Pius Pampe
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMAKAIAN BAHASA MANGGARAI DALAM MISA INKULTURATIF DIKABUPATEN MANGGARAI Pius Pampe; Prof. Dr. I Wayan Jendra, S.U.
e-Journal of Linguistics Vol. 2. Mei 2008 No. 1
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.468 KB)

Abstract

Wacana BM yang digunakan dalam misa inkulturatif di Kabupaten Manggarai merupakan wacana ekspresif berwujud monolog. Wacana ini unik, karena hanya terdiri dari satu paragraf pendek, namun struktur pertuturannya utuh yang ditunjukkan oleh ada bagian pendahuluan, prainti, inti, prapenutup, dan penutup. Demikian juga pada aspek fonologis memiliki keunikan yang ditunjukkan oleh bunyi [o] pada kata io ‘ya’, kata kepok ‘puji syukur’, serta bunyi [i] pada kata Mori ‘Tuhan’ yang diucapkan relatif panjang serta intonasi agak tinggi. Keunikan lain terlihat pada aspek sintaksis yang ditunjukkan oleh penggunaan kalimat predikat verba serial serta penggunaan kalimat konstruksi pasif pada kalimat majemuk yang memiliki hubungan ketergantungan parataktik. Verba pada kalimat majemuk ini berupa kata kerja transitif dan oblig agent berupa frase preposisi l-ami ‘oleh kami’ dan l-ite ‘oleh engkau’, sedangkan subjek berupa nomina yang memiliki fungsi sintaktik sebagai patient. BM yang digunakan dalam misa inkulturatif memiliki tiga ragam, yakni ragam biasa, semibeku, dan ragam beku. Makna dan nilai religius yang terkandung di balik penggunaan kedua ragam tersebut kurang dipahami oleh UKEM, karena masing-masing hanya mencapai 43. 22% dan 44, 34%. Mereka hanya memahami makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan ragam biasa yang mencapai 71,52%.
ALIENASI VERBAL PADA UMAT KATOLIK ETNIK MANGGARAI Pius Pampe
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 16 (2009): March 2009
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.582 KB)

Abstract

Anstract Catholics of Manggarai ethnic (UKEM) in the district of Manggarai have experienced a verbal alienation due to an awkward Manggarai language (ML) used in Catholic religus activities (K3). As native speakers of ML, people even do not understand such an awkward language. Furthermore, they do not find any value behind the usage of such a language. Statistically, their comprehension on such a language is only 43,22%, wich is categorized as do not comprehend. Religious meaning and value wich are not comprehended consist of love, faithfulness, unity, and peace. The contributing factor of such a condition is that the ML used in K3 with religious meaning and value has uniqueness in such aspects as forms, superstructures, and passage-micro structures. The uniqueness in the first aspect is indicated by monolog passage in horizontal dimension, while the second’s by the passage consisting of introduction, pre-core, core, pre-closing, and conclusion, each of witch has communication content. In the terms of micro structures, the uniqueness is indicated by the use of allophones [o] and [i], as well as alliteration, rhytme, assonance, and parallelism related to human’s body and plants.