Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Legenda Punden Mbah Gemplo di Desa Sendangrejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro andhika reza ashari; yohan susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.686 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n2.p528-542

Abstract

ABSTRAK Folklor lisan merupakan bagian dari folklor yang diwariskan dengan cara turun temurun. Salah satunya folklore lisan adalah, Legenda Punden Mbah Gemplo di Desa Sendangrejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Legenda ini tergolong folklor lisan karena menceritakannya dengan cara mulut ke mulut. LPMG masih di lestarikan dan dipercaya masyarakat agar tetap ada. Wujud dari legenda Punden Mbah Gemplo ini akan dibahas menggunakan kajian folklore lisan. Rumusan masalah dalam penelitian ini ada 3, (1) Bagaimana cerita legenda Punden Mbah Gemplo di Desa Sendangrejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. (2) Bagaimana mitos dalam cerita legenda Punden Mbah Gemplo di Desa Sendangrejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. (3) Apa fungsi cerita legenda Punden Mbah Gemplo di Desa Sendangrejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Legenda Punden Mbah Gemplo masih ada dan lestari sampai sekarang karena masih diceritakan kepada anak cucunya. Selain itu masyarakat banyak yang mengerti dan mempunyai niat untuk menjaga dan melestarikannya agar tidak hilang tergerus jaman modern. Kata kunci: Legenda, folklore, Pundhen Mbah Gemplo
Makna Simbolik Tari Reyog Kendhang di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Kajian Folklor Vera Amelia Hesawati; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.52 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n4.p1584-1607

Abstract

Dalam perkembangan kebudayaan nasional, kesenian merupakan simbol dalam penggambaran norma-norma dan nilai-nilai budaya yang merupakan identitas budaya bangsa Indonesia. Nilai dan norma dalam budaya menjadi pembeda antar kelompok masyarakat, setiap kelompok masyarakat memiliki ciri masing-masing yang dijaga keasliannya dengan tujuan agar anak cucu kelak masih bisa merasakan budaya yang sama. Salah satunya budaya yang berada di Kabupaten Tulungagung yaitu Tari Reyog Kendhang. Tari Reyog Kendhang tarian rakyat keprajuritan yang ditampilkan secara kelompok yang berasal dan berkembang di Kabupaten Tulungagung. Dalam setiap gerak tari dan kostum dalam tari reyog kendhang menggunakan simbol-simbol tersembunyi yang menarik untuk diteliti. Penelitian budaya ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian folklor bukan lisan. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa penelitian percakapan-percakapan, dokumen hasil observasi, tindakan, dokumentasi dan wawancara yang kemudian ditranskrip lalu dianalisa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula, bentuk tari, makna terkandung, alat dan perlengkapan, makna simbolik alat dan perlengkapan, serta fungsi MSTRKGKT. Kata Kunci: Foklor, Makna Simbolik, Tari Reyog Kendhang
Perspektif Masyarakat terhadap Tradisi Kuningan Tiron-Tiron Sapi di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk (Kajian Folklor) Anistya Ayu Enggarsari; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.728 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n1.p364-383

Abstract

Tradisi Kuningan Tiron-Tiron Sapi (TKTTS) merupakan salah satu tradisi yang masih berlangsung di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Tradisi kuningan merupakan upacara adat selametan sapi yang bertepatan pada wetonan yang dilaksanakan pada hari Jum’at Wage, wuku kuningan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui (1) Bagaimana awal mula TKTTS, (2) Bagaimana prosesi TKTTS, (3) Bagaimana perpektif masyarakat terhadap TKTTS. Penelitian menggunakan teori folklor menurut Danandjaja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian adalah peneliti, lembar observasi, daftar pertanyaan wawancara, dan alat bantu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data menggunakan open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian pada prosesi tradisi kuningan yaitu pembentukan panitia, penetapan waktu dan tempat, menyiapkan perlengkapan, mengundang warga, memandikan sapi, seni pertunjukan, sambutan, arak-arakan sapi, ngalungi sapi, selametan, ritual menurunkan dhadhung awuk, dan berkatan. Dalam pelaksanaan tradisi kuningan tiron-tiron sapi tentunya memiliki kekuatan pengaruh sehingga dapat menciptakan perspektif bagi masyarakat Desa Ngetos. Perspektif masyarakat dalam tradisi ini meliputi masyarakat pemilik sapi, masyarakat yang tidak memiliki sapi, Dinas Pariwisata, ketua panitia, dan pemangku adat. Kata Kunci : Tradisi, Kuningan, Folklor
Tradisi Mocoan Lontar Yusup dalam Acara Pernikahan Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi (Tintingan Folklor Setengah Lisan) Ningrum Anggraini; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.001 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n2.p589-608

Abstract

Dasar dari penelitian ini adalah tradisi yang dilestarikan di Banyuwangi khususnya Desa Kemiren yaitu Tradisi Mocoan Lontar Yusup yang merupakan seni tradisi pelantunan tembang yang digunakan sebagai sarana dengan ritual dalam sebuah tradisi. Sebagai salah satu warisan budaya yang ada, Mocoan Lontar Yusup sangat istimewa karena tidak hanya warisan manuskrip namun juga mewariskan dengan cara ritual dan tradisi dengan cara penembangan, di tahun 2020 dimana Mocoan Lontar Yusup ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak enda (WBTB) nasional oleh pemerintah pusat. Lontar Yusup dapat menarik perhatian peneliti karena satu-satunya naskah kuno yang sampai saat ini masih dijaga oleh masyarakat lokal utamanya di wilayah perdesaan seperti di Desa Kemiren dimana Tradisi Mocoan lontar Yusup, puisi yang ditembangkan di masyarakat untuk melengkapi selamatan yang menggambarkan jalannya kehidupan seperti kelahiran, sunatan, maupun ritual bersih desa, dalam hal tertentu Tradisi Mocoan Lontar Yusup juga bisa dilaksanakan untuk sebuah acara pemenuhan nadar seseorang dan alah satunya adalah yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Tradisi Mocoan Lontar Yusup dalam acara pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitataif dengan teknik observasi penelitian secara langsung. Maka hasil dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang diangkat yaitu mengenai bagaimana asal muasal, proses pelaksanaan serta fungsi dalam Tradisi Mocoan Lontar Yusup ini. Kata kunci: Tradisi Mocoan Lontar Yusup, pernikahan, folklor
Kirab Budaya Dewi Sekar Tanjung di Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Uqtarina Husni Mu'awanah; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.198 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n4.p1400-1424

Abstract

Tradhisi Kirab Budaya Dewi Sekar Tanjung (TKBDST) yaitu salah satu tradisi yang ada di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai wujud rasa hormat dan pengingat kepada leluhur Desa Tanjungan, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang menjadikan Desa Tanjungan mempunyai alam yang subur, juga sarana meningkatkan wisata waduk Tanjungan supaya lebih berkembang. Tujuan dari penelitian ini yaitu menjelaskan: (1) Asal-usul TKBDST, (2) Prosesi pelaksanaan TKBDST, (3) Makna Uba rampe TKBDST, (4) Fungsi TKBDST, (5) Perubahan TKBDST. Hasil penelitian dianalisis menggunakan teori Folklor Djames Danandjaja. Makna dan simbol ditafsirkan menggunakan teori Teeuw, dan fungsi yang terkandung dalam tradisi menggunakan teori Bascom. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti, daftar pertanyaan, dan alat bantu. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fungsi yang terdapat dalam TKBDST yaitu 1. Sebagai alat pendidikan, 2. Sebagai alat bersosialisasi, 3. Sebagai alat sindiran, 4. Sebagai alat hiburan, 5. Sebagai alat kritik sosial. Kata kunci : Tradisi, Kirab Budaya Dewi Sekar Tanjung, Folklor.
Tradisi Ider-ider di Desa Boto Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Ulan Jihadin Nafsiyah; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.279 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n4.p1461-1480

Abstract

Abstract The tradition of Ider-ider is a Javanese tradition that developed in the Boto’s village. This tradition is a tradition that carried out by every individual when they want to open the new’s agricultural land. So that tradition has a close relationship with the farmers in this village. The existence from the one of these Javanese traditions is an interesting thing to study. Then to exploring the history of this tradition, revealing the materials (ubarampe) needed in every practice of this tradition. Discribing the meanings contained in every these ubarampe. Describing the function of the tradition in Boto village which is the background of the existence this tradition. Explaining about the changes that have occurred of the tradition. To assist in the process of analyzing, the study of folklore can be used, namely semi-oral folklore. Then, the conclusion is to present a result of the analysis which shows that the community is able to assess the function of this tradition as an important and useful thing for their lifes. So the community can icreasing their solidarity in an effort to preserve the noble heritage which is often referred to as the one of the part from Javanese culture. Keywords: Javanese culture, Folklore and The Tradition of Ider-ider Abstrak Tradisi Ider-ider merupakan tradisi Jawa yang berkembang di desa Boto. Tradisi yang dilakukan oleh setiap warga secara individu ini dilaksanakan ketika warga tersebut membuka ingin lahan pertanian baru di desa Boto. Maka tradisi Ider-ider ini memiliki hubungan erat dengan petani. Ekistensi dari salah satu tradisi Jawa ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Dengan tujuan untuk mengupas mengenai sejarah asal mula terbentuknya tradisi tersebut, mengungkapkan ubarampe yang dibutuhkan dalam setiap dilakukannya tradisi ini. Serta menjelaskan mengenai makna-makna yang terkandung dalam setiap ubarampe. Mendeskripsikan mengenai fungsi tradisi Ider-ider di Desa Boto ini yang menjadi latar belakang dari eksistensi tradisi ini. Hingga menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada tradisi Ider-ider ini. Dengan demikian untuk membantu dalam proses analisis rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti menggunakan sebuah kajian folklor yaitu folklor setengah lisan. Maka kesimpulan dari penelitian ini adalah menyajikan sebuah hasil dari analisis data yang menunjukkan bahwa masyarakat mampu menilai fungsi tradisi ini sebagai suatu hal yang penting dan berguna dalam kehidupan masyarakat tersebut. Sehingga adanya hal tersebut dapat meningkatkan kerukunan pada masyarakat desa Boto dalam upaya melestarikan warisan luhur yang sering disebut juga dengan salah satu bagian dari kebudayaan Jawa. Kata Kunci: Kebudayaan Jawa, Folklor dan Tradisi Ider-ider
Tradisi Kirab Pusaka Eyang Djoego Di Desa Jugo Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar Lita Kusuma Ningtyas; Yohan Susilo
Morfologi : Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2024): April : Morfologi : Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya
Publisher : Asosiasi Periset Bahasa Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/morfologi.v2i2.413

Abstract

The Eyang Djoego Heritage Carnival tradition is a cultural activity that takes the form of tradition and is carried out every year. The heritage carnival activity was carried out by the community in Jugo Village, Kesamben District, Blitar Regency. This tradition is carried out every year on Legi Sunday in the month of Sela, this is the calculation of dates and months in Javanese tradition. The implementation of the Eyang Djoego Heritage Carnival Tradition is a form of respect for the village ancestor named Eyang Djoego and as a form of community gratitude because with his services he was able to make the residents of Jugo Village live prosperously and have enough because the harvest was so abundant. The focus of this research discusses the origins, procedures, what ubarampe is and the meaning of ubarampe, as well as the function of this traditional activity. This research uses the half-lisa folklore theory of James Danandjadja. The research design used is a qualitative descriptive method, the data sources used in the research are primary and secondary as well as oral and non-verbal data. The results of research from the Eyang Djoego Heritage Carnival Tradition produce meanings that are related to culture. This research discusses the origins of the heritage carnival tradition which originated and developed in Jugo Village. These traditional activities are also enlivened and supported by the people in Jugo Village.
TRADISI METIK PADI DI DESA GLINGGANG KECAMATAN SAMPUNG KABUPATEN PONOROGO Yohan Susilo; Nengky Tyasmara
Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 12 No. 2 (2025): Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/paramasastra.v12n2.p282-298

Abstract

The Rice Harvesting Tradition is a form of semi-oral folklore that is still preserved by thecommunity of Glinggang Village, Sampung District, Ponorogo Regency. This tradition isheld once a year during the harvest season as an expression of gratitude to God Almightyand a tribute to nature and Dewi Sri, who is believed to be the guardian of rice fertility. Thisstudy discusses various aspects of the Metik Padi tradition, including its origins, theprocedures of the ritual, and efforts to preserve it. A descriptive qualitative approach is usedto provide a clearer understanding of the tradition. Data were collected through bothprimary and secondary sources, using techniques such as observation, interviews,documentation, and research instruments. The results reveal the origins of the Metik Paditradition, the sequence of its rituals, and the philosophical meanings behind each stage.Despite the challenges of modernization, the tradition continues to be preserved through thecollective efforts of the community, local government, educational institutions, and socialmedia ensuring it can be passed down to future generations. Key words: Folklore, Tradition, Rice Harvest