Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Effect of Variation in Cone Position Heigth on Raw Water Turbidity Removal in Sedimentation Unit Continuous Discharge Flow (CDF) Method as a New Method Ridwan Ridwan; Reri Afrianita; Yar Gustina
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.1.58-64

Abstract

Unit sedimentasi metode continuous discharges flow (CDF) adalah metode baru dalam menyisihkan kekeruhan yang menggunakan prinsip tangki bocor secara kontinu dan terkendali. Perubahan ketinggian posisi cone dari dasar zona pengendapan ke bagian atas, dapat memperkecil jarak antara sumber aliran buang akibat bocor yang berasal dari cone sebagai sumber gaya baru yang bekerja terhadap flok, dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi penyisihan kekeruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penyisihan kekeruhan air baku pada 3 variasi ketinggian posisi cone di zona pengendapan. Penelitian menggunakan reaktor skala laboratorium kapasitas 240 L/jam yang terdiri dari unit koagulasi terjunan, flokulasi baffle channel dan sedimentasi metode CDF. Unit sedimentasi metode CDF yang digunakan adalah CDF 6% dengan variasi ketinggian posisi cone 0 m, 0,33 m dan 0,66 m dari dasar zona pengendapan. Air baku yang digunakan adalah Sungai Batang Kuranji Kota Padang dengan kekeruhan 25,876 – 26,012 NTU dan tawas sebagai koagulan dalam proses koagulasi. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi penyisihan kekeruhan pada ketinggian posisi cone 0 m, 0,33 m dan 0,66 m secara berurutan adalah sebesar 82,88%, 83,86% dan 84,60%. Ketinggian posisi cone 0,66 m dari dasar zona pengendapan adalah posisi optimum dengan efisiensi penyisihan kekeruhan 1,72% lebih besar dari posisi cone di dasar zona pengendapan, yaitu 0 m. Analisis pengaruh ketinggian posisi cone terhadap penyisihan kekeruhan menggunakan korelasi Rank Spearman, menunjukkan pengaruh yang sangat kuat, semakin tinggi posisi cone semakin besar efisiensi penyisihan. Bilangan Reynolds (NRe)dan bilangan Froude (NFr) pada aliran buang ini secara berurutan adalah 23,83 dan 9,33x10-4. ABSTRACTThe continuous discharges flow (CDF) sedimentation unit is a new method for removing turbidity using the principle of a continuous and controlled leaking tank. Changes in the height of the cone position from the bottom of the settling zone to the top, can reduce the distance between the exhaust flow sources due to leakage from the cone as a new force source acting on the floc, and ultimately increase the efficiency of turbidity removal. This study aims to analyze the efficiency of raw water turbidity removal at 3 variations in the height of the cone position in the settling zone. The study used a laboratory-scale reactor with a capacity of 240 L/hour consisting of a plunge coagulation unit, baffle channel flocculation, and CDF sedimentation method. The sedimentation unit for the CDF method used is 6% CDF with variations in the height of the cone position 0 m, 0.33 m, and 0.66 m from the bottom of the settling zone. The raw water used is Sungai Batang Kuranji, Padang City with a turbidity of 25.875 – 26.012 NTU and alum as a coagulant in the coagulation process. The results showed that the efficiency of removal of turbidity at the height of the cone 0 m, 0.33 m, and 0.66 m respectively was 82.88%, 83.86%, and 84.60%. The height of the cone position 0.66 m from the bottom of the settling zone is the optimum position with a turbidity removal efficiency of 1.72% greater than the cone position at the bottom of the settling zone, which is 0 m. Analysis of the effect of the height of the cone position on the removal of turbidity using Spearman's Rank correlation showed a very strong influence, the higher the cone position the greater the removal efficiency. Reynolds number (NRe) and Froude number (NFr) in this exhaust stream are 23.83 and 9.33x10-4, respectively.
PEMANFAATAN BIOMASSA CANGKANG LANGKITANG (FAUNUS ATER) SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM BERAT KROM PADA LIMBAH CAIR Nidia Nur Jamil; Ridwan Ridwan
JURNAL AERASI Vol 1, No 1 (2019): JURNAL AERASI
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36275/jaerasi.v1i1.132

Abstract

Cangkang langkitang (Faunus ater) merupakan limbah yang dapat dijadikan sebagai biosorben karena mengandung senyawa turunan kalsium karbonat (CaCO3) secara fisik mempunyai pori-pori yang memungkinkan memiliki kemampuan mengadsorpsi zat-zat lain kedalam pori-pori permukaannya yang dapat mengikat ion logam. Salah satu logam berat yang merupakan sumber pencemaran dan perlu dihilangkan dalam perairan adalah logam kromium (Cr). Logam ini digunakan dalam industri penyamakan kulit, pelapisan logam, industri cat dan industri tekstil, bersifat karsinogenik sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Pembuatan biosorben dari cangkang langkitang bertujuan untuk mengetahui apakah adsorben tersebut dapat menurunkan kadar ion logam kromium dalam limbah penyamakan kulit. Variasi pH, ukuran adsorben, dan ketebalan adsorben dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum terhadap proses penyerapan ion logam kromium dengan cangkang langkitang menggunakan SSA. Variasi pH dilakukan pada pH  2, 3, 4, 5 dan 6 dan keadaan optimum diperoleh pada pH 2 dengan variasi ukuran adsorben 40, 70 dan 100 Mesh dan variasi ketebalan adsorben 2, 6 dan 10 cm. Hasil dari penyerapan 20 ml limbah Cr menggunakan adsorben cangkang langkitang sebesar 72,57 ppm. Setelah diadsorpsi sampel dianalisis dengan SSA, didapatkan hasil bahwa logam kromium pada sampel memiliki nilai efektifitas terbesar yaitu pada ukuran 100 mesh sebesar 99, 29 % sedangkan untuk ukuran 40 dan 70 mesh sebesar 98,23 % dan 98, 78 %.
Analisis Kondisi Eksisting Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih Kelurahan Simpang Rumbio, PDAM Kota Solok Ridwan Ridwan
Jurnal Serambi Engineering Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v4i2.1331

Abstract

This research is intended to determine the hydraulic conditions of the clean water distribution network in Simpang Rumbio Village by Solok City PDAM, in order to resolve water problems that often do not flow in the city border area and its surroundings. PDAM Solok City must be able to meet customers’ clean water needs from aspects of quality, quantity and continuity. From the data of active customers of PDAM Kota Solok in 2018, the average level of clean water usage is 806 liters / customer / month or 130 liters / person / day, with an average water loss rate of 43.17%. The nodes included in Epanet 2.0 Software are 7 nodes, with the initial node P being a reservoir equipped with a capacity distribution pump of 30 liters / second and a head of 60 meters around the CEC IPA area. The six other nodes are the point of collection for active customers in Simpang  Rumbio Subdistrict as many as 1,547 customers with a total distribution pipe length of 6,300 meters Epanet 2.0  analysis results, there is a negative pressure on node 5 (Prosecutor’s Office) (-0.18) meters and node 6 (Saok Laweh) (-4, 5) meters. The alternative solution is by replacing pipe 4 from a diameter of 100 mm to 150 mm type PVC, or increasing the specifications of the pump head to 70–80 meters
Improved Performance of Water Supply System Sawah Liek and Tungku Sadah PDAM Kota Padang Panjang Ridwan Ridwan
Jurnal Serambi Engineering Vol 6, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v6i3.3048

Abstract

Sawah Liek and Tungku Sadah have increased turbidity  during the rainy season, 629 NTU. Sawah Liek and Tungku Sadah are 845 m and 888 m above sea level and flow by gravity at  Sungai Andok Reservoir, 802 m. Sawah Liek has a  production of  5 l/s for  428 customers and Tungku Sadah 10 l/s for  2,806 customers. One of the causes of turbidity fluctuation during rain is planting  activities which degrade the area of land cover, increase runoff and minimize infiltration into the area  that the flow from the source decreases  every year.  Water consumption for customers of Sawah Liek is 202 l/person/day and Tungku Sadah 62 l/person/day is smaller than the category of small  towns of 130 l/person/day. The installed slow sand filter is unable to handle the turbidity during the rain in  exceeds of 50 NTU. The maximum produced  by the installed slow sand filter is 2.67 l/s. Changes in the function of the filter installed at a high-speed sand filter can increase production to 26.7 l/s and overcome turbidity fluctuations can be accomplished  by improving the system with a complete treatment facility  or an incomplete processing facility  consisting of a screen, a large  chamber, coagulation, and flocculation, filtration and disinfection.
Potensi Uprating pada Unit Sedimentasi Metode Continuous Discharges Flow terhadap Penyisihan Kekeruhan Air Baku Ridwan Ridwan; Reri Afrianita; Rifka Indriani
Jurnal Serambi Engineering Vol 7, No 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v7i4.4731

Abstract

Unit Sedimentasi Continuous Discharges Flow (CDF) adalah modifikasi dengan menambahkan aliran buangan secara kontinu dan terkendali sebagai gaya baru yang bekerja terhadap partikel flok guna meningkatkan efisiensi penyisihan kekeruhan. Pengurangan produksi akibat aliran buangan sebesar 6% terhadap debit produksi unit sedimentasi perlu diresirkulasi. Penelitian bertujuan meningkatkan debit produksi dan efisiensi penyisihan kekeruhan dengan resirkulasi aliran buangan CDF. Percobaan dilakukan dalam skala laboratorium dengan nilai kekeruhan air baku 25,536 NTU. Rangkaian alat yang digunakan unit koagulasi flokulasi, unit sedimentasi metode CDF 6% dengan variasi produksi 240 L/jam dan 360 L/jam, serta variasi resirkulasi aliran buangan CDF 6% ke inlet flokulasi adalah 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Waktu tinggal unit sedimentasi debit 240 L/jam dan 360 L/jam secara berurutan yaitu 90 menit dan 60 menit. Hasil percobaan menjelaskan bahwa resirkulasi aliran buangan CDF yang semakin besar dapat meningkatkan efisiensi penyisihan kekeruhan dan itu terlihat dari parameter analisis Rank Spearman dengan nilai korelasi dari nilai resirkulasi aliran buangan CDF terhadap efisiensi penyisihan kekeruhan adalah 0,980 dan nilai signifikansi 0,00 yang berarti kuat dan signifikan. Efisiensi penyisihan kekeruhan maksimum pada debit 240 L/jam mencapai 87,21% dan debit 360 L/jam adalah 82,50% dengan nilai resirkulasi aliran buangan CDF 100% dan memiliki potensi uprating sistem.
The Effect of Cone Area Variations on the Continuous Discharges Flow (CDF) Method Sedimentation Unit as a New Method for Raw Water Turbidity Removal Ridwan Ridwan; Reri Afrianita; Aulia Massyaf Putri; Reski Anggika
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 21, No 3 (2023): July 2023
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.21.3.659-666

Abstract

The Sedimentation Unit Continuous Discharges Flow (CDF) method is a modification by adding a continuous and controlled discharge flow as a net force acting on the particles to increase the efficiency of turbidity removal by applying the principle of a leaky tank at the bottom of the settling zone. The production capacity of the sedimentation unit using the CDF method is reduced due to the CDF flow of 6% of the flow rate so it needs to be recirculated. This study aims to maintain the production flow rate of the system and increase the efficiency of turbidity removal by recirculating the CDF flow. The research reactor consisted of a coagulation unit, flocculation unit, and sedimentation method using 6% CDF with a flow rate of 240 L/hour and 360 L/hour, and variations in the recirculation flow of 6% CDF to the flocculation unit were 0%, 25%, 50%, 75%, and 100 %. The sedimentation detention time at a flow rate of 240 L/hour and 360 L/hour was 90 minutes and 60 minutes, respectively. Research on a laboratory scale with raw water turbidity of 25,536 NTU. The results showed that the greater the CDF flow recirculation value, the higher the turbidity removal efficiency. Rank Spearman analysis, the correlation value of the CDF flow recirculation value to the efficiency of removal of turbidity is 0.980 and the significance value is 0.00 which means strong and significant. The highest turbidity removal efficiency was achieved at the 100% CDF flow recirculation value, ie at 240 L/hour flow rate was 87.21% with final turbidity 3.267 NTU, while at 360 L/hour flow rate was 82.50% with final turbidity 4,528 NTU. Uprating the flow rate in the experiment was able to produce a final turbidity value that met the drinking water quality standard, which was 5 NTU
Pemanfaatan Limbah Sedotan Plastik sebagai Media Lekat dalam Proses Anammox: Utilization of Waste Plastic Straws as Carrier in the Anammox Process Zulkarnaini; Annisa Aulia Rasyidah; Ridwan
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.239

Abstract

Anaerobic ammonium oxidation (anammox) bacteria tend to settle in the reactor due to self-granulation capability. Carrier is used to enhancing nitrogen removal by anammox biofilm. This study analyzed nitrogen removal using plastic straws as carriers and compared nitrogen removal at different heights of the reactor. The study was conducted using an up-flow anaerobic sludge blanket (UASB) reactor with a volume of 300 mL with three sampling points of 8, 16, and 24 cm and operated for 72 days continuously. The artificial wastewater containing 70 mg-N/L ammonium and nitrite was continuously delivered into the reactor with a hydraulic retention time (HRT) of 6 hours and 3 hours. Cultivated anammox bacteria from Lake Koto Baru, Indonesia, was inoculated into the reactor to start the experiment. The nitrogen removal performance was calculated based on the influent and effluent concentrations of ammonium, nitrate, and nitrite. The nitrogen removal performance achieved a nitrogen removal rate (NRR) of 0.96 kg-N/m3·d, nitrogen removal efficiency (NRE) of 74.62%, and ammonium conversion efficiency (ACE) of 87%. This study shows that nitrogen removal can be optimized by using plastic straws as the carrier. The nitrogen removal mainly occurred in the bottom of the reactor where the average nitrogen removal at 1/3, 2/3, and top of reactor height was 60, 30, and 10%, respectively.   Abstrak Bakteri anaerobic ammonium oxidation (anammox) cenderung mengendap di dasar reaktor karena kemampuannya untuk membentuk granular. Media lekat sering digunakan untuk meningkatkan penyisihan nitrogen berupa biofilm anammox. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyisihan nitrogen menggunakan sedotan plastik sebagai media lekat dan membandingkan penyisihan nitrogen pada ketinggian reaktor. Penelitian dilakukan menggunakan reaktor up-flow anaerobic sludge blanket (UASB) bervolume 300 mL dengan 3 titik sampling yaitu pada ketinggian 8, 16, dan 24 cm yang dioperasikan selama 72 hari. Bakteri anammox yang telah dikultivasi dari Telaga Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, diinokulasikan ke dalam reaktor untuk memulai percobaan. Air limbah artifisial yang mengandung 70 mg-N/L amonium dan nitrit dialirkan ke dalam reaktor secara kontinu dengan hydraulic retention time (HRT) 6 jam dan 3 jam. Kinerja penyisihan nitrogen dihitung berdasarkan konsentrasi amonium, nitrit dan nitrat. Penyisihan nitrogen maksimal mencapai nitrogen removal rate (NRR) 0,96 kg-N/m3.h, nitrogen removal efficiency (NRE) 74,62%, dan ammonium conversion efficiency (ACE) 87%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penyisihan nitrogen dapat dioptimalkan dengan menggunakan sedotan plastik sebagai media. Penyisihan nitrogen terutama terjadi di bagian bawah reaktor di mana rata-rata penyisihan nitrogen pada 1/3, 2/3, dan paling atas ketinggian reaktor masing-masing adalah 60, 30, dan 10%.
Potensi Uprating pada Unit Sedimentasi Metode Continuous Discharges Flow terhadap Penyisihan Kekeruhan Air Baku Ridwan Ridwan; Reri Afrianita; Rifka Indriani
Jurnal Serambi Engineering Vol 7, No 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v7i4.4731

Abstract

Unit Sedimentasi Continuous Discharges Flow (CDF) adalah modifikasi dengan menambahkan aliran buangan secara kontinu dan terkendali sebagai gaya baru yang bekerja terhadap partikel flok guna meningkatkan efisiensi penyisihan kekeruhan. Pengurangan produksi akibat aliran buangan sebesar 6% terhadap debit produksi unit sedimentasi perlu diresirkulasi. Penelitian bertujuan meningkatkan debit produksi dan efisiensi penyisihan kekeruhan dengan resirkulasi aliran buangan CDF. Percobaan dilakukan dalam skala laboratorium dengan nilai kekeruhan air baku 25,536 NTU. Rangkaian alat yang digunakan unit koagulasi flokulasi, unit sedimentasi metode CDF 6% dengan variasi produksi 240 L/jam dan 360 L/jam, serta variasi resirkulasi aliran buangan CDF 6% ke inlet flokulasi adalah 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Waktu tinggal unit sedimentasi debit 240 L/jam dan 360 L/jam secara berurutan yaitu 90 menit dan 60 menit. Hasil percobaan menjelaskan bahwa resirkulasi aliran buangan CDF yang semakin besar dapat meningkatkan efisiensi penyisihan kekeruhan dan itu terlihat dari parameter analisis Rank Spearman dengan nilai korelasi dari nilai resirkulasi aliran buangan CDF terhadap efisiensi penyisihan kekeruhan adalah 0,980 dan nilai signifikansi 0,00 yang berarti kuat dan signifikan. Efisiensi penyisihan kekeruhan maksimum pada debit 240 L/jam mencapai 87,21% dan debit 360 L/jam adalah 82,50% dengan nilai resirkulasi aliran buangan CDF 100% dan memiliki potensi uprating sistem.
Potensi Hilirisasi Instalasi Pengolahan Air dengan Unit Sedimentasi Metode Continous Discharges Flow Ridwan Ridwan; Reri Afrianita; Reski Anggika; Fajri Dwi Arya
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 6 (2024): November 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.6.1537-1544

Abstract

Inovasi teknologi pengolahan air yang menjamin tercapainya kualitas baku mutu air minum sangat dibutuhkan guna keberlanjutan peningkatan layanan sistem penyediaan air minum sebuah kota. Penelitian ini bertujuan mengembangkan instalasi pengolahan air menggunakan bak sedimentasi dengan continuous discharges flow method (CDF) yang merupakan inovasi baru dalam menyisihkan kekeruhan air. Teknologi pengolahan air dirancang pada kapasitas desain 240 L/Jam dengan rangkaian proses koagulasi berupa terjunan air, proses flokulasi dengan sistem sekat sebanyak 6 kompartemen, bak sedimentasi metode CDF dengan variasi nilai CDF 10%, 11%, 12%, dan 13% dari kapasitas inlet, besaran resirkulasi aliran buang CDF 100% ke proses flokulasi, perbandingan luas cone terhadap luas permukaan bak sedimentasi adalah 13%, dan ketinggian cone dari dasar zona pengendapan sebesar 66%, dan unit filtrasi dengan media pasir kuarsa. Penelitian dilakukan dua kali pengulangan dengan kekeruhan air baku artifisial 115,686 NTU. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi penyisihan parameter kekeruhan rata-rata pada unit sedimentasi dengan metode CDF pada variasi nilai CDF 10%, 11%, 12%, dan 13% secara berturut adalah 94,00%, 94,84%, 95,51% dan 96,28% dengan nilai kekeruhan secara berturut adalah 6,936 NTU, 5,967 NTU, 5,192 NTU dan 4,302 NTU. Semakin besar nilai CDF, maka semakin besar efisiensi penyisihan kekeruhan. Efisiensi penyisihan kekeruhan rata-rata secara keseluruhan teknologi pengolahan air dengan unit sedimentasi metode CDF pada variasi nilai CDF 10%, 11%, 12%, dan 13% secara berturut adalah 97,86%, 98,17%, 98,70% dan 98,75% dan nilai kekeruhan akhir hasil pengolahan secara berturut adalah 2,613 NTU, 1,997 NTU, 1,531 NTU dan 1,290 NTU yang memenuhi baku mutu air minum, yaitu kurang dari 5 NTU dan memiliki potensi untuk dihilirisasi dalam skala lapangan.