Kamaluddin Ahmad
Universitas Muhammadiyah Mataram

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan PKn melalui Pembelajaran Learning Community pada Siswa Sekolah Dasar Kamaluddin Ahmad; Aenul Hidayat
CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 8, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Muhammadiyah University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/civicus.v8i2.2873

Abstract

Rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh factor interen dan eksteren yang ada pada diri siswa, sisi lain pembelajaran PKn yang dinamis membutuhkan metode pembelajaran yang efektif yang bisa merubah tingkah laku dan prestasi belajar siswa. Tujuan dalam artikel ini untuk mengtahui upaya meningkatkan hasil belajar pendidikan PKn melalui pembelajaran learning community pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian research action class room. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapakan pembelajaran learning community dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar, dengan hasil tindakan pada siklus I  ketuntasan belajar 56,76 % dan nilai rata-rata 69,83, dan pada siklus II mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar 70,27% dengan nilai rata-rata 84,08. Siklus III mengalami peningkatan yang sangat siknifikat yaitu 89,20% dengan nilai rata-rata 84,08. Dengan demikian setiap sikus mengalami peningkatan yang signifikat dan memenuhi indikator keberhasilan (nilai klasikal) dari siklus sebelumnya. Low learning outcomes are influenced by internal and external factors that exist in students, on the other hand, dynamic Civics learning requires effective learning methods that can change student behavior and learning achievement. The purpose of this article is to determine the efforts to improve the learning outcomes of Civics education through learning community learning for elementary school students. This research is a research action class room. Based on the results of the research shows that by applying learning community learning can improve learning outcomes of elementary school students, with the results of action in cycle I learning completeness 56.76% and an average value of 69.83, and in cycle II has increased but has not met the indicators of success. namely mastery learning 70.27% with an average value of 84.08. Cycle III experienced a very significant increase, namely 89.20% with an average value of 84.08. Thus, each cycle experienced a significant increase and fulfilled the success indicator (classical value) from the previous cycle.
Peran Kepala Desa dalam Menyelesaikan Konflik Antar Masyarakat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 Kamaluddin Ahmad; Ongki Ongki
CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 7 No. 1: Maret 2019
Publisher : Muhammadiyah University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.136 KB) | DOI: 10.31764/civicus.v0i0.851

Abstract

Pemicu utama adalah konflik perseorangan, karena atas nama solidaritas kedaerahan maka konflik tersebut berlanjut menjadi konflik antar daerah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya konflik, dan mengetahui peranan Kepala Desa Renda dalam penyelesaian konflik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penentuan informan menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan faktor pemicu terjadinya konflik antar masyarakat di Desa Renda, antara lain: a) kurangnya lapangan pekerjaan dan masalah minuman keras; b) komunikasi yang kurang; c) adanya hiburan malam. Peranan Kepala Desa dalam penyelesaian konflik yang terjadi antar masyarakat di Desa Renda, yakni: a) konsiliasi, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Lembaga parlementer yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok kepentingan akan menimbulkan pertentangan-pertentangan; b) mediasi, Kepala Desa Renda dan tokoh masyarakat beserta pihak kepolisian sudah melakukan kerjasama mendamaikan para pemuda yang berkonflik, akan tetapi perdamaian yang mereka lakukan hanya sebatas perdamaian saja, hal tersebut belum mampu mereda munculnya kembali konflik, dan; c) Pihak Kepolisian, kepala desa dan tokoh masyarakat menjadi penengah kelompok yang konflik. Daerah ini berangsur-angsur mulai  aman, hal ini tidak lepas dari usaha dan kerja keras dari pemerintah setempat. The main triggers are individual conflicts because, in the name of regional solidarity, the conflict continues to be a conflict between regions. The purpose of this research is to know the triggering factors of conflict and to know the role of the lace village head in conflict resolution. This research uses qualitative methods, determination of informant using purposive sampling. Methods of collecting data using observations, interviews, and documentation. Data analysis techniques using data reduction, data presentation, and withdrawal of conclusions. The results showed the triggering factors of conflict between people in the village of Renda, among others: a) lack of employment and liquor problems; b) less communication; c) Evening entertainment. The role of the village chief in the resolution of conflicts occurring between people in the village of Renda, namely: a) conciliation, a form of conciliation occurs in political society. The parliamentary institution in which there are various interest groups will lead to opposition; b) Mediation, the head of the lace village and the community leaders and the police have been doing cooperation reconciling the conflicting youths, but the peace they do is only limited to peace, it has not been able to subside the emergence of back conflicts, and; c) The police, village head and community leaders are the mediators of the conflict group. This area is gradually getting safe, it is not separated from the efforts and hard work of the local government.
Penerapan Metode Small Group Discussion Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kamaluddin Ahmad; Siti Nurma
CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 8, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Muhammadiyah University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.124 KB) | DOI: 10.31764/civicus.v8i1.1792

Abstract

Kurangnya minat atau motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dikarenakan beberapa hal. Diantaranya; media pembelajaran yang digunakan guru kurang optimal, rendahnya motivasi belajar siswa membuat menurunnya prestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengarauh pembelajaran metode small group discussion terhadap motivasi belajar. Pembelajaran small group discussion, small berarti kecil, group berarti kelompok, dan discussion berarti bertukar pikiran dan pendapat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa small group discussion adalah tukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah/mencari kebenaran di dalam kelompok kecil. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan sampel penelitian berjumlah 36 orang siswa, teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, angket dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi satu predokator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode small group discussion terhadap motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi motivasi siswa. Jadi adanya metode tersebut sangat membantu antusias siswa untuk belajar semakin giat dan aktif. Lack of interest or motivation to learn students in the subjects of PPKn, learning media used by the teachers of PPKn less optimal, low motivation to learn students make a decrease in learning achievement. The purpose of this research is to learn small group discussion of learning motivation. Small group discussion is small, group means group, and discussion means exchanging thoughts and opinions. So it can be concluded that Small group discussion is a brainstorm to solve a problem/find the truth in small groups. This method of research is quantitative research, research samples amounting to 36 students, data collection techniques such as observation, poll and documentation while the data analysis technique used method of descriptive analysis and regression analysis of one predozer. Based on the results shows that the implementation of small group discussion methods of learning motivation to students can affect the motivation of students. So there is a very helpful method for students to learn increasingly active and enterprising.
Tingkat Kecerdasan Intelektual dan Tingkat Kecerdasan Moral pada pembelajaran kewarganegaraan Kamaluddin Ahmad; Adhar Adhar
CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 9, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Muhammadiyah University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/civicus.v9i2.8414

Abstract

Proses pendidikan di sekolah adalah proses yang merupakan sifatnya tidak personal melainkah sifatnya yang menyeluruh. Banyak para ahli menyatakan untuk mencapai kesuksesan seseorang harus mempunyai Intellegence Quotient (IQ) yang tinggi, karena intelektual merupakan bekal kemampuan yang bisa memudahkan dalam proses pendidikan dan pada saatnya akan menghasilkan prestasi pendidikan yang maksimal. Tujuan dalam artikel ini adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan intelektual dan tingkat kecerdasan moral pada pembelajaran kewarganegaraan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen, jumlah sampel penelitian 30 orang. Pengumpulan data menggunakan angket, tes dan dokumentasi kemudian analisis data korelasi produck moument. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat kecerdasan moral dengan tingkat kecerdasan intelektual dalam pembelajaran kewarganegraan. Hal ini terbukti dari data hasil perhitungan uji signifikansi diperoleh nilai  0,705. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan rtable pada derajat kebebasan (db) 28 dan taraf signifikansi 5% sehingga ditemukan rtable 0,361. Kriteria pengujian adalah jika rhitung < rtable maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika rhitung > rtable maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung > rtable , ini berarti hipotesis alternative (Ha) yang berbunyi “ada hubungan antara tingkat kecerdasan intelektual dengan tingkat kecerdasan moral dalam pembelajaran kewarganegraan” diterima.The educational process in schools is a process that is not personal in nature but comprehensive in nature. Many experts state that in order to achieve success, one must have a high Intelligence Quotient (IQ), because intelligence is a provision of abilities that can facilitate the educational process and in time will produce maximum educational achievement. The purpose of this article is to determine the level of intellectual intelligence and the level of moral intelligence in civics learning. This research is a quantitative research with a quasi-experimental approach, the number of research samples is 30 people. Collecting data using questionnaires, tests and documentation and then analyzing product moument correlation data. The results showed that there was a positive relationship between the level of moral intelligence and the level of intellectual intelligence in civics learning. This is evident from the data from the calculation of the significance test obtained a value of 0.705. This value was then consulted with rtable at a degree of freedom (db) 28 and a significance level of 5% so that an rtable of 0.361 was found. The test criteria are if rcount < rtable then Ho is accepted and Ha is rejected. On the other hand, if rcount > rtable then Ho is rejected and Ha is accepted. From the calculation results obtained rcount > rtable , this means that the alternative hypothesis (Ha) which reads "there is a relationship between the level of intellectual intelligence with the level of moral intelligence in citizenship learning" is accepted.