Rahmi Rahmi
Program Studi Komunikasi STISIP Mbojo Bima

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MAKNA RIMPU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NONVERBAL BAGI PEREMPUAN BIMA Rahmi Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol 3 No 1 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Universitas Mbojo Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.808 KB)

Abstract

This research is motivated rimpu culture which is one of the cultural community in general Bima, in which women wear to cover nakedness rimpu as Islam teaches that each of the womenwho have had to cover the nakedness “Aqil balik” in front of people who are not strange. In asociety Simpasai sarimpu realized by using a form of obedience to Allah SWT.Rimpu culture began to be known since the advent of Islam in Bima brought by religious leaders from Gowa Makassar. Although the community it self knows no cultural Gowa rimpu sorimpu culture is the result of women’s culture, especially in Simpasai Bima. Rimpu is wearinggloves to wrap the head in which the wearer’s face visible only by using gloves.Rimpu is a type of clothing women’s clothing Simpasi in which a part of nonverbalcommunication. Rimpu in the context of nonverbal communication has its own meanings. Asindividual expression which through this rimpu communicate about the values that are believedto users. Is a personal identity or a particular social group. In addition, rimpu reflect the statusof a woman in a community, he will be judged as a good woman and family well too if you wearrimpu. Rimpu also communicate the economic status of the wearer this can be seen from thetype of glove wearing. Women who wear rimpu will also be assessed as a woman who religionbecause obedient to God Almighty to cover nakedness.
MAKNA KALONDO WEI SEBAGAI WARISAN BUDAYA MASYARAKAT DI KELURAHAN PENANAE KOTA BIMA Rahmi Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 8 No. 2 (2021): November : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59050/jkk.v8i2.52

Abstract

Penelitian dengan judul Makna Kalondo Wei Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Di Kelurahan Penanae Kota Bima, dengan permasalahan sebagai berikut: 1). Bagaimana masyarakat menganggap makna kalondo wei sebagai warisan budaya di Kelurahan Penanae Kota Bima. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, dan dokumentasi. Penentuan pengamatan observasi dalam penelitian ini penulis dalam penentuan observasi dilakukan dengan teknik analisis yang digunakan yaitu analisis secara deskriptif kualitatif yang didahului dengan informan penelitian), yang menjadi informan atau narasumber dalam penelitian ini terdiri dari Pemerintah Kelurahan Penanae, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pemuda yang ada di Kelurahan Penanae Kota Bima. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa 1.) masyarakat menganggap makna kalondo wei bahwa dalam kehidupan masyarakat kelurahan penanae, tergantung dari pada masyarakat memaknai arti dari kalondo wei itu, karena pernikahan ini sudah menjadi peristiwa dan keadaan masyarakat sebagai tradisi dou mbojo untuk membantu satu sama lain dalam memeriahkan acara pernikahan yang dikenal dikalangan masyarakat yaitu kalondo wei yang dimana kalondo wei sebagai budaya warisan yang selalu dijalankan pada pernikahan berlangsung.