Fraktur nasal merupakan jenis fraktur wajah yang paling sering terjadi, menempati urutan ketiga dari seluruh fraktur tubuh manusia. Meskipun tidak mengancam jiwa, penanganan yang tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi fungsional dan kosmetik yang signifikan. Fraktur nasal umumnya terjadi akibat trauma tumpul langsung pada wajah, seperti pada kasus kecelakaan kerja, olahraga, atau kekerasan fisik. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik, karena radiologi konvensional seringkali tidak menunjukkan gambaran fraktur yang jelas. Manifestasi klinis meliputi deformitas hidung, epistaksis, edema, ekimosis, dan deviasi septum. Penatalaksanaan awal meliputi kontrol perdarahan, stabilisasi pasien, dan pemberian analgesik serta antibiotik bila diperlukan. Reduksi tertutup menjadi pilihan utama dalam penanganan fraktur nasal akut, khususnya bila dilakukan dalam 14 hari pertama pasca trauma. Studi kasus ini melaporkan pasien laki-laki usia 25 tahun dengan keluhan epistaksis dan deformitas hidung setelah tertimpa kayu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis, dan dilakukan tindakan reduksi tertutup di bawah anestesi umum. Hasilnya menunjukkan perbaikan fungsi dan estetika secara optimal. Penanganan fraktur nasal yang tepat waktu dan tepat prosedur sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang, termasuk obstruksi jalan napas dan kelainan bentuk wajah. Evaluasi lanjutan pasca tindakan penting untuk mendeteksi dini tanda-tanda infeksi, perdarahan berulang, dan gangguan fungsi nasal.