Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Modifikasi Larutan Buah Bit (Beta vulgaris l.) sebagai Alternatif Pengganti Zat Warna Eosin 2% pada Pemeriksaan Telur Cacing STH (Soil Transmitted Helminths) Benediktus Adventhia Daeli; Fepy Yulianti; Karolina Rosmiati
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol 3 No 2 (2021): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v3i2.2397

Abstract

Helminthiasis is one of the infections caused by parasites. World Health Organization (WHO) data in 2018 reported 24% of the world's population was infected by Soil-Transmitted Helminths (STH). Worms of this group need soil to be in their infective stage. Eosin 2% is a stain used in the examination of worm eggs. Beetroot (Beta vulgaris L.) is one of the plants widely used as a natural dye. Beetroot contains betacyanin which produces red pigment. This study aimed to identify the feasibility of beetroot as a substitute for eosin to stain worm eggs. This research was true experimental with a static group comparison design. The results showed that the concentration of beetroot solution proportional to the quality of 2% eosin is with a concentration of 95%. Beetroot solution produces color quality with a contrasting background so that the morphology of eggs can be clearly observed. Beetroot extract lasts for 7-day storage at cold temperature.
PENYULUHAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR SANTA MARIA 2 PEKANBARU Karolina Rosmiati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Khatulistiwa Vol 3, No 2 (2020): Nopember
Publisher : STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31932/jpmk.v3i2.819

Abstract

Menurut Food Agriculture Organization (FAO) , BTP adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan utama. Ironisnya, banyak pedagang yang menggunakan BTP yang berbahaya seperti formalin, boraks, pewarna dan pemutih yang justru dapat mengganggu kesehatan manusia Anak-anak merupakan merupakan salah satu sasaran makanan-makanan berbahaya yang sengaja diproduksi oleh oknum tertentu karena masih kurangnya pengetahuan tentang jenis bahan tambahan makanan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan tentang bahan tambahan makanan kepada anak-anak sejak dini sehingga ke depan memperhatikan dan selektif dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Metode yang digunakan bersifat penyuluhan dan disertai demonstrasi uji bahan berbahaya pada makanan.
Analisis Kadar Merkuri (Hg) Pada Rambut Pekerja Tambang Di Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Di Kabupaten Kuansing Karolina Rosmiati; Dina Silvia
Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA (JKSP) Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32524/jksp.v4i2.285

Abstract

Mercury is a harmful and toxic heavy metal in the form of silver-white odorless liquid which is slightly volatile at room temperature. It is commonly used by communities in illegal mining to obtain gold. Amalgamation processes were conducted by adding small quantities of mercury to ores which consequently generate amalgam. Amalgam is subsequently extracted through a smelting process to obtain gold. Skin contact and accidental inhalation can lead to mercury exposure. Hair is one of the biomarkers indicating mercury exposure. The purpose of this study was to analyze the mercury (Hg) levels in illegal gold mining workers’ hair in Kuansing District. A purposive sampling technique was applied with the inclusion criteria were ? 30 years old male, ? 5 years of work period and ? 7 hours work duration in a day, never applied hair dye, and were willing to be the samples. 10 samples of mining workers’ hair were initially prepared with a wet digestion method using HNO3 and HCl. Concentration of mercury was analyzed with Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) at a wavelength of 253.7 nm. The absorbance measurement of standard series solution obtained a linear equation y = 217.481x + 17.121 with correlation coefficient of 0.999. Analysis of mercury levels in 10 hair samples indicated the highest level obtained was 0.0312 ppm, in sample code C and the lowest level was 0,00008 ppm. The permissible limit of mercury exposure in human hair regulated by WHO is 1-2 ppm, thus the mercury levels found were not above the threshold
Kajian Fitokimia Dan Aktifitas Antihiperkolesterolemia Ekstrak Ketumbar (Coriandrum sativum L) Pada Mencit Swiss Webster Karolina Rosmiati; Berliana Naomi Rumondang Sari Aritonang
Media Farmasi XXX Vol 16, No 2 (2020): MEDIA FARMASI
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v16i2.1755

Abstract

The results from previous studies showed that coriander (Coriandrum sativum L.) is effective for hypertension, antimicrobials and vaginal discharge, but in the wider community there are many traditional uses of coriander for other diseases such as diabetes mellitus, hypercholesterolemia, arthritis and inflammation. This research aims to determine an antihypercholesterolemic effect of coriander ethanol extract in decreasing total cholesterol levels and the best dose. The anti-hypercholesterolemic test used Swiss Webster male mice were divided into 4 groups, such as negative control, positive control (simvastatin 1.3 mg/kg BW), coriander ethanol extract with a dose of 420 mg/kg BW and a dose of 840 mg/kg BW. The experimental animals were induced exogenously using high fat diet and propyltiouracil for 30-40 days. The parameters studied were total cholesterol levels measured by the CHOD-PAP method, on day 0 (before induction), day 30 (after induction) and day 7 (after treatment) to determine the initial, increase and decrease levels of cholesterol. Similarly, the average cholesterol level decrease in each group was 9.8 mg/dL (negative control), 63.6 mg/dL (positive control), 20.2 mg/dL (extract dose 420mg/kg BW) and 39.4 mg/dL (extract dose of 840 mg/kg BW). The statistical tests results using Anova One way showed a significant difference on the cholesterol decreases in each group, with p = 0.000 (p <0.005). It was concluded that providing coriander (Coriandrum sativum L.) extract reduces cholesterol levels in male Swiss webster mice, with the most effective dose for lowering cholesterol levels being 840 mg/kg BW.Keywords : extract, seeds, coriander, anti-cholesterolHasil dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa ketumbar (Coriandrum sativum L.) memiliki efektifitas terhadap hipertensi, antimikroba dan keputihan, namun dimasyarakat luas masih banyak penggunaan ketumbar secara tradisional untuk penyakit lain seperti diabetes mellitus, hiperkolesterol, arthritis dan inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek antihiperkolesterolemia ekstrak etanol biji ketumbar dalam menurunkan kadar kolesterol total serta mengetahui dosis ekstrak etanol biji ketumbar yang paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol total. Pengujian antihiperkolesterolemia menggunakan hewan uji Mencit Swiss Webster Jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol positif (simvastatin 1,3 mg/kg BB), ekstrak etanol biji ketumbar dosis 420 mg/kg BB dan dosis 840 mg/kg BB. Hewan uji terlebih dahulu diinduksi secara eksogen dengan pemberian diet tinggi lemak dan propiltiourasil selama 30-40 hari. Parameter yang dilihat adalah kadar kolesterol total yang diukur dengan metode CHOD-PAP yaitu pada hari ke 0 (sebelum induksi),hari ke 30 (sesudah induksi) dan hari ke 7 (sesudah perlakuan) untuk mengetahui kadar awal, kadar kenaikan dan kadar penurunan kolesterol. Penurunan rata-rata kadar kolesterol tiap kelompok adalah 9,8 mg/dL (kontrol negatif) , 63,6 mg/dL (kontrol positif), 20,2 mg/dL (ekstrak dosis 420mg/kg BB) dan 39,4 mg/dL (ekstrak dosis 840mg/kg BB). Hasil uji statistik dengan Anova One way menunjukkan perbedaan bermakna penurunan kolesterol pada setiap kelompok yaitu p=0,000 (p< 0.005). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) dapat menurunkan kadar kolesterol pada mencit swiss webster jantan dimana Dosis Ekstrak biji ketumbar yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol sebesar 840 mg/kg BB.Kata kunci : ekstrak,biji,ketumbar,antihiperkolesterol
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI BANGSAL INTERNE RSUP DR. M. DJAMIL PADANG Karolina Rosmiati
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik Vol 1 No 1 (2016): April 2016
Publisher : Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52071/jstlm.v1i1.4

Abstract

Penderita gagal jantung yang menjalani rawat inap seringkali mendapatkan obat dengan jumlah yang banyak sehingga memberikan resiko terjadinya Drug Related Problems (DRPs) yang akan mempengaruhi hasil pada pasien. Penelitian menggunakan desain cross sectional deskriptif analitik dengan melakukan penelitian prospektif pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. M.Djamil Padang selama Februari – Mei 2011. Karakteristik 53 orang subjek penelitian, perempuan lebih banyak dari laki-laki, mengalami DRPs dengan pemberian furosemid dan captopril. Hasil analisis statistik korelasi antara jumlah obat dengan DRPs yang timbul (P > 0,05), DRPs dengan Length of Stay (LOS) ; (P > 0,05), jumlah obat dengan LOS menunjukkan ada korelasi yang signifikan (P > 0,05). DRPs yang paling banyak terjadi adalah interaksi obat, disususul reaksi efek samping obat, obat yang paling banyak menimbulkan DRPs adalah furosemid dan captopril, kajian hubungan antara jumlah obat dengan DRPs menunjukkan tidak ada korelasi, kajian hubungan DRPs dengan LOS menunjukkan tidak ada korelasi, kajian hubungan jumlah obat dengan LOS menunjukkan ada korelasi dan outcomes dari DRPs yang timbul adalah faktor resiko penyakit kronis akan meningkat dan tidak terjadi efek klinik.
UJI EFEKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN UNGU (Graptophyllum pictum) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) Karolina Rosmiati; Alexius Fernando
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik Vol 2 No 1 (2017): November 2017
Publisher : Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52071/jstlm.v2i1.14

Abstract

Pengobatan dengan penyuntikan insulin dan obat anti diabetes kimiawi memberikan biaya yang sulit dijangkau oleh seluruh golongan masyarakat. Oleh sebab itu, pemanfaatan potensi tanaman khas Indonesia salah satunya daun ungu (Graptophyllum pictum) yang mempunyai kemampuan mengobati dan menurunkan kadar glukosa darah perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh ekstrak etanol daun ungu (Graptophyllum pictum) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit putih jantan (Mus musculus). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil uji efektifitas ekstrak etanol daun ungu rata-rata penurunan glukosa darah pada kelompok A (dosis ekstrak etanol daun ungu 250 mg) sebesar 195,4 mg/dL, kelompok B (dosis ekstrak etanol daun ungu 500 mg) sebesar 165,4 mg/dL, kelompok C (dosis ekstrak etanol daun ungu 1000 mg) sebesar 154,6 mg/dL, kelompok D kontrol positif sebesar 196 mg/dL, dan kelompok E kontrol negatif sebesar 132,2 mg/dL. Berdasarkan hasil tersebut kelompok yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah kelompok A (dosis ekstrak etanol daun ungu 250 mg) karena hasil penurunan kadar glukosa darah hampir menyerupai kelompok D kontrol positif.
UJI KADAR SAKARIN PADA MINUMAN RINGAN BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA PEKANBARU Karolina Rosmiati
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik Vol 3 No 1 (2018): November 2018
Publisher : Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52071/jstlm.v3i1.26

Abstract

Food addtives plays an important role in the production of beverages to improve the quality, taste and shelf life of beverages products significantly. Saccharin is widely used as artificial sweetener in soft drinks manufacturing industries, including branded soft drinks with plastic packaging. The purpose of this research was to determine the levels of saccharin in branded soft drinks with plastic packaging sold at Pasar Kodim Pekanbaru. The samples were collected by purposive random sampling. five samples were analyzed by qualitative test using resorcinol reagent and quantitative test with alkalimetric titration methods. The qualitative test showed that all samples were positive for saccharin indicated by the changes of color turning green fluorescence. The level of saccharin in the samples ranged between 160 – 580 mg/kg of ingredients. The higest levels of saccharin (580 mg/kg) was assayed in sample E, and the smallest level ( 160 mg/kg)was assayed in sample B and C. According to Permenkes no.722/Menkes/Per/IX/1988 concerning food additives, maximal saccharin levels allowed in soft drink was 300 mg/kg of ingredients or 5 mg/kg of body weight. Only one sample (sample E) exceeded the limit of maximal saccharin levels allowed in soft drink. Samples A, B, C, dan D that had been tested could be considered as safe to be consumed, but the daily intake should be in caution.
KADAR TIMBAL PADA RAMBUT DAN KUKU PETUGAS SPBU DAN PENJUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK Karolina Rosmiati
Jurnal Akademi Farmasi Prayoga Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Akademi Farmasi Prayoga
Publisher : Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.612 KB)

Abstract

Salah satu jenis polutan yang dapat memberi efek merugikan bagi tubuh adalah senyawa timbal. Timbal merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi yang memiliki titik lebur 327,5ºC. Tubuh dapat terpapar timbal melalui air, tanah dan udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal pada petugas SPBU dan penjual eceran bahan bakar minyak di kota Pekanbaru. Sampel dikumpulkan secara purposive random sampling. 24 sampel rambut dan kuku dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 217,0 nm. Hasil yang didapatkan kadar timbal tertinggi ditemukan pada sampel rambut penjual eceran bahan bakar minyak yaitu 1,909 ppm, (sampel G1), dan yang terendah ditemukan pada sampel kuku petugas SPBU yaitu 0,275 ppm (sampel E2). Menurut WHO, 2018 batas rekomendasi kadar timbal pada orang dewasa adalah dibawah 10 ppm, sehingga dari semua sampel yang diperiksa masih dalam batas rekomendasi yang diizinkan.
PENYULUHAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN MUARA FAJAR TIMUR PEKANBARU Karolina Rosmiati
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 11: April 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v1i11.1881

Abstract

Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu tumbuhan obat dan obat tradisional telah berakar kuat dalam kehidupan sebagian masyarakat hingga saat ini. Tanaman obat keluarga (TOGA) menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk ditanam di lahan pekarangan, dengan pertimbangan karena dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya di Kelurahan Muara Fajar Timur dalam pemanfaatan tanaman obat keluarga dalam pengobatan sendiri atau swamedikasi. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi mengenai TOGA, jenis TOGA dan manfaatnya serta pengolahan sederhana tanaman agar dapat digunakan sebagai obat. Secara keseluruhan kegiatan ini berhasil dan memiliki nilai kebermanfaatan berdasarkan hasil kuisioner evaluasi kegiatan penyuluhan.