Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BERORIENTASI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) MELALUI PENGUATAN KOORDINASI FUNGSIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) (Studi Kasus di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat) Suwarli Suwarli; Maulana Firdaus
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.438 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i1.6285

Abstract

Pembangunan wilayah pesisir dan perbatasan memiliki banyak tantangan dan permasalahan, diantaranya adalah ketidakselarasan antara pemerintah pusat dan daerah. Rendahnya nilai akuntabilitas kinerja pembangunan yang termuat dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah salah satunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penguatan koordinasi fungsional terhadapRKPD yang berorientasi pada percepatan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2016. Lokasi penelitian di Kabupaten Sambas yang merupakan wilayah pesisir dan perbatasan dengan potensi sumber daya perikanan yang cukup besar. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan angket sebagai alat bantu pengumpulan data. Informan dipilih secara purposive sampling sebanyak 42 orang pejabat struktural lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Sambas. Data kualitatifdianalisis secara deskriptif dan data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan pendekatan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Sambas fluktuatif dalam periode 2010 – 2015, namun secara agregat mengalami peningkatan. Penurunan tingkat kesejahteraan dicerminkan oleh nilai IPM berkorelasi dengan penurunan laju pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Laju pertumbuhan PDRB sub sektor perikanan terus meningkat yang menandakan bahwa sub sektor perikanan lebih stabil dan dapat diandalkan sebagai sub sektor unggulan. Hasil analisis penguatan koordinasi fungsional RKPD menunjukkan bahwa koordinasi lingkup SKPD di Kabupaten Sambas sudah memiliki kinerja yang baik, yaitu dengan rata-rata nilai skor secara keseluruhan adalah 2,32 (77,21%) dan masuk ke dalam klasifikasi “kuat”. Kinerja yang baik ini dapat menjadi modal utama dalam proses perencanaan pembangunan Kabupaten Sambas sebagai wilayah pesisir dan perbatasan sehingga dapat menjadikan Kabupaten Sambas sebagai salah satu wilayahperbatasan yang berkembang.Title: Strenghtening of Coordination of Functional Work Plan of Local Government (RKPD) Through Development Coastal Areas Based on Human Development Index (A Case Study in Sambas Regency, West Kalimantan)Development of coastal areas and the border has many challenges and problems, including the lack of central and local governments policys. The low performance accountability of development policy in RKPD is one of the issues. This study aimed to analyze the level of functional coordination strengthening against RKPD oriented to accelerate the achievement of Human Development Index (HDI). This study was conducted in March-June 2016. The research location in Sambas Regency which is the border with the coastal areas and has its potential fisheries resource. Primary and secondary data were used in this study. This study uses a survey by questionnaire as a tool for data collection. purposive sampling as many as 42 people SKPD scope of structural officials in Sambas regency. Data were analyzed descriptively qualitative and quantitative data was analyzed by a statistical approach. The results showed that the human development index in Sambas regency fluctuated in the period 2010 - 2015, aggregatlye increased. Decreased levels of well-being mirrored by HDI value correlates with decreased growth rate in the value of GDP per capita. GDP growth rate fisheries sub-sector continues to increase indicating that the fisheries sub-sector is more stable and reliable as the leading sector. The results of the analysis of functional coordination enhancement RKPD show that the coordination sphere SKPD in Sambas district already has a good performance, with an average value of the overall score was 2.32 (77.21%) and can be classified as “strong”. This good performance can be a major capital in Sambas district development planning process as coastal and border regions in order to make Sambas district became one of the developing border areas.
PROFIL PERIKANAN TUNA DAN CAKALANG DI INDONESIA Maulana Firdaus
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2152.697 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i1.7328

Abstract

Indonesia memegang peranan penting dalam perikanan Tuna, Tongkol dan Cakalang di dunia. Indonesia telah memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Tongkol dan cakalang dunia. Tuna dan cakalang memiliki peranan penting bagi sektor perikanan tangkap di Indonesia sehingga pengetahuan tentang profil perikanan Tuna dan cakalang menjadi sangat penting untuk diketahui. Kajian yang dilakukan pada tahun 2017 ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil perikanan Tuna dan cakalang di Indonesia yang akan dikemukakan berdasarkan penelurusan data sekunder berupa data statistik, laporan penelitian dan publikasi ilmiah terkait perikanan Tuna dan cakalang di Indonesia yang dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa perikanan Tuna dan cakalang di Indonesia terdiri jenis yaitu industri dan artisanal. Daerah penyebaran ikan Tuna dan  cakalang meliputi  Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Hindia, Laut Halmahera, perairan utara Aceh, barat Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, Teluk Tomini,  Teluk  Cendrawasih  dan  Laut  Arafura. Produksi Tuna dan cakalang terus meningkat sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Peningkatan produksi Tuna dan cakalang menunjukkan bahwa tingginya tingkat permintaan terhadap kedua komoditas tersebut. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap Tuna dan cakalang sangat beragam yang dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu rawai Tuna (Tuna long line), rawai hanyut selain rawai Tuna (drift longline other than Tuna long line), rawai tetap (set long line), huhate (skipjack pole and line), pancing tonda (troll line) dan pancing yang lain (other pole and line)Title: The Profile of Tuna and Cakalang Fishery in IndonesiaIndonesia plays an important role in Tuna and Skipjack fisheries in the world due to its supply of  more than 16% of the world’s Tuna and skipjack production. Since they have been being a vital commodity in capture fisheries in Indonesia, it is important to have knowledge of Tuna and skipjack fisheries. This study was conducted in 2017 and it aims to describe the profile of Tuna and skipjack in Indonesia that built upon secondary data. The data were collected from statistical data, scientific report and publication related to Tuna and skipjack fisheries in Indonesia and they were analyzed using descriptive method. The results suggest that Tuna and skipjack fisheries in Indonesia consist of industrial and artisanal types. The fishing ground of Tuna and skipjack covering Banda Sea, Maluku Sea, Flores Sea, Sulawesi Sea, Indian Ocean, Halmahera Sea, Northern Aceh Sea, West Sumatra, South Java, North Sulawesi, Tomini Bay, Cendrawasih Bay and Arafura Sea. The production of Tuna and skipjack Tuna continues to increase particularly during 2000 to 2015. The increased number of Tuna and skipjack production indicates the high demand of these two commodities. There are various fishing gear to catch Tuna and Skipjack, which can be grouped into 6 types, namely Tuna long line, drift longline other than Tuna long line, set long line, huhate (skipjack pole and line), troll line and other fishing rods (other pole and line)