Yehuda Indra Gunawan
STT Ekumene – Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peran Gereja Sebagai Penjaga Umat dalam menghadapi Bonus Demografi di Indonesia: Refleksi Teologis Yehezkiel 3:16 Sugeng Santoso; Yohana Natassha; Yehuda Indra Gunawan; Esther Natasaputera
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 1: Desember 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i1.25

Abstract

The demographic bonus is a phenomenon that will occur in Indonesia in 2030 – 2045 and will have an impact on all people's lives. This phenomenon requires the role of all levels of society including the church. This article aims to provide an understanding of the role of the church as the guardian of the people according to Ezekiel 3:16 in dealing with the demographic bonus in Indonesia. The discussion in this paper uses a qualitative approach with the technique of writing a literature review or literature study. The results of the study show that the church must play a role in dealing with the demographic bonus through the pillars or functions of church services. The church can carry out various concrete actions that are holistic in nature that can be useful in all aspects of the life of the congregation and society. In this case, the church must be the guardian of the people who warn the congregation of all life problems, not only spiritual problems.AbstrakBonus demografi adalah fenomena yang akan terjadi di Indonesia pada tahun 2030 – 2045 dan akan berdampak pada seluruh kehidupan masyarakat. Fenomena ini membutuhkan peran seluruh lapiran masyarakat termasuk gereja. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang peran gereja sebagai penjaga umat menurut Yehezkiel 3:16 dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Pembahasan dalam tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik penulisan literature review atau studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja harus berperan dalam menghadapi bonus demografi melalui pilar atau fungsi pelayanan gereja. Gereja dapat melakukan berbagai aksi nyata yang bersifat holistik yang dapat berguna dalam seluruh aspek kehidupan jemaat dan masyarakat. Dalam hal ini, gereja harus menjadi penjaga umat yang memperingatkan jemaat atas seluruh permasalahan kehidupan tidak hanya masalah rohani. Penelitian ini memiliki kontribusi bagi gereja untuk berperan aktif dalam seluruh kehidupan umat. Gereja tidak hanya berfokus pada pelayanan gerejawi tetapi harus dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan jemaat dan masyarakat.
Pardes, Empat Tingkat Penafsiran Kitab Ibrani: Menimbang Sod Sebagai Penafsiran Esoterik Yang Mengundang Polemik Yehuda Indra Gunawan; Abraham Pontius Sitinjak
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 2 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2021
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.009 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v6i2.66

Abstract

Pardes (sometimes written as 'PaRDeS') represents an abbreviation for: Peshat, Derash, Remez, and Sod apart from having different levels of search for meaning, but also unique in their way of interpretation. The advent of Pardes' hermeneutics has given direction to the world of Jewish hermeneutics. Pardes was the benchmark for hermeneutics in the Jewish tradition. Pardes becomes the standard in the steps of interpretation, mainly to examine the literary structure of the biblical text by considering the text as a whole based on their source language and combining relevant secondary and tertiary (third) background materials. Yet many theologians consider Sod, the highest level for interpreting the "hidden meaning", as an incomprehensible endeavor. The Sod approach in a unique way, namely esoteric interpretation, is regarded as something that cannot be revealed with certainty. Sod is doubtful about the level of accuracy in interpreting the biblical text. This article wants to review the extent of this hermeneutic interpretation polemic, and whether the esoteric approach of Sod in Pardes is still relevant for biblical hermeneutics today? This article will review it based on library research.AbstrakPardes (kadang ditulis ‘PaRDeS’) mewakili singkatan untuk: Peshat, Derash, Remez, dan Sod selain memiliki tingkatan yang berbeda dalam pencarian makna, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri dalam cara menafsir. Hadirnya hermeneutik Pardes telah memberi arahan bagi dunia hermeneutik Yahudi. Pardes-lah yang menjadi tolok ukur hermeneutik dalam tradisi Yahudi. Pardes menjadi standar dalam langkah-langkah menafsir, utamanya untuk memeriksa struktur sastra dalam teks Kitab Suci dengan mempertimbangkan teks secara keseluruhan berdasarkan bahasa sumber mereka dan menggabungkan bahan latar belakang sekunder dan tersier (ketiga) yang relevan. Namun banyak teolog menganggap Sod, tingkatan tertinggi untuk menafsirkan “makna tersembunyi”, sebagai upaya yang tak mungkin dapat terselami. Pendekatan Sod dengan caranya yang khas yaitu penafsiran esoterik dianggap sebagai sesuatu yang tak mungkin dapat diungkap secara pasti. Sod diragukan tingkat keakuratannya dalam menafsir teks Kitab Suci. Artikel ini ingin mengulas sejauh mana polemik penafsiran hermeneutik ini, dan apakah pendekatan esoterik Sod dalam Pardes ini masih relevan bagi hermeneutik biblical di masa kini? Artikel ini akan mengulasnya berdasarkan riset kepustakaan.