Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Dari Teknis ke Transformatif: Perkembangan Aspirasi Pustakawan tentang Literasi Informasi di Sekolah Indonesia pada Masa Awal Pengenalannya Pendit, Putu Laxman
ACARYA PUSTAKA Vol 1, No 2 (2015): ACARYA PUSTAKA
Publisher : ACARYA PUSTAKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.909 KB)

Abstract

AbstrakKonsep dan praktik “literasi informasi” mulai dikenal meluas di kalangan pustakawan Indonesia, khususnya pustakawan yang berkecimpung di bidang pendidikan, di dekade pertama tahun 2000-an. Selain itu, ada dua fenomena umum yang saling berkaitan dan ikut mendorong popularitas literasi informasi di kalangan pustakawan, yaitu perkembangan perpustakaan digital yang sudah menyentuh hampir semua jenis perpustakaan dan konsekuensinya terhadap profesi pustakawan ketika harus berhadapan dengan perubahan pesat dalam teknologi informasi di bidang mereka.Pada masa awal pengenalannya di Indonesia, hakikat literasi informasi adalah serangkaian “praktik yang disesuaikan dengan situasi” (situated practices), yakni situasi belajar mengajar di dalam konteks sosial-budaya tertentu yang mencakup di dalamnya tatanan sosial sekolah dan pengembangan kurikulum. Di mana pun literasi informasi akan ditetapkan, diperlukan integrasi kepustakawanan sekolah dengan kegiatan belajar-mengajar, dan harus sejalan dengan perubahan paradigma pengajaran dari yang semula mengandalkan belajar pasif menjadi belajar partisipatif.Semula literasi hanya dilihat dari sisi pandang perangkat teknologi, sebelum akhirnya berubah ketika  literasi mulai terlihat sebagai sebuah praktik sosial yang khas. Dengan demikian, literasi informasi perlu diterima bersama oleh semua pihak yang terlibat di masyarakat pada umumnya, dan di bidang pendidikan pada khususnya. Selain itu, perubahan paradigma dalam berliterasi ini tak sepenuhnya diterima atau dianggap cocok dengan sistem pendidikan yang sedang berlangsung, apalagi pada saat yang sama sistem dan pelaku pendidikan itu sendiri sedang menghadapi berbagai masalah dalam hal kualitas sumberdaya manusia maupun fasilitas. Dalam pada itu, perkembangan teknologi informasi secara umum dan teknologi media pada khusunya telah secara mendasar memengaruhi cara pandang masyarakat tentang kehidupan mereka dan tentang kebebasan berkomunikasi pada khususnya. Jelaslah bahwa baik literasi informasi maupun literasi media merupakan fenomena sosio-budaya yang dipengaruhi perkembangan teknologi media dan sikap serta respon para pustakawan sekolah terhadap fenomena ini akan menentukan bagaimana mereka berpartisipasi.    Kata kunci: literasi Informasi, sosial budaya, pustakawan
Peran negara dalam masyarakat informasi berciri Asia : Jepang sebagai contoh kasus Putu Laxman Pendit
Al Maktabah Vol 3, No 2 (2001)
Publisher : Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/almaktabah.v3i2.1663

Abstract

Istilah "masyarakat informasi" pada umumnya diterima oleh semua orang dengan begitu saja, tetapi kalau sudah sampai kepada pertanyaan "di mana perbedaan hakikinya dengan masyarakat bentuk lain?" para pakar seringkali tidak satu suara. Salah satu cara untuk mengurangi ketidaksepakatan biasanya adalah dengan mencoba mencari satu model atau contoh dari masyarakat yang bisa dikategorikan sebagai masyarakat informasi. Jepang adalah salah satu contoh juga, mewakili daratan Asia. Artikel ini coba mempersoalkan proses awal perkembangan suatu masyarakat industri menuju ke suatu bentuk masyarakat yang berbeda. Jelas di sini masyarakat informasi tidak bisa dirumuskan semata-mata dengan melihat perkembangan teknologi yang digunakannya; teknologi yang digunakan dalam masyarakat informasi harus dikaji dalam konteks sosialnya. lndustri elektronik memang menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi negara ini sekaligus ikut merestrukturisasi ekonomi global dan akhirnya membantu impian orang Jepang tentang "masyarakat informasi". Tetapi, industry ini tumbuh tidak dalam kevakuman sosial, melainkan dipengaruhi oleh berbagai factor penting. Termasuk di dalamnya adalah faktor kekuasaan negara dan proteksi industri serta semangat untuk mengejar ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi. Kata Kunci: Masyarakat informasi, masyarakat industry, ekonomi global
Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika Putu Laxman Pendit
Jurnal Pustakawan Indonesia Vol. 10 No. 1 (2010): Jurnal Pustakawan Indonesia
Publisher : Perpustakaan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.633 KB) | DOI: 10.29244/jpi.10.1.%p

Abstract

Banyak kasus yang menunjukkan bahwa perpustakaan digital seolah-olah bukan urusan pustakawan, tetapi urusan ahli komputer. Padahal jika dilihat dari istilah “Perpustakaan Digital” maka pengertian istilah tersebut adalah “Perpustakaan”. Perpustakaan ini merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan “apakah sebetulnya perpustakaan digital tersebut?”. Katadigital yang mengikuti kata perpustakaan merupakan kata yang menerangkan bahwa bentuk Perpustakaan tersebut adalah Digital. Bukan perpustakaan yang lain.
Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika Putu Laxman Pendit
Jurnal Pustakawan Indonesia Vol. 10 No. 1 (2010): Jurnal Pustakawan Indonesia
Publisher : Perpustakaan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.633 KB) | DOI: 10.29244/jpi.10.1.%p

Abstract

Banyak kasus yang menunjukkan bahwa perpustakaan digital seolah-olah bukan urusan pustakawan, tetapi urusan ahli komputer. Padahal jika dilihat dari istilah “Perpustakaan Digital” maka pengertian istilah tersebut adalah “Perpustakaan”. Perpustakaan ini merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan “apakah sebetulnya perpustakaan digital tersebut?”. Katadigital yang mengikuti kata perpustakaan merupakan kata yang menerangkan bahwa bentuk Perpustakaan tersebut adalah Digital. Bukan perpustakaan yang lain.
Dari Teknis ke Transformatif: Perkembangan Aspirasi Pustakawan tentang Literasi Informasi di Sekolah Indonesia pada Masa Awal Pengenalannya Putu Laxman Pendit
ACARYA PUSTAKA Vol 1 No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ap.v1i2.10050

Abstract

AbstrakKonsep dan praktik “literasi informasi” mulai dikenal meluas di kalangan pustakawan Indonesia, khususnya pustakawan yang berkecimpung di bidang pendidikan, di dekade pertama tahun 2000-an. Selain itu, ada dua fenomena umum yang saling berkaitan dan ikut mendorong popularitas literasi informasi di kalangan pustakawan, yaitu perkembangan perpustakaan digital yang sudah menyentuh hampir semua jenis perpustakaan dan konsekuensinya terhadap profesi pustakawan ketika harus berhadapan dengan perubahan pesat dalam teknologi informasi di bidang mereka.Pada masa awal pengenalannya di Indonesia, hakikat literasi informasi adalah serangkaian “praktik yang disesuaikan dengan situasi” (situated practices), yakni situasi belajar mengajar di dalam konteks sosial-budaya tertentu yang mencakup di dalamnya tatanan sosial sekolah dan pengembangan kurikulum. Di mana pun literasi informasi akan ditetapkan, diperlukan integrasi kepustakawanan sekolah dengan kegiatan belajar-mengajar, dan harus sejalan dengan perubahan paradigma pengajaran dari yang semula mengandalkan belajar pasif menjadi belajar partisipatif.Semula literasi hanya dilihat dari sisi pandang perangkat teknologi, sebelum akhirnya berubah ketika  literasi mulai terlihat sebagai sebuah praktik sosial yang khas. Dengan demikian, literasi informasi perlu diterima bersama oleh semua pihak yang terlibat di masyarakat pada umumnya, dan di bidang pendidikan pada khususnya. Selain itu, perubahan paradigma dalam berliterasi ini tak sepenuhnya diterima atau dianggap cocok dengan sistem pendidikan yang sedang berlangsung, apalagi pada saat yang sama sistem dan pelaku pendidikan itu sendiri sedang menghadapi berbagai masalah dalam hal kualitas sumberdaya manusia maupun fasilitas. Dalam pada itu, perkembangan teknologi informasi secara umum dan teknologi media pada khusunya telah secara mendasar memengaruhi cara pandang masyarakat tentang kehidupan mereka dan tentang kebebasan berkomunikasi pada khususnya. Jelaslah bahwa baik literasi informasi maupun literasi media merupakan fenomena sosio-budaya yang dipengaruhi perkembangan teknologi media dan sikap serta respon para pustakawan sekolah terhadap fenomena ini akan menentukan bagaimana mereka berpartisipasi.    Kata kunci: literasi Informasi, sosial budaya, pustakawan
Peran Negara dalam Masyarakat Informasi di Asia Kasus Jepang Pendit, Putu Laxman
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract