Pembinaan karakter religius bukan hanya sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong agar membentuk hidup yang suci sesuai dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran pembina asrama dalam membimbing karakter religius sanri MAN Bengkulu Selatan dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan karakter religius di Asrama MAN Bengkulu Selatan. Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan sistematik, maksudnya data yang dikumpulkan berupa teks atau kata-kata. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit social sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit social tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa Peran Pembina Asrama dalam Pembinaan Karakter Religius Santri MAN Bengkulu Selatan yakni Pembina asrama mengajarkan kedisiplinan, tata karma, dan sopan santun kepada para santri dengan cara memberikan kasih sayang dan perhatian, memberikan pengetahuan dengan suka rela, memberikan motivasi kepada para santri dan mampu memahami setiap karakter para santri sebagaimana orang tua terhadap anaknya sendiri serta mengadakan tahfidz, dan di wajibkan setoran dua hari sekali, melakukan pembiasaan yang positif seperti, sholat wajib berjama’ah , puasa senin kamis, membiasakan para santri mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Faktor pendukung yakni : motivasi dari orang tua santri, kesadaran santri untuk memperbaiki diri, Pembina membiasakan santri sholat berjamaah, melaksankan kegiatan mabit (malam bina iman dan taqwah), membiasakan santri berpuasa di hari senin dan kamis serta terjalinnya kerjasama dan mendapatkan dukungan penuh oleh kepala sekolah, orang tua dan guru, serta lingkungan sekitar. Faktor penghambat yakni : rasa tidak betah yang ada dalam diri santri, rasa egois pada santri masih tinggi serta kurangnya konsentrasi santri saat mengikuti mabit dikarenakan ada santri yang bermain hp.