Muhammad Sugihartono
Universitas Batanghari Jambi

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

RESPONS GLUKOSA DARAH BENIH IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoeveni Blkr) DALAM MEDIA YANG DIBERI EKSTRAK DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) Nur Rizki; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i2.68

Abstract

Use of sweet potato leaf extract to determine the blood glucose response of jelawat fish       (L. hoeveni, Blkr)  seeds maintained in the media.This study aims to determine the optimal concentration of sweet potato leaf extract to reduce the stress level of Jelawat fish (L. hoeveni, Blkr) seeds by measuring blood glucose. In this study, four treatments were used with three replications using a concentration of 2ml / L sweet potato leaf extract, 4ml / L extract concentration, 6ml / L extract concentration, and control. The results showed that the 2ml / L extract concentration was the best because it was proven that the fish blood glucose response at every 1st, 6th, 12th hour, 24th hour, 168th hour fish (L. hoeveni, Blkr)  seed blood glucose levels nettle nearly close to normal blood glucose levels in fish.
Glukosa Darah dan Kelangsungan Hidup Benih Leptobarbus Hoevenii Pada Sistem Resirkulasi Febi Febriana Putri; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 6, No 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v6i2.114

Abstract

The purpose of this study was to determine the optimal density of jelawat (L. hoevenii Blkr) fry in rearing with a recirculation system. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, where the treatments were: Treatment A: stocking density 5 fish/L, Treatment B: stocking density 10 birds/L, Treatment C: stocking density 15 birds/L and Treatment D : Stocking density of 20 fish/L. Parameters observed were survival, blood glucose and water quality. The results showed that the average blood glucose was 56 mg/dl and the average survival of jelawat fish was 99.62%. The results of water quality measurements show that the temperature ranges from 28.5o-29 oC, water pH ranges from 6.4-6.7, dissolved oxygen ranges from 5-5.4 ppm, carbon dioxide values ranges from 2.1-5.1 ppm, ammonia ranges from 0.0011-0.0018.
SUHU OPTIMAL UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP PEMELIHARAAN LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macrachantus) Muarofah Ghofur; Muhammad Sugihartono; Husna Daya Aulia
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 3, No 2 (2018): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.168 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v3i2.34

Abstract

Temperature is one of the most dominant water quality parameters on the survival of fish, and almost every living organism has the optimum temperature for its life. One of the obstacles in the cultivation activity is the high level of death in the most critical phase of the larvae so that the handling and carrying capacity of optimal environmental conditions can minimize the death of the larvae as well as the extreme temperature changes will also cause higher death rates of larvae. In the maintenance effort, the quality and quantity of the resulting larva becomes an important factor, as the success of production support to reach the next phase. Therefore, to find out the larval synthesis is done research about the optimum temperature with treatment temperature 240C, 260C, 280C and 300C to the survival of maintenance of botia larvae (Chromobotia macrachantus). The water quality parameters of CO2, NH3, DO, and pH are carried out at the beginning and end of the study for 28 days. The results showed that the highest survival rate at temperature treatment 240C and 260C with a value of 100%.Keywords : Botia Larvae, Temperature, Survival Rate AbstrakSuhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat dominan terhadap kelangsungan hidup ikan, dan hampir setiap organisme yang hidup didalamnya memiliki suhu optimum untuk kehidupannya. Salah satu kendala dalam kegiatan budidaya adalah tingginya tingkat kematian pada fase paling kritis yaitu larva sehingga penanganan dan daya dukung kondisi lingkungan yang optimal dapat meminimalisir kematian larva demikian pula dengan perubahan suhu yang ekstrim juga akan menyebabkan tingkat kematian larva semakin tinggi. Dalam upaya pemeliharaan, kualitas dan kuantitas larva yang dihasilkan menjadi faktor penting, sebagai penunjang keberhasilan produksi  hingga mencapai fase selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui sintasan larva dilakukan penelitian mengenai suhu optimal dengan suhu perlakuan 240C, 260C, 280C dan 300C terhadap kelangsungan hidup pemeliharaan larva ikan botia (Chromobotia macrachantus). Parameter kualitas air yitu CO2, NH3, DO, dan pH dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang dilakukan selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan suhu 240C dan 260C dengan nilai sebesar 100%.Kata Kunci : Larva Botia, Suhu,Tingkat Kelangsungan Hidup
LAJU PERTUMBUHAN LARVA IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella) DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA Agung Nugroho; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.073 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i2.55

Abstract

Pertumbuhan suatu individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua fakor yaitu faktor intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Faktor intrinsik meliputi sifat keturunan, umur/ukuran, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi sifat fisik dan kimiawi perairan serta komponen hayati seperti ketersediaan makanan dan kompetisi.Selain itu pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh padat penebaran. Padat penebaran merupakan satu diantara aspek budidaya yang perlu diketahui karena menentukan laju pertumbuhan, dan sebagai penunjang keberhasilan produksi hingga mencapai fase selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kepadatan optimal larva dilakukan penelitian mengenai padat tebar optimal dengan perlakuan 5 ekor/liter air, 10 ekor/liter air, 15/liter air, 20 ekor/liter air.  Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan 5 ekor/liter airmampu menghasilkan laju pertumbuhan harian sebesar 5.41%Kata kunci : Larva Koan, Kepadatan,Pertumbuhan
KOMBINASI HORMON OVAPRIM DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM SBROILER TERHADAP WAKTU LATENSI OVULASI (Hatching Rate) IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Aan Aryanti Sandra; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 5, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v5i1.60

Abstract

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) Merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dikonsumsi dan dibudidayakan di Indonesia (Pratiwi, 2014). Untuk meningkatkan produksi ikan lele dapat dilakukan dengan cara menerapkan teknik Pemijahan buatan. Pemijahan buatan bisa dilakukan dengan perangsangan menggunakan hormon berupa Ovaprim. Ovaprim memiliki kandungan GnRH dan antidopamine. Namun, Hormon ovaprim ini memiliki harga yang mahal yaitu berkisar antara Rp 28.000- 30.000/ml, sehingga perlu dipelajari alternatif bahan dengan menggunakan hipofisa ayam broiler. Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, masing-masing perlakuan tersebut adalah Perlakuan P1 Hormon Ovaprim 0,3 ml/Kg (100%), Perlakuan P2 Hormon Ovaprim 0,225 ml/Kg (75%) + Hipofisa ayam broiler 125 mg/Kg (25%), Perlakuan P3 Hormon Ovaprim 0,15 ml/Kg (50%) + Hipofisa ayam broiler 250 mg/Kg (50%), Perlakuan P4 Hormon Ovaprim 0,075 ml/Kg (25%) + Hipofisa ayam broiler 375 mg/Kg (75%), Perlakuan P5 Hipofisa ayam Broiler 500 mg/Kg (100%).Kata Kunci : Ovaprim, Antidopamin, GnRH, Hipofisa, Pemijahan