Sri Mulyani
Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Audiovisual terhadap Tingkat Aktivitas Fisik pada Populasi Berisiko Sindrom Metabolik di Wilayah Kerja Puskesmas Turi Sri Rahayu; Sri Mulyani; Melyza Perdana
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.461 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.44262

Abstract

Background: Changes in unhealthy lifestyle and behavior, such as changes in patterns of food consumption and lack of physical activity, may increase the risk of metabolic syndrome. In order to reduce metabolic syndrome risk , promotional efforts such as health education with audiovisual media, may promote a higher level of physical activity.Objective: To determine the effect of health education with audiovisual media toward physical activity level among the metabolic syndrome risk-population in the working area of Turi Community Health Center (Puskesmas), Sleman.Method: This research was a quasi-experiment with a nonequivalent pre-test and post-test design control group. Participants in this research were 80 people who lived in Turi, which 38 people allocated in the intervention group and 42 people in the control group. An intervention used in this study was audiovisual media while the control group received booklet. This questionnaire used in this study was a questionnaire of physical activity GPAQ. T-test was used to determine the effect of audiovisual to physical activity before and after health education which was measured two weeks after the intervention.Result: Health education with audiovisual media affected the level of physical activity in the treatment group (p= 0,001) and the provision of booklets did not affect the physical activity of the control group (p= 0,326). There were differences in physical activity after the intervention between the groups that were given health education using audiovisuals compared to the provision of booklets (p= 0,001).Conclusion: There is an effect of audiovisual health education toward the level of physical activity on the metabolic syndrome risk-population. ABSTRAKLatar Belakang: Perubahan gaya hidup dan perilaku tidak sehat, seperti perubahan pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kejadian sindrom metabolik. Upaya promotif seperti pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fisik dalam rangka mengurangi risiko kejadian sindrom metabolik.Tujuan: Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual terhadap tingkat aktivitas fisik pada populasi risiko sindrom metabolik di wilayah kerja Puskesmas Turi Sleman.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan teknik non-equivalent pretest posttest design control group. Responden penelitian ini adalah masyarakat wilayah Turi yang berjumlah 80 orang yaitu 38 orang pada kelompok perlakuan dengan intervensi pendidikan kesehatan melalui media audiovisual dan 42 orang di kelompok kontrol dengan intervensi pendidikan melalui media booklet. Penelitian ini menggunakan kuesioner aktivitas fisik GPAQ. Analisis data menggunakan paired sample t-test untuk mengetahui pengaruh audiovisual terhadap aktivitas fisik sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yang diberi jarak selama dua minggu.Hasil: Pendidikan kesehatan dengan media audiovisual berpengaruh (p=0,001) terhadap aktivitas fisik pada kelompok perlakuan dan pemberian booklet tidak berpengaruh pada aktivitas fisik kelompok kontrol (p=0,326). Terdapat perbedaan aktivitas fisik setelah dilakukan tindakan antara kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual dibandingkan pemberian booklet (p=0,001)Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual terhadap tingkat aktivitas fisik pada populasi berisiko sindrom metabolik.
Gambaran Kenyamanan Ibu Menyusui yang Menggunakan Ruang Laktasi di Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman Rizky Endah Wuningsari; Sri Mulyani
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 4, No 3 (2020)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkkk.44289

Abstract

Background: The scope of exclusive breastfeeding in Indonesia is still fluctuating, thus the government made policies regarding procurement of lactation rooms in public places and in the workplace. It is necessary for the availability of lactation rooms to consider the comfort of mothers who use it, because comfort is an important condition.Objective: To understand the description of comfort of breastfeeding mother who used the lactation room in primary health care in Sleman District.Method: This research was a descriptive quantitative non-experimental research with cross-sectional design. This research was conducted in five Primary Health Care that were selected randomly. The samples of this research were 91 people who had been or currently used spaces in the five lactation rooms at the five Primary Health Cares. Instrument in this study was General Comfort Questionnaire (GCQ) questionnaire from Kolcaba which had been modified. This research was analyzed using univariate analysis.Result: Physical comfort perceived by respondents including not feeling sore (80,2%), not hungry/thirsty (85,7%), and not tired (91,2%). Psycho-spiritual comfort perceived by respondents including feeling confident (87,9%), satisfied (89,0%), privacy-maintained (87,9%), the mind became calm (90,1%), having no fear (84,6 ), not feeling depressed/discouraged (94,5%), and the need to feel more comfortable when breastfeed in lactation room (93,4%). Environmental comfort perceived by respondents including feeling in a groove (87,9%), comfortable with room lighting (73,6%), no odor (79,1%), the lactation room was easy to find (92,3%), and feeling calm in the room (87,9%). Social comfort perceived by respondents including not feeling lonely (86,8%), not disturbed by people (95,6%), still using the lactation room although there was someone in it (81,3%), and did not require the help of another person when breastfeed in the lactation room (89,0%).Conclusion: The majority of breastfeeding mothers who used the lactation room felt comfortable in terms of physical, psycho-spiritual, environmental, and social.ABSTRAKLatar belakang: Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih fluktuatif, maka pemerintah membuat kebijakan mengenai pengadaan ruang laktasi di tempat umum maupun di tempat kerja. Adanya ruang laktasi perlu memperhatikan kenyamanan ibu menyusui yang menggunakan ruangan tersebut, karena kenyamanan merupakan suatu kondisi yang penting bagi seorang ibu menyusui.Tujuan: Mengetahui gambaran kenyamanan ibu menyusui yang menggunakan ruang laktasi di Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2016 di lima Puskesmas di Kabupaten Sleman. Responden penelitian ini dipilih menggunakan teknik convenience sampling, yaitu sebanyak 91 orang ibu menyusui yang pernah atau sedang menggunakan ruang laktasi di lima Puskesmas tersebut. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner General Comfort Questionnaire (GCQ) dari Kolcaba yang dimodifikasi. Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariat.Hasil: Responden merasakan kenyamanan fisik seperti tidak merasa pegal (80,2%), tidak lapar/haus (85,7%), tidak lelah (91,2%), dan merasa sehat (95,6%); kenyamanan psiko-spiritual, seperti merasa percaya diri (87,9%), puas (89,0%), privasi terjaga (87,9%), pikiran menjadi tenang (90,1%), tidak takut (84,6), dan tidak merasa patah semangat (94,5%); kenyamanan lingkungan seperti merasa berada di tempat yang disenangi (87,9%), nyaman dengan pencahayaan (73,6%), tidak bau (79,1%), mudah untuk menemukan ruangan (92,3%), serta merasa tenang (87,9%); dan kenyamanan sosial seperti tidak kesepian (86,8%), tidak ada yang mengganggu (95,6%), tetap menggunakan ruang walaupun ada seseorang di dalamnya (81,3%), dan tidak memerlukan bantuan orang lain ketika menyusui (89,0%).Kesimpulan: Sebagian besar ibu menyusui yang menggunakan ruang laktasi merasa nyaman baik dari segi fisik, psiko-spiritual, lingkungan, dan sosial.