Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMIKIRAN QA??’-QADAR JAM?L AD-D?N AL-AF??N? DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN DAKWAH ‘AQL?NIYAH Ahmad Shofi Muhyiddin; Alfi Qonita Badi'ati
TASÂMUH Vol. 18 No. 1 (2020): DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1387.184 KB) | DOI: 10.20414/tasamuh.v18i1.1580

Abstract

Artikel ini difokuskan pada pemikiran Jam?l ad-D?n tentang qa??’-qadar dan implikasinya terhadap pemikiran dakwah aql?niyah. Artikel ini berupa kajian literature yang datanya diperoleh dari studi kepustakaan. Kemudian data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisa dengan menggunakan pendekatan sosio-historis dengan metode historik elektif-eliminatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Jam?l ad-D?n sangat menekankan pentingnya akal dan kebebasan manusia dalam pemikiran teologinya. Manusia, menurutnya, melalui akalnya mampu mempertimbangkan baik dan buruknya suatu perbuatan, kemudian dengan kehendaknya sendiri ia mengambil suatu keputusan, selanjutnya dengan daya yang demikian ia wujudkan dalam perbuatan nyata. Manusia mempunyai kemauan sendiri atau ir?dah yang bebas, dengan tidak melupakan hubungan kebebasan pribadi itu dalam lingkungan kebebasan Allah SWT., dengan ungkapan lain bahwa qa??’-qadar kecil yang ada pada manusia tetap berada dalam lingkup qa??’-qadar besar pada Allah SWT. Qa??’-qadar dalam pemikiran Jam?l ad-D?n lebih mengarah pada sunnatull?h (hukum alam). Artinya qa??’-qadar adalah hukum alam yang mengatur perjalanan alam dengan sebab dan akibatnya (silsilah al-asb?b). Pemikiran ini selanjutnya berimplikasi terhadap pemikiran dakwah aql?niyah, yaitu seruan atau ajakan kepada manusia untuk mengobarkan semangat tajdid/pembaharuan agar tidak terjebak dalam taklid sehingga akal tidak tunduk pada otoritas manapun. Konsep dakwah ‘aql?niyah Jam?l ad-D?n ini mendapatkan sambutan yang cukup luas dan hampir menyebar ke seluruh dunia Islam. Pemikiran dakwah ‘aql?niyah bisa diimplementasikan melalui dua cara: pertama, melalui nalar dan intuisi. Dan kedua, melalui pengamatan. Pengetahuan sensual ini bergantung kepada pengetahuan aktual. Karena itu, menurut Jam?l ad-D?n, manusia harus menghindari taklid dan mengoptimalkan akalnya untuk mengamati dan membaca atau meneliti ayat-ayat atau fenomena-fenomena yang telah tersirat dan tersurat untuk mencapai kebenaran pengetahuan.
Dakwah Transformatif Kiai (Studi terhadap Gerakan Transformasi Sosial KH. Abdurrahman Wahid) Ahmad Shofi Muhyiddin
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 39, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v39.1.3934

Abstract

Artikel ini mengangkat tentang dakwah transformasi sosial KH. Abdurrahman Wahid di Indonesia. Artikel ini setidaknya membuktikan bahwa perubahan strategi, metode dan orientasi dakwa berkontribusi signifikan terhadap transformasi sosial di kalangan masyarakat. Sumber utama penelitian ini adalah data berupa metode, strategi dan orientasi dakwah dan tindakan sosial yang dilakukan oleh KH. Abdurrahman Wahid sebagai fungsionaris agama, sebagai tokoh politik dan tokoh budaya. Untuk memahami metode, strategi, orientasi dan tindakan sosial KH. Abdurrahman Wahid dalam upaya transformasi sosial digali melalui metode kualitatif dengan cara pembacaan terhadap karya-karyanya, karya cendekiawan terkait dengannya, pengamatan semasa ia masih hidup dan wawancara, kemudian diperkaya dengan metodologi dan disiplin ilmu sosiologi komunikasi dan sosio-antropologi agama. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa transformasi sosial-budaya di Indonesia di antaranya terjadi karena adanya perubahan materi, metode, strategi dan orientasi dakwah KH. Abdurrahman Wahid sebagai fungsionaris agama, katalisator, penghubung sumber, pemberi pemecahan masalah dan mediator. Dengan demikian, artikel ini membuktikan bahwa Kiai, khususnya KH. Abdurrahman Wahid, bukan saja berperan sebagai penyampai pesan agama, makelar budaya dan mediator, tapi lebih dari itu, sebagai pemberi pemecahan masalah, pemicu proses, dan pendamping masyarakat, bahkan sebagai “tuhan” kaum minoritas yang tertindas.
Pemikiran Teologi Maturidiyyah (Pendekatan Sejarah) Ahmad Shofi Muhyiddin
JASNA : Journal For Aswaja Studies Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : UPT Pusat Studi Aswaja UNISNU Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/jasna.v2i2.3604

Abstract

AbstractThe birth of the major schools of classical theology cannot be separated from the political dynamics that occurred in the early days of the history of Muslims. At specific points, these dynamics then give rise to problems  that  are  at  the  same  time  central issues in the realm of theology. Māturīdiyyah emerged as a response to Mu'tazilah thought but on the other hand, it is also closer to the Mu'tazilah school because it gives  greater  authority  to  reason.  Therefore,  this  study  aims  to  determine  the  theological  thinking  of Maturidiyah. This literature research uses a historical approach with the assumption that the behavior and theological thoughts of an individual and a religious community cannot be explained and understood apart from the ties of influence or the social, political, and cultural factors surrounding them. The results of this study indicate that the emergence of the Māturīdiyyah school was motivated by al-Māturīdī's dissatisfaction with the rationalist (Mu'tazilah) and traditionalist (Hanbaliyyah)methods of kalam, as  well as concerns over  the  widespread  understanding  of  the  Qarāmiṭah  Shi'ism  which  was  heavily  influenced  by  the Mazdakism and Manichaeism schools. The Māturīdiyyah school was heavily influenced by the thoughts of Ab anīfah and the heterogeneous conditions of its society so that its theological thinking was close to the Mu'tazilah. For Al-Māturīdī, there is only one knowledge, namely religious knowledge which is based on two sources, namely as-sam' (tradition) and al-'aql (reason). As for the theory of action, according to al-Māturīdī, the servant's actions (af'āl al-'ibād) if attributed to Allah then mean creation (khalqan wa jādan). However, if the servant's actions (af'āl al-'ibād) are attributed to humans, it means effort (fi'lan wa kasban).Keywords: Thought, Theology, Māturīdiyyah.AbstrakLahirnya mazhab-mazhab besar teologi klasik tidak terlepas dari dinamika politik yang terjadi padamasa-masa  awal  perjalanan  sejarah  umat  Islam.  Pada  titik-titik  tertentu  dinamika  ini  kemudian  melahirkan persoalan-persoalan yang sekaligus merupakan isu-isu sentral dalam ranah teologi. Māturīdiyyah muncul sebagai respon terhadap pemikiran Mu’tazilah namun di sisi lain juga lebih dekat pada mazhab Mu'tazilah karena lebih memberikan otoritas yang besar pada akal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran teologi Maturidiyah. Penelitian kepustakaan ini menggunakan pendekatan sejarah dengan asumsi tingkah laku dan alam pikiran teologis seorang individu dan masyarakat beragama tidak bisa  diterangkan  dan  dimengerti  lepas  dari  ikatan  pengaruh  atau  faktor-faktor  sosial,  politik  dan kebudayaan  yang  mengitarinya.  Hasil  penelitian  ini  menunjukkan bahwa lahirnya aliran Māturīdiyyah dilatarbelakangi  oleh rasa  tidak  puas  al-Māturīdī terhadap metode kalam kaum rasionalis (Mu'tazilah) dan kaum tradisionalis (Hanbaliyyah), serta kekhawatiran atas meluasnya paham Syi’ah Qarāmiṭah yang banyak dipengaruhi oleh aliran Mazdakism dan Manichaenism. Aliran Māturīdiyyah banyak dipengaruhi oleh pemikiran Abū Ḥanīfah serta kondisi masyarakatnya yang heterogen sehingga pemikiran teologisnya dekat dengan Mu'tazilah. Bagi Al-Māturīdī, hanya ada satu pengetahuanyaitu pengetahuan keagamaan yang  didasarkan  atas  dua  sumber  yaitu  as-sam'  (tradisi)  dan  al-’aql  (akal).  Adapun  tentang  teori perbuatan,  menurut  al-Māturīdī, perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) jika dinisbatkan kepada Allah maka bermakna peciptaan (khalqan waījādan). Namun jika perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) dinisbatkan pada manusia maka bermakna usaha (fi’lan wa kasban).Kata kunci: Pemikiran, Teologi, Māturīdiyyah.