Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Effects of Pseudoephedrine Administration in Early Gestation on Female Mouse Heart Annisa Rahmah Furqaani; Listya Hanum Siswanti; Ajeng Kartika Sari
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.516 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i3.5276

Abstract

The pseudoephedrine in pregnant women associated with an increased risk of hypertension and increased heart rate. These conditions force the heart to work harder and cause changes in heart structure, such as left ventricular hypertrophy due to an increase in the number and size of muscle cells. This study aims to determine pseudoephedrine administration in early pregnancy on mice hearts histological features. This study was pure in vivo with a completely randomized design conducted at Medical Biology Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Islam Bandung, from January to August 2017. Subjects were 18 pregnant adult female mice randomly divided into four groups. One control group and three test groups were given oral pseudoephedrine every day at 0.312 mg/24 hours (P1); 0.624 mg/24 hours (P2); and 1.248 mg/24 hours (P3) for seven days starting from the age of pregnancy on day 1. On the 18th day of gestational age, mice sacrificed, then the heart organ was processed into microscopic preparations and stained by Harris’ hematoxylin-eosin (HE) staining. Microscopic observations made using a microscope equipped with an optilab viewer with raster image 3. The results showed that the P3 group had a thicker left ventricular wall and significantly more heart muscle nuclei per mm3 than the control group (p<0.05). The results show that the administration of high doses of pseudoephedrine in early pregnancy can affect the structure of the heart. PENGARUH PEMBERIAN PSEUDOEFEDRIN PADA MASA AWAL KEBUNTINGAN TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI JANTUNG MENCIT BETINAAktivitas vasokontriksi pseudoefedrin pada ibu hamil diduga kuat berkaitan dengan peningkatan risiko hipertensi dan denyut jantung. Kondisi tersebut memaksa jantung bekerja lebih berat dan dapat menyebabkan perubahan struktur jantung seperti hipertrofi ventrikel kiri akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel otot. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian pseudoefedrin pada masa awal kebuntingan terhadap gambaran histologi jantung mencit betina. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium murni in vivo menggunakan rancangan acak lengkap yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung dari bulan Januari hingga Agustus 2017. Subjek penelitian adalah 18 mencit betina dewasa bunting yang dibagi secara acak menjadi empat kelompok. Satu kelompok kontrol dan tiga kelompok uji yang diberi pseudoefedrin oral setiap hari dengan dosis 0,312 mg/24 jam (P1); 0,624 mg/24 jam (P2); dan 1,248 mg/24 jam (P3) selama 7 hari dimulai dari umur kebuntingan hari ke-1. Pada hari ke-18 umur kebuntingan, mencit dikorbankan kemudian organ jantung diproses menjadi sediaan mikroskopis dan dilakukan pewarnaan Harris’ hematoxylin-eosin (HE). Pengamatan sediaan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan optilab viewer dengan image raster 3. Hasil penelitian menunjukkan kelompok P3 memiliki dinding ventrikel kiri yang lebih tebal dan jumlah nuklei otot jantung yang lebih banyak per mm3 secara signifikan dibanding dengan kelompok kontrol (p<0,05). Hasil menunjukkan bahwa pemberian pseudoefedrin dosis tinggi pada masa awal kehamilan dapat memengaruhi struktur jantung.
Terdapat Perbedaan Antara Hasil Pembelajaran Luring dan Daring Primia Fauzia; herri s. sastramihardja; ajeng kartika sari
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6953

Abstract

abstract Oral exams that assess aspects of analytical thinking, critical thinking, clinical reasoning, and can assess communication and presentation skills. During a pandemic, learning that was initially offline (face to face) changed to online (virtual). This can be a risk factor for changes in student grades. The purpose of this study was to determine differences in academic achievement results of regular oral examinations (SOOCA) between online and offline learning in FK UNISBA students Batch 2019. This research is an observational study with a cross-sectional design. Subjects in this study totaled 197 people selected by total sampling who met the inclusion criteria. Data obtained from secondary data were analyzed univariately and bivariately using the chi-square relationship test. The results of the study found that the average value of the regular oral exams for students was more that scored 76-100 offline (32.4)% and when online students scored more 64-75 (27.9%). Interaction in the process of learning and teaching is an important factor that influences the success of learning. When offline students will find it easier to get in touch with lecturers than when online. Therefore, the test results with offline learning are better than online learning. Abstrak. Ujian lisan yang menilai aspek berpikir analisis, berpikir kritis, clinical reasoning, dan dapat menilai kemampuan komunikasi dan presentasi. Pada saat pandemi pembelajaran yang awalnya luring (tatap muka) berubah menjadi daring (virtual) hal ini dapat menjadi faktor risiko perubahan nilai pada mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil capaian akademik ujian lisan regular (SOOCA) antara pembelajaran daring dan luring pada mahasiswa FK UNISBA Angkatan 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desai cross sectional. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 197 orang dipilih secara total sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data didapatkan dari data sekunder yang dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi-square uji hubungan. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata ujian lisan reguler mahasiswa lebih banyak yang mendapatkan nilai 76-100 pada saat luring (32,4)% dan pada saat daring mahasiswa lebih banyak mendapatkan nilai 64-75 (27,9%). Interaksi dalam proses belajar dan mengajar adalah faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Pada saat luring mahasiswa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan dosen dibandingkan pada saat daring. Oleh karena itu hasil ujian dengan pembelajaran luring lebih baik dibandingkan pembelajaran secara daring.