Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

NIKAH TANGKEP (TANGKAP) PERSPEKTIF HUKUM ISLAM: Studi di Pulau Kangean Misbahul Munir; Abd. Manab
ASA Vol 2 No 1 (2020): Agustus
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nikah tangkep (tangkap) adalah pernikahan yang dilakukan dengan sebab apabila seorang laki-laki yang belum menikah atau sudah menikah bertamu kepada perempuan/wanita (bukan mahram) yang statusnya single sampai di luar batas waktu yang telah ditentukan dan disepakati masyarakat Desa setempat (Jam 10.00 malam ke atas). Dalam pengertian lain jika seorang laki-laki bertamu kepada perempuan melewati batas waktu yang telah ditentukan dan disepakati, maka laki-laki tersebut akan dinikahkan tanpa harus memandang statusnya beristri atau belum beristri. Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan dampak positif dan negatif Nikah Tangkep dan mendeskripsikan tinjauan hukum Islam tentang Nikah Tangkep Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif deskriptif. Dengan jenis Studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis datanya menggunakan kondesasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Kesimpulan penelitian adalah Pertama, Dampak positif dan negatif nikah tangkep adalah: Dampak positif nikah Tangkep adalah: (1) Terhindar dari prasangka buruk masyarakat setempat, (2) Terhindar dari fitnah yang berkepanjangan, (3) Menjadi pembelajaran bagi pelaku untuk tidak bertamu kepada perempuan yang bukan muhrimnya di luar batas, (4) menjadi pembelajaran bagi yang belum melakukan supaya memiliki etika dalam bertamu, dan (5) tidak terjerumus kepada jurang perzinahan. Sedangakan dampak negatifnya adalah (1) Bagi orang yang masih sekolah terutama yang masih sekolah menengah maka sekolahnya terputus, (2) timbulnya ketidak harmonisan menjalani kehidupan rumah tangga sehingga berdampak pada perceraian. Kedua, tinjauan hukum islam tentang nikah tangkep yaitu: Ditinjau dari dampak positif dari nikah tangkep di bebrapa desa di pulau Kangean, maka pernikahan itu hukumnya adalah wajib dilakukan hal ini didasarkan pada dampak-dampak positif yang akan diperoleh dari dilaksanakannya nikah tangkep yaitu mnghindarkan dari kejahatan (perzinahan). Sedangkan ditinjau dari dampak negatifnya maka nikah tangkep yang dilakukan di beberapa desa di Pulau Kangean, Hukumnya adalah tidak boleh hal ini didasarkan pada dampak negatif yang diperoleh dari dilaksanakannya nikah tangkep yang bertentangan dengan tujuan nikah yaitu mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah
Concepts of Religious Moderation Education at TAPAL KUDA: Linguistic Analysis and Local Wisdom Muta'allim Muta'allim; Misbahul Munir; Akhmad Ghasi Pathollah; Luthfiyatun Nawiroh; Muhalli Muhalli
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.395

Abstract

Indonesia is called a plural country because it consists of various ethnic groups, races, religions, cultures and languages. Thus, the Indonesian people are prone to conflict, especially those related to religious differences. This phenomenon often occurs among teenagers, especially at Tapal Kuda area. The factors that underlie this are the existence of personal interests, the influx of radicalism, economic business, lack of tolerance, increasing politics, fading of local wisdom, excessive sensitivity, miscommunication, and lack of tabayyun attitude. Therefore, this study presents the concept of religious moderation in order to stem this. This study aims to stem the conflict with the concept of religious moderation through a linguistic approach and local wisdom. This research is a qualitative research with observation and interview methods. The data were obtained from interviews with the Tapal Kuda speakers by voice recording and field note-taking. In addition, the researchers also used reflective-introspective methods. The results of this study indicate that (1) The underlying factors are the existence of personal interests, the entry of radicalism, economic business, lack of tolerance, increasing politics, fading of local wisdom, excessive sensitivity, miscommunication, and lack of tabayyun attitude. (2) the concept of religious moderation with a linguistic approach and local wisdom as an alternative solution in stemming conflicts.
INTERNALIZATION OF TRADITIONAL PLAY-BASED ECOLOGICAL AWARENESS IN CHILDREN OF RURAL COMMUNITIES Akhmad Ghasi Pathollah; Misbahul Munir; Riko Prayogo
International Conference on Humanity Education and Society (ICHES) Vol. 2 No. 1 (2023): Second International Conference on Humanity Education and Society (ICHES)
Publisher : FORPIM PTKIS ZONA TAPAL KUDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to explore ecological awareness based on traditional games of children in rural communities. This emerges as a reflective response to the development of communication technology in the form of the internet and gadgets that build new characters in the habits of today's children. Children are familiar with gadgets and spend most of their time in cyberspace, which has implications for awareness that is distant from the real surrounding nature. This in turn leads to a crisis of ecological awareness in future generations of society. This research uses a descriptive qualitative method with a case study type. The data collection techniques used are observation, documentation and depth-interview. In collecting data, this research uses the Miles and Huberman interactive model, namely; data reduction, data presentation, conclusion drawing. In testing the validity of the data, researchers used triangulation, namely source triangulation, method triangulation, peer discussion and member check. This study found a statement that traditional games of rural communities are based on materials in the surrounding nature and these traditional games contribute to building ecological awareness of children in rural communities.