Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Adaptasi Nelayan Kawasan Perbatasan Di Desa Sei Pancang Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur Poppy Setiawati Nurisnaeny
Jurnal Communicate Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Postgraduate of Jayabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1161.257 KB) | DOI: 10.31479/jc.v1i2.37

Abstract

Indonesia boundaries have abundant potentials of natural resources, but the lack of human capital and human empowerment might caused complex problems, such as the existence of the traditional fishermen in the border areas. The fishermen are identical as the asset limitation, lack of capital, lack of bargaining position and also limited to the market access. The fishermen are mostly depending on the environment and natural condition, thus the “unfair” situations, reflected to their difficulties to all eviate poverty. The focus of the research is to observe the adaptation of the traditional fishermen in the border area, which is Sei Pancang village. The research shows that the adaptation of Sei Pancang fishermen in overcoming their difficulties of life in the border area is done by applying cultural value, utilizing available resources, and maintaining social and economic cross-country relationships in the form of patron-client relationship with the Toke of Tawau. The border area between Sei Pancang village and Tawau town is characterized by interdependent borderland of these region in fulfilling their resources. The findings also indicate that this border area have a role in the adaptation of the fishermen in the border area.
Propaganda Penggunaan Bendera Bintang Kejora Terkait Isu Penolakan Pemekaran Daerah Otonomi Baru Papua M. Yusuf Samad; Poppy Setiawati Nurisnaeny
Jurnal Lemhannas RI Vol 10 No 3 (2022)
Publisher : Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55960/jlri.v10i3.295

Abstract

Pemerintah Indonesia telah menetapkan pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB) Papua dengan tiga tambahan provinsi, seperti Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan. Namun, kebijakan tersebut mendapat penolakan dari masyarakat Papua dengan cara melakukan propaganda penggunaan bendera Bintang Kejora. Bendera tersebut dikibarkan pada saat menyampaikan pernyataan sikap penolakan pemekaran Papua dan pada saat aksi unjuk rasa menolak pemekaran Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang aksi-aksi penolakan pemekaran Papua yang menggunakan bendera Bintang Kejora. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengacu pada teori propaganda dan pendekatan multitrack peace building. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode propaganda yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan massa aksi unjuk rasa Petisi Rakyat Papua (PRP) berupa metode pervasif dengan cara pengiriman pesan secara masif dan terus-menerus mengenai penggunaan Bintang Kejora sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan pemerakan Papua. Makna Bintang Kejora tersebut mengalami pergeseran dari yang sebelumnya bermakna sebagai hasil dari pengalaman mitologi yang diyakini membawa kedamaian dan kesejahteraan, menjadi suatu bentuk perlawanan terhadap pemerintah, termasuk penolakan kebijakan pemekaran Papua. Simpulan penelitian ini adalah aksi yang dilakukan TPNPB dan PRP merupakan upaya propaganda menyampaikan kepada sasaran propaganda bahwa Bintang Kejora merupakan simbol perlawanan terhadap kebijakan pemerintah.