Djoko Setijowarno
Universitas Katolik Soegijapranata

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Evaluasi Kinerja Apill (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) Di Kota Semarang (Studi Kasus Di Jalan Dr. Cipto Semarang Sepanjang 2,8 Km Saat Jam Puncak Keramaian) Radityo Okianto Pratomo; Rio Adi Pratama; Djoko Setijowarno
G-SMART Vol 5, No 2: Desember 2021
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v5i2.2295

Abstract

Kebutuhan akan transportasi di tiap waktunya, selalu mengalami peningkatan. Namun tingginya akan kebuthan transportasi, tidak di imbangi dengan kapasitas jalan dan pengaturan lalu lintas yang baik. Dalam hal ini, muncul usulan untuk menggunakan suatu sistem bernama Area Traffic Control System (ATCS). Area Traffic Control System (ATCS) adalah suatu system pengendalian simpang lalu lintas jalan raya dengan menggunakan lampu APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) dimana pengaturan lampu lalu lintas pada masing-masing simpang saling terkoordinasi, sehingga pengguna jalan mendapatkan tundaan dan panjang antrian  yang minimum. Pemerintah Kota Semarang sudah memasang APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) di setiap kaki simpang sepanjang jalan DR Cipto, kurangnya APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) yang terkoordinasi dengan baik. Membuat panjang antrian di sepanjang jalan DR Cipto semakin tinggi. Metode yang digunakan dalam studi penerapan ini adalah metode survey, antara lain survey volume lalu lintas, panjang antrian, tundaan, dan fase lampu. Hasil survey kemudian diolah dengan menggunakan rumus dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Hasil dari studi penerapan ini adalah didapatkan alternatif koordinasi dengan waktu siklus 68 detik untuk tiap simpangnya. Dan penurunan panjang antrian sepanjang 24,065 m. Seiring berjalannya waktu, jumlah kendaraan akan terus bertambah sedngkan kapasitas jalan tidak mungkin lagi untuk ditambah dan perubahan geometrik pun sulit untuk dilakukan, maka dari itu perlu kebijakan serius dan tegas dari pemerintah untuk menekan pertambahan jumlah kendaraan.
Evaluasi Perlintasan Sebidang Jalan Rel dengan Jalan Raya di Kota Semarang Galang Pringgondani; Narendra Dewa Bagaskara; Djoko Setijowarno; Rudatin Ruktiningsih
G-SMART Vol 4, No 1: Juni 2020
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v4i1.1895

Abstract

Tundaan dan Antrian kendaraan cukup panjang terjadi di Jalan Anjasmoro, Madukoro, Kokrosono karena volume dari ruas jalan yang tidak bertambah yang menyebabkan penyempitan jalan sehingga menyebabkan waktu untuk melintasi ruas jalan tersebut menjadi bertambah lama. Perhitungan tundaan dan panjang antrian berdasarkan data asli dari hasil survei yang dilakukan di Jalan Anjasmoro Raya, Madukoro Raya, Kokrosono. Sedangkan perhitungan konsumsi bahan bakar berdasarkan persamaan dari LAPI-ITB yang kemudian dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang. Analisis hubungan antara tundaan dan panjang antrian terhadap konsumsi bahan bakar dilakukan dengan cara menganalisis regresi linier berganda. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, hasil model regresi linier berganda dengan variabel bebas berupa tundaan (X1) dan panjang antrian (X2) terhadap variabel tidak bebas yaitu konsumsi bahan bakar (Y) adalah Y = 0.012 + 0.389 X1 + 0.0008547 X2 untuk pagi hari. Hasil analisis menunjukkan tundaan, panjang antrian tertinggi di perlintasan Madukoro Raya sebesar 273 m dikarekan memiliki jumlah tundaan yang lama dan konsumsi bbm tertinggi diperlintasan Kokrosono sebesar 300.32 liter dikarenakan memiliki tundaan yang lama, semakin tinggi nilai waktu tundaan dan panjang antrian semakin besar pula konsumsi bahan bakar yang terbuang. Berdasarkan ketentuan SK 770 tahun 2005 (LHR x frekuensi kereta api 35.000 smpk) pada perlintasan Anjasmoro Raya (2.580.614,4 smpk), Madukoro Raya (2.718.034,8 smpk), Kokrosono (1.173.984,3 smpk) sudah tidak memenuhi syarat sebagai perlintasan sebidang, sehingga sebaiknya sudah ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang seperti fly over, dll.pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, artinya semakin tinggi nilai waktu tundaan dan panjang antrian semakin besar pula konsumsi bahan bakar yang terbuang
Pengaruh Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang Terhadap Kinerja Akses Jalan Di Sekitar Bandara Aloysius H G Daika; Tua Ebenezer Tampubolon; Djoko Setijowarno; Djoko Suwarno
G-SMART Vol 4, No 1: Juni 2020
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v4i1.1911

Abstract

Semarang merupakan salah satu kota yang besar di Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari satu juta jiwa. Dengan kepadatan penduduk yang jumlahnya cukup besar tentu berdampak terhadap transportasi dan lalu lintas, baik transportasi darat, laut, maupun udara. Pada tahun 2018 kemarin, Pemerintah Kota Semarang telah selesai membangun terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang telah diresmikan juga oleh Bapak Presiden Republik Indonesia dan mulai beroperasi bulan Juni tahun 2018 yang lalu. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mecoba untuk menganalisis kinerja akses jalan yang ada di sekitar Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebelum dan sesudah bandara yang baru beroperasi. Ada empat jalan yang menjadi objek penelitian yaitu Jalan Madukoro, Jalan Yos Sudarso, Jalan Puri Anajasmoro Raya, serta Jalan Puri Eksekutif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian langsung di lapangan, setelah mendapatkan data volume lalu lintas yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan peraturan Departemen Pekerjaan Umum tentang Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997). Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas, maka didapat hasil sebagai berikut: nilai derajat kejenuhan (DS) pada masa sekarang untuk masing- masing ruas jalan adalah 0,63 di Jalan Madukoro termasuk dalam tingkat pelayanan kategori C; 0,67 di Jalan Yos Sudarso termasuk dalam tingkat pelayanan kategori C; 0,71 di Jalan Puri Anjasmoro Raya termasuk dalam tingkat pelayanan kategori C; 0,08 di Jalan Puri Eksekutif termasuk dalam tingkat pelayanan kategori A. Kemudian kinerja akses jalan yang berada di sekitar Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang masih berada dalam kondisi arus yang stabil, karena nilai derajat kejenuhan (DS) di masing-masing akses jalan yang menjadi objek penelitian kurang dari satu. Akses jalan yang memiliki tingkat pelayanan terbaik adalah Jalan Puri Eksekutif dengan tingkat pelayanan kategori A, artinya kondisi arus bebas karena volume lalu lintas yang rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan. 
Evaluasi Kinerja Pelayanan Gedung Parkir Terhadap Parkir Di Sepanjang Jalan Pandanaran (Studi Kasus: Kawasan Kuliner) Imanuel Bayu Purnomo; Vitus Erdi Helga Adrian; Djoko Setijowarno; Daniel Hartanto Daniel Hartanto
G-SMART Vol 7, No 1: Juni 2023
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v7i1.8920

Abstract

Permasalahan parkir sering dijumpai pada kawasan yang memiliki tingkat aktifitas tinggi tapi memiliki tempat parkir terbatas seperti Jalan Pandanaran. Pemerintah kota Semarang telah memberikan penyelesaian masalah dengan menyediakan Gedung Parkir Pandanaran. Gedung Parkir Pandanaran dibangun untuk menampung parkir pengunjung kawasan kuliner. Realita yang terjadi adalah gedung tersebut tidak berfungsi secara optimal dan pengendara lebih memilih parkir di sekitar kawasan kuliner. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja dan permasalahan yang terjadi pada Gedung Parkir Pandanaran. Berdasarkan hasil penelitian diketahui volume maksimum Gedung Parkir saat jam sibuk pada hari libur sebesar 12 unit kendaraan pukul 11.00-12.00 dan saat hari kerja sebesar 38 unit kendaraan pukul 13.00-14.00, volume maksimum pada kawasan kuliner tidak berpengaruh pada jam sibuk gedung parkir. indeks parkir Gedung Parkir Pandaranan tertinggi sebesar 25,68 persen sedangkan kawasan kuliner sebesar 150 persen, sehingga kinerja Gedung Parkir Pandanaran tidak berfungsi optimal. Kebutuhan total ruang parkir pada hari libur sebesar 35 unit kendaraan dan hari kerja sebesar 40 unit kendaraan, maka kinerja Gedung Parkir Pandanaran terhadap kebutuhan ruang parkir sudah mencukupi. Hasil survei kuesioner faktor penyebab responden tidak ingin menggunakan Gedung Parkir Pandanaran kembali karena kemudahan manuver kendaraan yang buruk dan kemudahan mencapai tempat perbelanjaan yang sulit