Edi Patmini
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATE Fransiska, Lilie; Patmini, Edi; Wahab, Abdul; Emilia, Ova
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.717 KB)

Abstract

PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATELilie Fransiska1, Edi Patmini2, Abdul Wahab3, Ova Emilia4 ABSTRACTBackground: Preeclampsia is one of leading cause of maternals and infants morbidity and mortality that can be prevented by an early detection in pregnant woman who have risk factors to preeclampsia. Early detection and management have a significant role in decreasing maternal and infant mortality rate.Objective: To determine the proportion of pregnancy with risk to preeclampsia and related risk factors. Method: This research is an observational study with cross sectional design. The independent variables are level of maternal education, and occupation. The dependent variable is increased risk of preeclampsia during pregnancy. Data collected by direct interview, physical examination and laboratory examination. Data analysis was done with SPSS programme.Results and Discussion: The result showed that there was no significant difference in maternal educational level with the risk of preeclampsia (p= 0,919), and there is no significant difference between maternal working status with risk of preeclampsia (p= 0,435).Conclusions: This research showed that maternal level of education and working status didn’t have a significant influence to the risk of preeclampsia (p> 0,05).Keywords : maternal occupation, level of maternal education, risk of preeclampsia ABSTRAKLatar Belakang: Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi yang dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang memiliki risiko terhadap terjadinya preeklampsia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proporsi ibu hamil dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate dan faktor-faktor risiko yang terkait. Hasil penelitian ini diharapkan supaya dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Kota Ternate. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain studi potong lintang. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan ibu. Variabel terikat adalah peningkatan risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selanjutnya analisis deskriptif pada data penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok berpendidikan tinggi dan kelompok berpendidikan rendah (p= 0,919), serta antara kelompok bekerja dan tidak bekerja (p= 0,435).Kesimpulan: Faktor pendidikan dan pekerjaan maternal tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap risiko terjadinya preeklampsia (p> 0,05).Kata kunci : pekerjaan ibu, pendidikan ibu, risiko preeklampsia 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM3 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, Yogyakarta4 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM
GANGGUAN HASRAT SEKSUAL PADA WANITA PASCASALIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARA PERSALINAN Irchami F, Yusnia; H, Irfan; H.P, Isanawidya; A.B, Avie; Patmini, Edi; Nugroho, Agung; Rahman, Muhammad Nurhadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.767 KB)

Abstract

1Yusnia Irchami F, 1Irfan H, 1Isanawidya H.P, 1Avie A.B, 2Edi Patmini, 3Agung Nugroho, 2Muhammad Nurhadi Rahman ABSTRACTBackground: Sexual dysfunction in postpartum woman is closely related to the period of pregnancy and childbirth. One of the diagnostic criteria for sexual dysfunction is a sexual desire. Sexual desire disorder can be influenced by psychological factors and marriage relationship. However, there has been no consensus stating with certainty the effect of the method of delivery against sexual desire disorder in postpartum woman.Objective: To assess association between delivery method and sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Method: A cross sectional study was conducted involving 53 subjects in spontaneous vaginal group and 49 subjects in sectio caesarea group. The Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire was administered to measure sexual desire disorder in 2-6 months postpartum woman. Data was analyzed using chi-square analysis. Result & Discussion: In spontaneous vaginal group, 62.3% of the subjects experienced sexual desire disorder while in sectio caesarea group showed 55.1% (p=0.463). Spontaneous vaginal delivery increases the risk of sexual desire disorder, but not significant statistically (Prevalence ratio 1.130 convidence interval (CI) 0.814 to 1.569).Conclusion: There was no significant relationship between the method of delivery and the prevalence of sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.Keywords: Sexual desire disorders, spontaneous vaginal delivery, sectio caesarea delivery, postpartum womanABSTRAK Latar Belakang: Disfungsi seksual yang terjadi pada wanita pascasalin erat kaitannya dengan masa kehamilan dan persalinan. Salah satu kriteria diagnostik disfungsi seksual adalah hasrat seksual. Gangguan hasrat seksual dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis wanita dan hubungan pernikahan. Namun, belum terdapat konsensus yang menyatakan dengan pasti pengaruh metode persalinan terhadap gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin. Tujuan: Mengetahui hubungan antara metode persalinan terhadap prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Metode: Desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross sectional) dengan melibatkan 53 subjek pada kelompok persalinan vaginal dan 49 subjek pada kelompok sectio caesarea. Kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI) digunakan untuk mengukur gangguan hasrat seksual pada subjek yang berada pada bulan ke 2-6 periode pascasalin. Data dianalisis dengan analis chi-square.Hasil & Pembahasan: Pada kelompok vaginal spontan, sebesar 62,3% subjek mengalami gangguan hasrat seksual sedangkan pada kelompok sectio caesarea didapatkan hasil sebesar 55,1% (p=0,463). Persalinan vaginal spontan meningkatkan risiko terjadinya gangguan hasrat seksual secara tidak bermakna (Rasio prevalensi 1,130 convidence interval (CI) 0,814-1,569). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara metode persalinan dengan prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Kata kunci: Gangguan hasrat seksual, persalinan vaginal spontan, persalinan sectio caesarea, wanita pascasalin 1Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM2Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito3Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas   Kedokteran UGM  
HUBUNGAN EPISIOTOMI TERHADAP INKONTINENSIS URIN: SUATU STUDI EPIDEMIOLOGI Sari, Novita; Patmini, Edi; Nugroho, Agung; Rahman, Muhammad Nurhadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.244 KB) | DOI: 10.22146/jkr.12641

Abstract

HUBUNGAN EPISIOTOMI TERHADAP INKONTINENSIS URIN: SUATU STUDI EPIDEMIOLOGINovita Sari1, Edi Patmini2, Agung Nugroho3, Muhammad Nurhadi Rahman4ABSTRACTBackground:The mortality rate of urinary incontinence is low but it greatly affects a person’s quality oflife as can cause embarrassment and discomfort. Consequently it affects psychosocial impact of patient.Urinary incontinence 2-3 times more often experienced by women in comparison with men because oftrauma risk to the connective tissue, muscle, and nerve during childbirth.Objective: To assess association between episiotomy and nonepisiotomy vaginal delivery method onurinary incontinence among postpartum woman.Method: A cross sectional study was conducted toward women with post vaginal delivery in BantulHospital during the period of March-August 2014. After considering the inclusion and exclusion criteria,there were 95 women included in the study (44 women with episiotomy vaginal delivery and 51 womenwith nonepisiotomy vaginal delivery). Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID)wasadministered to measure urinary incontinence in postpartum women. Data were analyzed using SPSSsoftware version 19.Result and Discussion: The occurrence of urinary incontinence in this research was 45.3%, among these39.5% were women with episiotomy vaginal delivery, and 60.5% were women with nonepisiotomy vaginaldelivery method (p=0.228 and RP =0.76).Conclusion: Urinary incontinence among postpartum women is not significantly different among womenwho delivered with episiotomy and non episiotomy.Keyword: Urinary incontinence, vaginal delivery, episiotomy, nonepisiotomyABSTRAKLatar Belakang:Inkontinensi urin bukan masalah yang mematikan tetapi inkontinensi urin mempengaruhikualitas hidup seseorang karena menimbulkan rasa malu dan tidak nyaman, sehingga memberikandampak psikososial pada pasien inkontinensi urin. Inkontinensi urin 2-3 kali lebih sering dialami olehwanita dibandingkan dengan pria karena adanya risiko terjadinya trauma pada jaringan ikat, otot, dancedera saraf saat melakukan persalinan.Tujuan: Mengetahui hubungan antara persalinan vaginal dengan tindakan episiotomi dan nonepisiotomiterhadap kejadian inkontinensi urin pada wanita postpartum.Metode: Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan 44 subjek pada kelompok persalinanvaginal episiotomi dan 51 subjek pada kelompok persalinan vaginal nonepisiotomi. Kuesioner QUID(Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis) digunakan untuk mengukur inkontinensi urin padawanita postpartum. Data kemudian dianalisis menggunakan software SPSS versi 19.Hasil:Angka kejadian inkontinensi urin pada subjek penelitian yaitu 45,3%, sedangkan pada kelompokpersalinan vaginal episiotomi 39,5% dan persalinan vaginal nonepisiotomi 60,5% (p=0,228 dan RP=0,76).Kesimpulan:Tidak ada hubungan yang signifikan antara persalinan vaginal dengan tindakan episiotomidan nonepisiotomi terhadap terjadinya inkontienesi urin postpartum.Kata kunci:Inkontinensi urin, persalinan vaginal, episiotomy dan nonepisiotomi.1 Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM2,4 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito3 Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM
GANGGUAN HASRAT SEKSUAL PADA WANITA PASCASALIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARA PERSALINAN Irchami F, Yusnia; H, Irfan; H.P, Isanawidya; A.B, Avie; Patmini, Edi; Nugroho, Agung; Rahman, Muhammad Nurhadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.767 KB) | DOI: 10.22146/jkr.7117

Abstract

1Yusnia Irchami F, 1Irfan H, 1Isanawidya H.P, 1Avie A.B, 2Edi Patmini, 3Agung Nugroho, 2Muhammad Nurhadi Rahman ABSTRACTBackground: Sexual dysfunction in postpartum woman is closely related to the period of pregnancy and childbirth. One of the diagnostic criteria for sexual dysfunction is a sexual desire. Sexual desire disorder can be influenced by psychological factors and marriage relationship. However, there has been no consensus stating with certainty the effect of the method of delivery against sexual desire disorder in postpartum woman.Objective: To assess association between delivery method and sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Method: A cross sectional study was conducted involving 53 subjects in spontaneous vaginal group and 49 subjects in sectio caesarea group. The Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire was administered to measure sexual desire disorder in 2-6 months postpartum woman. Data was analyzed using chi-square analysis. Result & Discussion: In spontaneous vaginal group, 62.3% of the subjects experienced sexual desire disorder while in sectio caesarea group showed 55.1% (p=0.463). Spontaneous vaginal delivery increases the risk of sexual desire disorder, but not significant statistically (Prevalence ratio 1.130 convidence interval (CI) 0.814 to 1.569).Conclusion: There was no significant relationship between the method of delivery and the prevalence of sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.Keywords: Sexual desire disorders, spontaneous vaginal delivery, sectio caesarea delivery, postpartum womanABSTRAK Latar Belakang: Disfungsi seksual yang terjadi pada wanita pascasalin erat kaitannya dengan masa kehamilan dan persalinan. Salah satu kriteria diagnostik disfungsi seksual adalah hasrat seksual. Gangguan hasrat seksual dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis wanita dan hubungan pernikahan. Namun, belum terdapat konsensus yang menyatakan dengan pasti pengaruh metode persalinan terhadap gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin. Tujuan: Mengetahui hubungan antara metode persalinan terhadap prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Metode: Desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross sectional) dengan melibatkan 53 subjek pada kelompok persalinan vaginal dan 49 subjek pada kelompok sectio caesarea. Kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI) digunakan untuk mengukur gangguan hasrat seksual pada subjek yang berada pada bulan ke 2-6 periode pascasalin. Data dianalisis dengan analis chi-square.Hasil & Pembahasan: Pada kelompok vaginal spontan, sebesar 62,3% subjek mengalami gangguan hasrat seksual sedangkan pada kelompok sectio caesarea didapatkan hasil sebesar 55,1% (p=0,463). Persalinan vaginal spontan meningkatkan risiko terjadinya gangguan hasrat seksual secara tidak bermakna (Rasio prevalensi 1,130 convidence interval (CI) 0,814-1,569). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara metode persalinan dengan prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Kata kunci: Gangguan hasrat seksual, persalinan vaginal spontan, persalinan sectio caesarea, wanita pascasalin 1Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM2Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito3Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas   Kedokteran UGM Â