Gema Fitriyano
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH WAKTU DELIGNIFIKASI TERHADAP PEMBENTUKAN ALFA SELULOSA DAN IDENTIFIKASI SELULOSA ASETAT HASIL ASETILASI DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK Divia Yannasandy; Ummul Habibah Hasyim; Gema Fitriyano
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pisang kepok merupakan salah satu komoditi buah buahan yang banyak ditemukan di Indonesia. Jumlah konsumsi buah pisang kepok yang tinggi akan menghasilkan kulit pisang yang tinggi. Pada kulit pisang kepok terdapat kandungan selulosa yang memiliki banyak manfaat jika diproses lebih lanjut. Salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat, mengetahui pengaruh waktu delignifikasi pada tahap asetilasi terhadap selulosa asetat yang dihasilkan, mengetahui hasil rendemen selulosa asetat yang terbaik dari massa kulit pisang kepok dan mengidentifikasi selulosa asetat hasil asetilasi menggunakan FTIR. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode delignifikasi dengan pelarut NaOH dilakukan pada suhu 45oC dan dengan variasi waktu reaksi 1, 2, 3, 4, 5 jam sebagai tahap awal pemisahan alfa selulosa dari senyawa lain yang terdapat dalam kulit pisang. Setelah didapatkan alfa selulosa dilakukan reaksi asetilasi dengan anhidrida asetat pada suhu 45oC dengan kecepatan pengadukan 1500 rpm dan waktu reaksi selama 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum waktu delignifikasi yaitu pada waktu reaksi 2 jam dengan yield sebesar 23.72%. Selanjutnya dilakukan uji FTIR untuk memastikan terbentuknya produk yang kita inginkan (selulosa asetat) dibuktikan dengan spektrum yang menunjukkan adanya senyawa selulosa asetat  yang di tandai dengan terbentuknya peak pada daerah serapan 1636 cm-1 yaitu dengan  cara membandingkan gugus pada selulosa asetat hasil reaksi dengan gugus selulosa asetat komersil.
PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP RENDEMEN DAN IDENTIFIKASI SELULOSA ASETAT HASIL ASETILASI DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK Hafshah Zhaafirah; Gema Fitriyano; Ummul Habibah Hasyim
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pisang kepok merupakan salah satu komoditi buah buahan yang banyak ditemukan di Indonesia. Buah ini memiliki banyak manfaat bagi manusia baik dimafaatkan secara langsung maupun menjadi bahan olahan. Jumlah konsumsi buah pisang kepok yang tinggi akan menghasilkan kulit pisang yang tinggi pula. Pada kulit pisang kepok terdapat kandungan selulosa yang memiliki banyak manfaat jika diproses lebih lanjut. Salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat, mengetahui cara memperoleh selulosa asetat dari limbah kulit pisang kepok, mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan pada tahap asetilasi, dan mengetahui hasil rendemen selulosa asetat terbaik. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode delignifikasi dengan pelarut NaOH dan dengan waktu reaksi 24 jam sebagai tahap awal pemisahan alfa selulosa dari senyawa lain yang terdapat dalam kulit pisang. Setelah didapatkan alfa selulosa dilakukan reaksi asetilasi dengan anhidrida asetat pada suhu 45oC dengan variasi  kecepatan pengadukan 900, 1050, 1200, 1350, dan 1500 rpm dan waktu reaksi selama 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan yield terbesar pada kecepatan pengadukan 1500 rpm yaitu sebesar 27.04%.  Dan diperoleh R² = 0,9988 dengan persamaan y = 3E-05x2 - 0,0411x + 26,28. Selanjutnya dilakukan uji FTIR ((Fourier Transform Infra Red)) untuk memastikan terbentuknya produk yang kita ingingkan (selulosa asetat) dibuktikan dengan spektrum yang menunjukkan adanya senyawa selulosa yang di tandai dengan terbentuknya peak pada daerah serapan 1636 cm-1 yaitu dengan  cara membandingkan gugus pada selulosa asetat hasil reaksi dengan gugus selulosa asetat komersil.