Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERANAN LEBUNG SEBAGAI SUMBER EKONOMI BAGI NELAYAN DAN SARANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN RAWA BANJIRAN DI SUMATERA SELATAN Yoga Candra Ditya; Aroef Hukmanan Rais; Syarifah Nurdawati; Ngurah Nyoman Wiadnyana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 1 (2013): Juni (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1512.595 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i1.1193

Abstract

Perairan rawa banjiran di Sumatera Selatan dikenal dengan Lebak Lebung. Pengelolaannya mengikuti sistem lelang dengan berdasarkan pada kearifan lokal yang disesuaikan dengan keadaan alam. Tujuan penulisan ini adalah menelaah peran lebung sebagai sumber ekonomi bagi nelayan dan menjadi sarana pengelolaan sumber daya ikan khususnya di rawa banjiran Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui survei dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebung memiliki kekhasan dari jenis-jenis ikan yang rata-rata tergolong ikan ekonomis penting dan beberapa diantaranya adalah gabus (Channa striata), tembakang (Helostoma temminckii) dan sepat siam (Trichogaster pectoralis). Selain itu, lebung juga berperan dalam meningkatkan pendapatan tambahan nelayan, ini terlihat dari nilai R/C Ratio yang diperoleh pada tahun 2009 sebesar 2,45 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 4,04. Hal ini mengindikasikan pengaruh positif keberadaan lebung terhadap sumber ekonomi masyarakat. Dilihat dari segi eksistensi pengelolaannya, keberadaan lebung harus tetap dijaga dengan sistem lelang yang selama ini dilakukan oleh masyarakat. Diharapkan dengan pola pengelolaan yang bijak dan bertanggung jawab, eksistensi lebung dapat terpelihara secara berkesinambungan.
ANALISIS EKONOMI-EKOLOGI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN Yoga Candra Ditya; Luky Adrianto; Rokhmin Dahuri; Setyo Budi Susilo
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2012): DESEMBER (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1023.377 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i2.5680

Abstract

Dalam perencanaan wilayah pesisir Provinsi Banten, perikanan budidaya memiliki peran penting terhadap nilai sosial dan ekonomi, terutama dalam hubungannya dengan aktivitas ekspor dari produk perikanan budidaya tersebut. Namun demikian, aktivitas perikanan budidaya juga berpotensi memberikan multiplier negatif jika dipandang dari segi efek yang ditimbulkan ke lingkungan pesisir, terutama ketika tidak ada pengelolaan yang baik pada aktivitas tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menelaahkekuatan struktur dan interaksi antar sektor dari perikanan budidaya; (2) Mengestimasi dampak ekonomi dan ekologi dari pembangunan perikanan budidaya; dan (3) Mengestimasi daya dukung lingkungan pesisir yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan perikanan budidaya berkelanjutan. Untuk menjawab tujuan tersebut, dibangun model ecological input-output dan pendekatan ecological footprint. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keterkaitan ke belakang (1,84) lebih tinggi daripada keterkaitan ke depan 1,02). Hal ini berarti bahwa aktivitas perikanan budidaya di Provinsi Banten lebih memiliki kemampuan dalam menarik sektor hulu dibandingkan dengan sektor hilirnya. Lebih lanjut, pembangunan perikanan budidaya juga memberikan multiplier ekonomi yang memiliki income multiplier (2,20) lebih tinggi dibandingkan employment multipliernya (1,17). Dari segi ecological multiplier, area mangrove memberikan indeks sebesar 0,005, COD (0,001), dan TDS (0,001). Penggunaan pendekatan ecological footprint, diestimasikan bahwa daya dukung dari area pesisir yang tersedia adalah pada level 48.886 ha dengan target permintaan 497.825,59 juta rupiah. Title: Ecological-Economic Analysis of Sustainable Aquaculture Development Planning in the Coastal Zone of Banten Province.In the planning of Banten coastal zone, aquaculture has important role due to its social and economic value especially related with export activities of the aquaculture products. However, aquaculture activities potentially have also a negative multiplier effect on the coastal environment, especially when there is no proper management of those activities. The aims of this research are (1) to identify the structure and interaction among sectors in aquaculture activities; (2) to estimate the economic and ecological impact of the aquaculture activities, and ;(3) to estimate carrying capacity of the coastal area enabling for sustaining aquaculture development. To achieve these objectives, ecological input-output model was developed and supported with ecological footprint approach. Results of the study reveal that backward linkages index (1.84) is higher than forward linkages one (1.02). This means that aquaculture activities in Banten Provincehas capacity to pull upstream sectors rather than downstream sectors. Furthermore, aquaculture developmant has also produced economic multiplier by which income multiplier is (2.20) higher than employment multiplier (1.17). From the ecological multiplier point of view, mangrove area producs index as of 0.005, COD (0.001), and TDS (0.001). Using ecological footprint approach, the carrying capacity of appropriated coastal area is estimated at the level of 48,886 ha with the demand target of IDR 497,825.59 million. 
DINAMIKA POPULASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus, 1758) DI DANAU PANIAI, PAPUA Samuel Samuel; Yoga Candra Ditya; Vipen Adiansyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.087 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.193-203

Abstract

Introduksi ikan nila atau “serapia” (Oreochromis niloticus) di Danau Paniai bertujuan untuk meningkatkan diversitas hasil tangkapan dan mengurangi tekanan eksploitasi terhadap jenis ikan endemik. Pertumbuhan dan produksi ikan nila yang cepat tanpa diiringi upaya pengelolaan akan mengancam keberlanjutan ikan endemik di danau. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan di suatu perairan membutuhkan informasi dinamika populasi. Penelitian dinamika dan pengelolaan populasi ikan nila dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016. Contoh ikan dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan jaring insang dengan berbagai ukuran mata jaring dan dari 4 (empat) enumerator pada tujuh stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila di Danau Paniai didominasi ukuran panjang individu antara 15-25 cm sebanyak 67,24%. Pola pertumbuhan ikan jantan dan betina adalah isometrik, panjang maksimum rata-rata (L) adalah 37,28 cm dan koefisien pertumbuhan (K) adalah 0,50 per tahun. Mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F) masing-masing sebesar 0,99 dan 0,54 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) diperoleh nilai 0,35 lebih kecil dari nilai optimum (E=0,5). Ukuran rata-rata ikan nila tertangkap (Lc) adalah 20,55 cm lebih besar dari ukuran pertama matang gonad (Lm) sebesar 14,73 cm. Nilai Lc>Lm mengindikasikan sebagian besar populasi ikan nila di Danau Paniai sempat melakukan pemijahan sehingga pemanfaatan lebih atau sama dengan nilai optimum diharapkan dapat meningkatkan pemanfataan ikan nila di Danau Paniai. Introduction of nile tilapia (Oreochromis niloticus) in Lake Paniai known as “serapia” is aimed for improving the diversity of catches and reducing the exploitation pressure on the endemic fish species. The rapid growth, reproduction and production of nile tilapia without its management efforts is a new threat to the sustainability of the existence and utilization of endemic fish species in the lake. Management efforts of fish resources require population dynamics information. Research on the dynamics and management of nile tilapia populations was conducted from February to October 2016. Fish samples were collected from fishermen catches using nets with various mesh sizes and from four enumerators at seven observation stations. The results showed that the population of nile tilapia in Lake Paniai was dominated by individual length between 15-25 cm with frequency of 67,24%. The growth pattern of male and female fish were isometric, the average maximum length (L) was 37.28 cm and the growth coefficient (K) was 0.50 per year. Natural mortality (M) and fishing mortality (F) were 0.99 and 0.54 per year respectively. Exploitation rate (E) of 0.35 was smaller than the optimum value (E=0.5). The average size of nile tilapia captured (Lc) was 20.55 cm larger than the first size of gonad maturity (Lm) of 14.73 cm. The Lc value was higher than that the Lm value(Lc>Lm) indicating that most of nile tilapia population in Lake Paniai has spawned so that increasing the more or equal to the optimum value was expected to improve the of nile tilapia fish in Lake Paniai.