Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

The Da'wah Movement of Ulama Dayah (Analysis the Da'wah Movement of Têungkū Hasanoel Bashry) Zulfikar; Saiful Bahri; Muslem; Fatahillah; Amiruddin; Muhibuttibri
Britain International of Humanities and Social Sciences (BIoHS) Journal Vol 2 No 1 (2020): Britain International of Humanities and Social Sciences, February
Publisher : Britain International for Academic Research (BIAR) Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/biohs.v2i1.146

Abstract

The purpose of this research is to find out about how the da'wah movement of Têungkū Hasanoel Bashry one of the dayah scholars in conducting da'wah activities, and to find out the basis of the da'wah movement of Têungkū Hasanoel Bashry, where the da'wah movement can be said to be able to answer various problems and problems experienced by the people of Aceh at this time, especially religious issues. This type of research is a qualitative research using a character study that aims to provide answers to how the da'wah movement developed by dayah scholars. The results of this study illustrate how the missionary movement Têungkū Hasanoel Bashry, starting from establishing the Al-Aziziyah Islamic College in 2003, developing dayah economics, forming social organizations such as MUDI alumni ties and TASTAFI administrators, cooperating with the government and several countries, and had initiated the birth of a local political party Aceh Daulat Party (PDA) as a forum for entry into the legislative body for dayah graduates. The foundation of the da'wah movement of Têungkū Hasanoel Bashry is to hold fast to the Al-Qur'an and Hadith and Ijma 'of the previous scholars, so as to be able to answer the various problems faced by the people of Aceh at this time, starting from the problems of the Aqeedah, Sharia, and contemporary problems. The da'wah movement Teungku Hasanoel Hasano Bashry has been able to inspire the public to participate in various da'wah activities which are conveyed through discussion media, questions and answers, print media, electronic media and social media. So the da'wah that he delivered was liked by various groups of people, men and women, parents and also young people.
Komunikasi Teurapeutik Dewan Guru Dalam Membina Santri Yang Melanggar Peraturan (Studi Di Jamiah Al-Aziziyah Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga) Zulfikar Zulfikar
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol 16, No 2: Al Qalam (Maret 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v16i2.924

Abstract

Tulisan ini ingin mengkaji tentang Komunikasi Teurapeutik kemampuan atau ketrampilan seorang perawat untuk membantu klien untuk beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Dalam mengelola lembaga pendidikan seperti dayah atau pesantren tentu sangat dibutuhkan komunikasi yang baik oleh pimpinan atau pengelola dayah atau pesantren, karena santri yang menetap di sebuah dayah atau pesantren tentu beragam dan butuh penanggan yang khusus jika ada kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh para santri. Maka komunikasi teurapeutik ini dinilai sangat cocok untuk diterapkan oleh pimpinan atau pengelola dayah, sehingga dengan komunikasi teurapeutik ini akan dapat menyelesaikan problem yang mereka hadapi dalam menanggani santri yang terbukti melakukan pelanggaran peraturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi teurapeutik dewan guru Dayah Jamiah Al-Aziziyah dalam menanggani santri yang melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak Dayah Jamiah Al-Aziziyah selama ini, sehingga akan memberikan sebuah jawaban bagaimana bnetuk komunikasi teurapeutik yang dilakukan oleh dewan guru di Dayah Jamiah Al-Aziziyah dalam menanggani santri yang melanggar peraturan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan single-case study design, karena tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi menyeluruh secara detail dan pemahaman tentang bagaimana komunikasi teurapeutik dewan guru dalam meanggani santri yang melanggar peraturan, sehingga santri tersebut tidak mengulang kembali kesalahan yang telah dilakukan dan berubah menjadi santri yang patuh terhadap aturan yang telah diterapkan. Komunikasi teurapeutik ini menjadi salah satu solusi bagi dewan guru di Dayah Jamiah Al-Aziziyah dalam menanggani santri yang telah melanggar, juga menjadi salah satu metode untuk santri baru agar tidak melanggar segala bentuk peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak pengurus dayah atau pesantren. Dengan adanyan komunikasi terupeutik yang dilakukan oleh dewan guru Dayah Jamiah Al-Aziziyah, maka diharapkan tidak banyak lagi santri yang melanggar dan bagi santri yang melanggar akan menjadi sebuah pembelajaran bagi mereka, sehingga mereka berubah dan menjadi santri yang baik dan patuh dengan segala aturan yang telah diterapkan. 
TASTAFI SEBAGAI MATERI DAKWAH ULAMA DAYAH DI ACEH Zulfikar Zulfikar
AL-ILMU Vol 6, No 2 (2021): AL ILMU: JURNAL KEAGAMAAN DAN ILMU SOSIAL
Publisher : AL-ILMU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research is to examine the development of the Da'wah of Ulama Dayah in Aceh, where the material for the Da'wah of Tasauf, Tauhid and Fiqh (TASTAFI) is a breakthrough that was proclaimed by Ulama Dayah in Aceh in 2018, so that Tastafi becomes an interesting da'wah material for the adult community. this. In particular, it has provided a change in the use of da'wah media by preachers in Aceh. The Tastafi da'wah material presented by Ulama Dayah is expected to be able to answer various problems that arise in society, both those relating to faith, muamalah, worship and other issues that are polemics in society. The figures who developed the Tastafi da'wah material were Dayah clerics who were already well-known in Aceh Province, so that the Tastafi da'wah material was easily accepted by the public and became a new and interesting da'wah material for the people of Aceh. Tastafi da'wah materials carried out by Ulama Dayah have so far been carried out openly and some have been broadcast live streaming through several social media, so that this makes it easier for people who want to follow Tastafi da'wah materials anywhere da'wah activities are carried out. Tastafi da'wah activities are also carried out thoroughly in Aceh Province, so that all people who want to follow Tastafi da'wah materials can directly or live streaming social media.
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM BERDAKWAH PADA MASA COVID-19 DI ACEH Zulfikar Zulfikar
SYARIAH: Journal of Islamic Law Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : STIS Nahdlatul Ulama Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55721/sy.v2i2.216

Abstract

This research is to explain that the development of da'wah during the Covid-19 Pandemic has hit Indonesia in general and Aceh in particular has provided changes in the use of da'wah media carried out by preachers in Aceh. Where previously the preachers preferred the media pulpit or mass gathering at a place, but during the Covid-19 pandemic it has changed the perception of preachers in carrying out da'wah activities by preferring social media as a media of preaching. Social media is considered safer and easier to reach by the community in order to hear da'wah, according to the health protocol recommended by the government during Covid-19 in Aceh. Among the several social media used by preachers in carrying out their da'wah activities, Facebook social media is more widely used, and Facebook social media is considered easier to use and easier to reach by layers of society compared to other social media. Social media Facebook can directly do live da'wah activities carried out by preachers and the public can immediately watch da'wah activities anywhere as long as there is an internet or wifi connection which is now available anywhere.
Kaderisasi Dakwah Dayah di Aceh Melalui Program Muhadharah (Studi Kasus di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga) Zulfikar Zulfikar
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 16, No 1 (2022)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v16i1.2242

Abstract

AbstrakAgama Islam adalah agama dakwah yang dikembangkan melalui lembaga pendidikan pondok pesantren, karena pendidikan pondok pesantren itu telah mampu melahirkan tokoh-tokoh dakwah yang sudah terkenal di nusantara. Kaderisasi dakwah yang dilakukan di pondok pesantren atau dayah telah mampu menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan masyarakat, baik itu persoalan dalam ruang lingkup yang kecil atau persoalan dalam ruang lingkup yang besar. Salah satu pondok pesantren atau dayah di Aceh yang telah berhasil dalam melakukan kaderisasi dakwah adalah dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, dimana dalam kaderisasi dakwah dilakukan melaui program muhadharah pada setiap malam jumat. Dalam setiap kegiatan muhadharah di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga selalu dilakukan pembinaan dan pengkaderan secara terus menerus, sehingga kader dakwah itu benar-benar telah mampu berdakwah dengan baik dan siap diterjunkan dalam kalangan masyarakat. Kader dakwah yang dianggap berhasil itu akan dites kembali oleh ketua kabilah masing-masing, hasil tes yang dilakukan oleh ketua kabilah baru diserahkan kepada Kabag Humas dayah untuk diberikan lisensi layak atau belum layak untuk terjun dalam masyarakat sebagai pendakwah. Jika ada kader dakwah yang sudah terjun kedalam masyarakat ada kekurangan atau laporan, maka kader itu akan dibina kembali supaya tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Urgensi Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Zulfikar Zulfikar
An-Nasyr Vol 9 No 1 (2022): An-Nasyr
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (657.014 KB) | DOI: 10.54621/jn.v9i1.277

Abstract

Pembicaraan tentang Dakwah Islam pada dasarnya hanya berkisar kepada kepada beberapa kalimat : bil qalam, bil lisan, bil hal, dan strategi apa yang dipakai dalam melaksanakan dakwah Islam. Sementara wacana tentang reformulasi dakwah Islam, redefinisi dakwah Islam dan perubahan-perubahan dalam sosial kemasyarakatan sebagai sasaran dakwah Islam sering terabaikan begitu saja. Akibatnya dakwah Islam lebih dipahami sebagai konsep yang normatif, tekstual dan kaku ketimbang dielaborasi secara empiris, kontekstual dan dinamis. Dakwah Islam dalam konsepsi yang berkembang saat ini amat menghambat kreatifitas pengkajian dan sesungguhnya bisa dibilang sebagai proses pengumpulan konseptual dan pengembangan proses dehumanisasi. Sudah seharusnya dakwah Islam mengupayakan suatu konsepsi baru yang menjadikan masyarakat sebagai subyek perubahan bukan hanya sebagai objek penonton. Dalam proses perubahan tersebut, dakwah Islam mengalami perjumpaan dengan realitas sosio-kultural yang mengitarinya. Dalam perspektif historis dakwah Islam hanya bergelut dengan realitas sosio-kultural dijumpai dua kemungkinan. Pertama, dakwah Islam mampu memberikan out put (hasil, pengaruh) terhadap lingkungan, dalam arti memberi dasar filosofis, arah, dorongan dan pedoman perubahan masyarakat sampai terbentuknya realitas sosial baru. Kedua, dakwah Islam dipengaruhi oleh perubahan masyarakat dalam arti eksistensi, corak dan arahannya. Dalam kemungkinan kedua ini sistem dakwah Islam dapat bersifat statis atau ada dinamika dengan kadar yang hampir tidak berarti bagi perubahan sosial. Pemahaman tentang dakwah Islam telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari pemahaman yang normatif dan tekstual menjadi empiris dan kontekstual. Masuknya perspektif ilmu-ilmu sosial telah menarik dakwah Islam dari ranah pemahaman langit turun ke ranah pemahaman yang membumi, empiris, kontekstual dan dinamis, sehingga mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat pendengar dakwah Islam.
Strategi Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan Dayah Dengan Dewan Guru Dalam Mengelola Dayah Pada Masa Pandemik: (Studi Di Dayah Ihdaul Ulum Al-Aziziyah Kecamatan Samalanga) Zulfikar
An-Nasyr Vol 8 No 1 (2021): Jurnal An-nasyru
Publisher : Institut Agama Islam Al-Aziziyah Samalanga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.962 KB)

Abstract

Komunikasi organisasi akan dalam sebuah lembaga sangat penting sekali, baik itu lembaga dengan skala besar maupun dengan skala kecil. Termasuk dalam katagori lembaga adalah lembaga pendidikan pesantren atau dayah yang berkembang di Aceh, di mana dalam mengelola pendidikan pesantren atau dayah sangat penting untuk menggunakan pola komunikasi organisasi dalam menjalankan roda pendidikan di dayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan Dayah Dengan Dewan Guru Dalam Mengelola Dayah Pada Masa Pandemik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan single-case study design, karena tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi menyeluruh secara detail dan pemahaman tentang bagaimana strategi komunikasi pimpinan dayah dengan dewan guru dalam mengelola dayah pada masa pandemik, sehingga mampu bertahan bahkan terjadi penambahan santri yang sangat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Terjalinnya pola komunikasi organisasi dengan antara pimpinan dengan para dewan guru, tentu akan semakin memudahkan dalam menjalankan aturan atau kesekapatan antara pimpinan, dewan guru dan wali santri dalam menjalankan aturan yang telah disepakati secara bersama-sama. Pola komunikasi organisasi ini akan semakin memudahkan para santri dan orang tua santri dalam menjalankan aturan yang berlaku, sehingga tidak terlalu ribet dengan aturan dan menghemat waktu dalam mengurus izin atau keperluan lainnya. Strategi berkomunikasi pimpinan dayah dengan para dewan guru menurut jenjang dan jabatan yang telah dipercayakan kepada mereka, baik permasalahan yang terkait dengan situasi dan kondisi dayah selama ini maupun masalah yang lain. Bentuk komunikasi yang dilakukan ada dalam ruang lingkup yang kecil dan adapula dalam ruang lingkup yang besar, tergantung besar dan kecil bentuk dan permasalahan yang terjadi didayah, sehingga nantinya tidak akan menimbulkan kepanikan dan ketakutan kepada para santri/wati dikomplek dayah tersebut.
STUDENT COMMUNICATION ETHICS WITH THE TEACHERS OF DAYAH JAMIAH AL-AZIZIYAH SAMALANGA (Perspective of Islamic Communication Ethics) Zulfikar Arahman; Muhibuddin Muhibuddin; Muhammad Aminullah
LITERACY : International Scientific Journals of Social, Education, Humanities Vol. 1 No. 3 (2022): December : International Scientific Journals of Social, Education, Humanities
Publisher : Badan Penerbit STIEPARI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.489 KB) | DOI: 10.56910/literacy.v1i3.263

Abstract

 This study examines the Ethics of Communication between students and the teacher at Dayah Jamiah Al-Aziziyah Samalanga, where as in this study will discuss the forms and ethics of communication that exist between students and the teacher. Communication between the students and the teacher of Dayah Jamiah Al-Aziziyah is definitely established on various occasions, so that there is no activity without communication. But the communication that is established is still limited to the form of communication that has not led to ethics in communication, even though communication ethics is something very important in the communication process. So, the focus of this research is on how the ethics of communication between students and the teacher at Dayah Jamiah Al-Aziziyah Samalanga. This study uses qualitative research with the type of field research, namely a field study that examines the ethical issues of communication between students and the teacher in the perspective of Islamic communication. The data collection technique was carried out by observing, interviewing and documenting the ethics of communication between students and the teacher in various aspect. This study aims to determine the ethics of communication between students and the teacher at Dayah Jamiah Al-Aziziyah Samalanga, where the communication ethics used are very good and perfect. With good communication ethics between students and the teacher, it is easier to establish communication because they take care of each other in communicating. Communication ethics is one aspect that needs to be considered in communicating with anyone, including communication between students and the teacher at Dayah Jamiah Al-Aziziah.
Ulama and Umara Communication Patterns in Fostering Islamic Dayah Education in Aceh: Methods and Barriers Zulfikar Zulfikar; Lahmuddin Lubis; Abdurrahman Abdurrahman; Amiruddin Abdullah
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 11, No 02 (2022): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v11i02.3921

Abstract

This topic undoubtedly creates varied opinions of Islamic religious scholars regarding the communication methods used by the Aceh Islamic boarding school and Bireuen District so far, thus it's important to change attitudes and attitudes while communicating with Islamic academics.In order to avoid a gap between the ulama and the district, the Aceh dayah education office and the regency do not distinguish between dayah clerics in Bireuen Regency when communicating with them. To assess their needs and meet their leaders, the dayah education office should visit all dayah ualam in Bireuen Regency. Aceh and Bireuen District's dayah education offices must also build a mechanism to interact with Bireuen Regency's inner dayahs, some of which have never been visited.Based on the author's observations during interviews and direct observation of spaciousness, the researcher found several barriers to communication between the ulama and umara, such as not knowing the head of the service, the head of the elected dayah service did not understand about the dayah, the head of the service was not the choice of the dayah cleric, the head of the service was under the control of a certain group, or the head of the service was not elected. This prevents the dayah clergy and education administration from communicating for an undetermined duration. Until the education service's head is removed, clergy may teach dayah without official approval.The ulema needs to learn about the new dayah education office head's leadership style and communication style due to the contrasts between the two. Some dayah clerics care about the new service head, but others don't, therefore they take their time contacting or waiting for an invitation from the Aceh dayah education office and Bireuen Regency.
Dakwah Ulama Dayah Aceh di Masa Pandemi: Gerakan Da’i Tastafi di Masa Karantina fikar, Zulfikar
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.v6i1.2788

Abstract

This study features the da'wah movement of the Acehnese dayah ulama during the quarantine period. Tasauf Tauhid and Fiqh (Tastafi) is a da'wah movement for Acehnese dayah clerics in the midst of limited movement during the Covid-19 pandemic. This research is a phenomenological study with a descriptive-analytical approach to the Tastafi da'wah movement during the Covid-19 pandemic in Aceh. The data collection techniques were carried out through observation, documentation, and in-depth interviews. The data analysis technique is descriptive-qualitative, which aims to explain the strategy of the Acehnese dayah ulama movement in Tastafi da'wah during the quarantine period. This study found that during the pandemic, the Tastafi da'wah movement conducts the preaching through limited offline meetings, and take social media and live streaming to reach the widest possible audience, hence all levels of Acehnese society could access it anywhere. The purpose of the Tatstafi da'wah movement is to protect the dayah or pesantren, study halls, taklim assemblies, remembrance councils, and the Acehnese people from heretical teachings, and the negative impacts of liberalism, secularism, radicalism, modernism, and all forms of understanding that are contrary to Islamic teachings, as well as to sustain a civil society order. [Penelitian ini bertujuan untuk memahami gerakan dakwah ulama dayah Aceh di masa karantina. Tasauf Tauhid dan Fikih (Tastafi) merupakan sebuah gerakan dakwah para ulama dayah Aceh di tengah keterbatasan gerak di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan sebuah kajian fenomenologis dengan pendekatan deskriptif-analisis terhadap gerakan dakwah Tastafi di masa pandemi Covid-19 di Aceh. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknik analisis data bersifat diskriptif-kualitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan strategi gerakan ulama dayah Aceh dalam dakwah Tastafi di masa karantina. Penelitian ini menemukan bahwa pada masa pandemi, gerakan dakwah Tastafi berdakwah melalui pertemuan luring terbatas, dan memanfaatkan media sosial dan live streaming untuk menjangkau seluas-luasnya jamaah, sehingga semua lapisan masyarakat Aceh dapat mengaksesnya di mana saja. Tujuan dari gerakan dakwah Tatstafi adalah untuk melindungi dayah atau pesantren, balai pengajian, majelis taklim, majelis zikir, dan masyarakat Aceh dari ajaran sesat, dampak negatif liberalisme, sekularisme, radikalisme, modernisme, dan segala bentuk paham yang bertengangan dengan ajaran Islam, serta untuk mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang madani.]