Umi Kholisya
Universitas Indraprasta PGRI

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

REPRESENTASI KOSMOLOGI JAWA PADA GAPURA KONTEMPORER DI DESA-DESA KABUPATEN KARANGANYAR Iis Iis Purningsih; Umi Kholisya Kholisya
Cakrawala - Jurnal Humaniora Vol 19, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.858 KB) | DOI: 10.31294/jc.v19i1.5032

Abstract

Pada awal pembentukan gapura adalah digunakan sebagai suatu struktur bangunan utuh yang merupakan pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan.  gapura merupakan sebuah bangunan yang pada masa hindu dan budha bagian dari komplek candi. gapura dapat dikatakan sebagai bentuk ekspresi terkait dengan kepercayaan masyarakat pendukungnya. melalui cara pandang semiotika, gapura adalah suatu karya arsitektur yang menggambarkan ciri budaya dari suatu kelompok manusia. orang-orang suku jawa merupakan masyarakat berbudaya yang masih mempertahankan tradisinya sampai saat ini. bentuk bangunan atau rumah tidak hanya sebuah bentuk atau karya seni, tetapi bagi orang-orang suku jawa, bangunan dikaitkan dengan  tradisi dan kepercayaan. karena itu pola dan bentuk struktur bangunan gapura dipengaruhi oleh tradisi kosmologi jawa. keanekaragaman wujud fisik gapura di pulau jawa hingga saat ini masih bisa dibuktikan keberadaannya. masyarakat jawa adaptif terhadap kemajuan zaman namun tetap mempertahankan tradisi. karanganyar adalah suatu wilayah di jawa yang saat ini memiliki banyak gapura desa dengan karakteristik yang unik dan menarik. dalam membangun kontstruksi pemaknaan pada gapura, penelitian ini  menggunakan teori semiotika yang dikembangkan oleh roland barthes. dengan menganalisa makna-makna yang terdapat pada ornamen-ornamen gapura di karanganyar dapat diketahui bentuk representasi kosmologi Jawa pada gapura.
Peristiwa Tanjung Priok 1984 (Sebuah Gerakan Sosial) Kholisya, Umi
CHRONOLOGIA Vol 5 No 2 (2023): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jhe.v5i2.13263

Abstract

Pancasila is a way of life of the Indonesian people. During its development, the New Order government made Pancasila the only principle. This government policy gave rise to protests by the community, especially Islamic mass organizations. As a result of the reaction of Islamic community organizations (ormas), the government considered that these movements rejected the Pancasila ideology and were dangerous for the unity of the country. One form of reaction to this government policy was the explosion of the 1984 Priok Incident. This incident occurred on September 12 1984. The method used is descriptive analytical historical research which consists of several stages, namely topic selection, source collection (heuristics), source criticism, interpretation, and historiography. The sources used are oral sources and written sources. The 1984 Priok incident cannot be separated from what is stated in the Collective Action Theory, namely a social movement based on certain interests and to achieve its goals, mobilization efforts or activities are carried out, while the nature of the action is reactive. In their efforts to prevent past humanitarian violations from being revealed, those responsible for security (security forces) in the period after the Priok incident tried to approach the victims, tried to cooperate and tried to get guarantees so that the 1984 Priok case would not be brought to court. This guarantee is applied in the form of peace called Ishlah.
Penelusuran Makna Motif Batik Depok melalui Konsep Denotasi dan Konotasi Roland Barthes Kurniasih, Puri; Amzy, Nurulfatmi; Kholisya, Umi
Jurnal Desain Vol 4, No 01 (2016): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.58 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v4i01.757

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai latar belakang, ragam, hingga makna motif batik depok. Menelusuri latar belakang dan ragam motif batik depok secara kuantitatif menggunakan metode survei dan wawancara. Menelusuri makna secara kualitatif berdasarkan semiotika Roland Barthes tentang konsep denotasi dan konotasi. Secara kuantitatif, ternyata persentase yang tidak tahu tentang motif batik depok lebih banyak ketimbang yang tahu. Secara kualitatif, makna motif batik depok bukan hanya bermuatan estetis, namun juga ideologis. Sebuah motif batik, bukan hanya sekadar representasi dari kekhasan suatu daerah, melainkan bisa menjadi ajang pencitraan daerah yang bersangkutan. Sayangnya, pencitraan tersebut hanya sebatas wilayah balai kota. Jangankan mengetahui ideologi yang diselundupkan dalam motif batik, bahkan masih banyak warga yang tidak tahu mengenai eksistensi motif batik depok. Artikel ini berangkat dari persoalan desain motif batik depok dan sampai pada makna yang terkandung dalam penanda visual tersebut.
Memaknai Bentuk Rupa Lambang Keraton Mangkunegaran Rosalinda, Herliyana; Kholisya, Umi
Jurnal Desain Vol 4, No 02 (2017): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.686 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v4i02.1127

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Makna Simbolis Lambang Keraton Mangkunegaran Surakarta. Pmbahasannya digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode historis, untuk menafsirkan makna simbol yang ada pada lambang keraton Mangunegaran digunakan pendekatan hermeunitika. Objeknya Keraton Mangkunegaran Surakarta sedangkan subjek penelitian ini adalah Makna Simbolis Lambang Keraton. Penelitian juga difokuskan pada  hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan kerajaan Mangkunegaran Surakarta, selain itu pemaknaan lambang sebagai identitas legitimasi suatu pemerintahan dalam kerangka budaya juga menjadi kajian yang penting, terutama dari bentuk visual, rupa, maksud atau makna simbolik yang ada pada lambang kerajaan Mangkunegaran Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan: pada setiap periodesasi pemerintahan Mangkunegara, lambang Mangkunegaran memiliki bentuk rupa dan makna simbol yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik pemikiran, pemerintahan, maupun filosofis dari dalam diri raja Mangkunegaran yang sedang memerintah. Umumnya unsur gambar yang ada pada lambang Mangkunegaran berisi gambar mahkota, padi dan kapas, surya, dan logotype MN. Sedangkan untuk perbedaannya ddilihat dari perbedaan tampilan bentuk ataupun jumlah masing-masing jenis gambar tersebut.