in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy (p=0.010). Discussion : The conclusion is a non humidifier device could prevent bacterial and reduce nosocomial infection. It was recommended that hospital should use non humidifier and the humidifier had to disinfect and change the water every 12 hours.
PANDUAN PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN : INISIASI PENGEMBANGAN PERAWAT PENDIDIK Rizky Indriasari; Krisna Yetti; Tuti Afriani
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.22373

Abstract

Berpikir kritis merupakan komponen penting bagi perawat dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Perawat pendidik memegang peran penting dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis perawat sehingga menghasilkan praktik yang aman, berbasis bukti dan optimal. Studi ini bertujuan untuk menginisiasi pengembangan perawat pendidik melalui suatu panduan yang memberi arah dan strategi pembelajaran dalam pencapaian kompetensi perawat. Metode yang digunakan adalah case report dengan pendekatan action research. Temuan menunjukkan bahwa peran clinical care manager sebagai perawat pendidik, mampu memahami kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh perawat, mampu merancang pembelajaran dan menerapkan temuan penelitian untuk meningkatkan asuhan keperawatan. 80% perawat merasa nyaman dengan budaya belajar, lingkungan kerja yang kondusif untuk belajar serta tingginya motivasi belajar perawat. 84% perawat menyatakan puas terhadap metode pembelajaran klinik yang diberikan oleh perawat pendidik seperti ronde asuhan keperawatan, laporan kasus, journal reading, bed side teaching, one day one clinical question, preceptorship-mentorship-coaching yang dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali. Namun saat ini belum ada panduan pembelajaran klinik keperawatan sebagai acuan bagi perawat pendidik untuk dikembangkan secara optimal. Dukungan dari bidang keperawatan, komite keperawatan maupun manajemen rumah sakit diperlukan untuk merancang panduan pembelajaran klinik keperawatan untuk mengembangkan sepenuhnya peran perawat pendidik dalam pendidikan keperawatan di rumah sakit.
Perancangan prototipe pendokumentasian keperawatan berbasis rekam medis elektronik di rumah sakit x dengan menggunakan teori perubahan Lewins Lusianus Demon Kehi; Krisna Yetti; Tuti Afriani; Dyah Fitri Wulandari
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 10 (2024): Volume 18 Nomor 10
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i10.589

Abstract

Background: Nursing documentation is one of the crucial aspects in health services. This activity aims to record the nursing care process systematically, precisely, and accurately. Most hospitals still use paper-based documentation methods that have many weaknesses, so it is necessary to switch to a more efficient and effective method, namely electronic-based documentation. Purpose: To design a prototype of nursing documentation based on electronic medical records in x hospital using Lewin's change theory. Method: Nursing management residency activities were carried out in September-October 2024 at KiSA Depok hospital. This activity began with identifying problems through interview, observation and questionnaire methods. Interview activities were carried out with the head of the nursing division, the nursing committee and the head of the inpatient room. Observations were made on nursing care services in 3 inpatient rooms, namely the Amarilis room, the Asoka room, and the Aster room. The questionnaire was distributed via google form to all implementing nurses. Results: Problem identification from several factors including the inpatient EMR team has not determined the concept of using electronic medical record-based nursing care standards and nursing staff have not received training in using electronic medical records. The limited number of computers in each room and the internet network is inadequate, there is no guidebook, standard operating procedures (SOP), use of EMR-based 3S nursing care standards, and there has been no determination of the time bone for implementing EMR in the hospital. In addition, there has been no design of EMR-based 3S nursing care standards and 3S data banks. Conclusion: Documentation in the inpatient room is still paper-based, this method takes a long time, has a high potential for writing errors, absorbs large costs for paper procurement and requires large storage space. The solution to overcome this problem is to switch to an electronic-based documentation method.   Keywords: Documentation, Electronic; Nursing; Prototype; Design.   Pendahuluan: Pendokumentasian keperawatan merupakan salah satu aspek krusial dalam pelayanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mencatat proses asuhan keperawatan secara sistematis, tepat, dan akurat. Sebagian besar rumah sakit masih menggunakan metode pendokumentasian berbasis kertas yang memiliki banyak kelemahan, sehingga perlu beralih ke metode yang lebih efisien dan efektif yaitu pendokumentasian berbasis elektronik. Tujuan: Untuk merancang prototipe pendokumentasian keperawatan berbasis rekam medis elektronik di rumah sakit x dengan menggunakan teori perubahan Lewins. Metode: Kegiatan residensi manajemen keperawatan dilaksanakan pada 2 September-2 Oktober 2024 bertempat di RSUD KiSA Depok. Kegiatan ini diawali dengan melakukan identifikasi masalah melalui metode wawancara, observasi, dan kuesioner. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap kepala bidang keperawatan, komite keperawatan, dan kepala ruangan rawat inap. Observasi dilakukan terhadap pelayanan asuhan keperawatan di 3 ruangan rawat inap, yaitu ruang Amarilis, ruang Asoka, dan ruang Aster. Kuesioner disebarkan melalui google form kepada seluruh perawat pelaksana. Hasil: Identifikasi masalah dari beberapa faktor antara lain, tim RME rawat inap belum memutuskan konsep penggunaan standar asuhan keperawatan 3S (SDKI, SIKI, SLKI) berbasis rekam medis elektronik dan tenaga perawat belum dilatih mengenai penggunaan rekam medis elektronik. Masih terbatasnya jumlah komputer di setiap ruangan dan jaringan internet belum memadai, belum adanya panduan, SPO penggunaan standar asuhan keperawatan 3S berbasis RME, dan penetapan time bone implementasi RME di rawat inap. Selain itu, belum adanya desain standar asuhan keperawatan 3S berbasis RME dan bank data 3S. Simpulan: Pendokumentasian di ruang rawat inap masih berbasis kertas, metode tersebut memakan waktu yang lama, potensi kesalahan penulisan tinggi, menyerap biaya yang besar untuk pengadaan kertas dan membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beralih pada metode pendokumentasian berbasis elektronik.   Kata Kunci: Dokumentasi; Elektronik; Keperawatan; Prototipe; Rancangan.