Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

TEKNOLOGI DAN KELAYAKAN FINANSIAL BAWANG MERAH KABUPATEN KEEROM, PAPUA TECHNOLOGY AND FINANCIAL FEASIBILITY OF ONION IN KEEROM DISTRICT, PAPUA Afrizal Malik; Rohimah Sri Lestari
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 2: Edisi Juli 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.91 KB)

Abstract

Pengkajian untuk mengetahui keragaan teknologi dan kelayakan finansial usahatani bawang merah di sentra produksi, khususnya di Kabupaten Keerom, dilakukan Agustus hingga September 2013. Pengambilan sampel dengan metode survei melibatkan 45 petani responden.Data primer meliputi input dan output usahatani bawang merah ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis biaya dan manfaat serta analisis efisiensi (R/C).  Hasil: rata-rata umur petani bawang merah berada pada usia produktif (41,86 tahun).  Rata-rata luas garapan bawang merah 0,057 ha per petani, pengeluaran untuk bibit Rp 2.930.000, penggunaan pupuk Urea 13,53 kg, 32,53 kg SP-36, KCl 6,88 kg, Phonska 35,53 kg, DGW 3,6 kg, KNO 1,04 kg, dan pestisida dan herbisida Rp 1.010.777 serta curahan tenaga kerja laki-laki 26 HOK dan wanita 6,82 HOK per 0,057 ha per MT dengan tingkat produktivitas 616,11 kg. Total penerimaan usahatani bawang merah dengan luas lahan garapan 0 sebesar Rp 18.483.333 per 0,057 ha per MT dengan total  pengeluaran Rp 7.733.792.  Pendapatan Rp 10.749.541 (R/C 2,39), artinya usahatani bawang merah di Kampung Dukwia menguntungkan, disarankan pengembangan lebih lanjut dengan bimbingan Penyuluh lapangan.  Peran Dinas Pertanian setempat sangat diperlukan karena menyangkut ketersedian sarana produksi (bibit dan pupuk serta pestisida)Assessment to determine the performance of the technology and financial feasibility of onion farming in production centers, especially in Keerom, conducted in August and September 2013. The sample survey method involving 45 farmers primary responden. Data includes input and output onion farming tabulated and analyzed using analysis costs and benefits as well as the analysis of efficiency (R/C). Results: the average age of onion farmers are in the productive age (41.86 years). Average area of onion 0.057 ha per farmer, expenditures for seed IDR 2.93 million, the use of urea 13.53 kg, 32.53 kg SP-36, KCl 6.88 kg, 35.53 kg Phonska, DGW 3,6 kg, 1.04 kg KNO, and pesticides and herbicides IDR 1,010,777 and labor flow  male 26 working days and female 6.82 working days per 0.057 ha per growing season to the productivity of 616.11 kg. Total farm revenue of onion with acreage 0 IDR 18,483,333 per 0.057 ha per growing season for a total expenditure of IDR 7,733,792. Income of IDR 10,749,541 (R/C of 2.39), meaning onion farming in Kampung Dukwia profitable, suggested further development with the guidance of extension agents. The role of the local Department of Agriculture is very necessary because it involves the availability of inputs (seeds and fertilizers and pesticides).
KELAYAKAN TEKNIS EKONOMIS VARIETAS PADI SAWAH PENDEKATAN PTT SPESIFIK LOKASI DI PAPUA (Kasus Kabupaten Jayapura) Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 15, No 1: Edisi Januari 2013
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.533 KB)

Abstract

Kajian bertujuan mengetahui kelayakan teknis ekonomis varietas sawah di Desa Sumbe, Distrik Namblong, Jayapura berupa on farm research melibatkan petani kooperator seluas 2,50 ha, Juli hingga November 2011. Teknologi yang diintroduksi: PTT, sistem legowo 4:1, benih berlabel varietas Inpari 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, dan Sintanur. Pupuk: urea 150 kg+100 kg SP-36+100 kg KCL+50 kg Phonska per ha. Variabel: tinggi dan jumlah anakan 35 dan 65 hst, berat 1000 biji, produktivitas, input, output. Data dianalisis secara deskriptif. Produktivitas tertinggi pada varietas Inpari 7 (7,925 ton per ha gkg) dan terendah varietas Sintanur (4,625 ton per ha gkg). Hama menonjol: hama putih palsu dan walang sangit. Pengeluaran terendah pada varietas Ciherang petani non kooperator Rp 12.150.000 per ha per MT dan tertinggi varietas Inpari 7 (Rp 15.005.000 per ha per MT). Penerimaan terendah pada varietas Ciherang petani non kooperator, Rp 16.400.000 per ha per MT dan tertinggi pada varietas Inpari 7, Rp 27.700.000 per ha per MT. Jika menerapkan teknologi anjuran menggunakan varietas Inpari 7, penerimaan Rp 3.173.750 per bulan (lebih besar UMR Jayapura). Perlu dukungan pemda agar ketergantungan dari luar dapat diminimalkan.Kata kunci: kelayakan, padi, Papua
PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMILIHAN SAYURAN ALTERNATIF DI PROVINSI PAPUA (Kasus Kabupaten Jayapura) Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 18, No 1: Edisi Januari 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.406 KB)

Abstract

Tujuan: mengemukakan preferensi konsumen dalam penentuan usaha tani sayuran. Metode: kombinasi desk study dengan QSA, Juli 2015. Pengambilan data acak di pasar Sentani dan swalayan, masing-masing 25 responden. Pengamatan: (i) Selera; (ii) Harga produk; (iii) ketahanan kesegaran alami; (iv) Kandungan gizi atau vitamin; (v) Mutu. Parameter utama produsen: (i) Tingkat harga hasil; (ii) Harapan keuntungan; (iii) Risiko gagal; (iv) Penguasaan teknologi; (v) Kebutuhan modal produksi; (vi) kemudahan budidaya. Analisis data sistem skoring dilengkapi analisis deskriptif. Hasil: sayuran pilihan utama konsumen: (1) terong, bayam, kangkung, ketimun; (2) tomat, buncis, cabe rawit, sawi, kubis; (3) bawang merah, cabe besar. Faktor penentu pilihan sayuran: (i) mudah budidayanya, (ii) kebutuhan modal relatif rendah, (iii) risiko kegagalan rendah, (iv) harga relatif baik. Jenis sayuran prioritas: (1) kacang panjang, terong, ketimun, kangkung, bayam (2) sawi, cabe rawit, tomat, buncis. Jenis sayuran lainnya, walaupun harga jual dan keuntungan tinggi, petani enggan mengusahakan, karena butuh modal besar dan risiko gagal tinggi. Bagi petani sayur modal lemah perlu: (i) kredit, (ii) pemberian kredit selektif dengan perhitungan cermat.
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Dl LAHAN KERING PAPUA Muhammad Yasin; Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 1: Edisi Januari 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.992 KB)

Abstract

Kajian bertujuan menganalisis dan memperoleh informasi teknologi peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan baru jagung pada lahan kering agroekosistem dataran rendah di sentra pengembangan Kabupaten Nabire. Pengkajian dilaksanakan Agustus hingga November 2013. Pemilihan lokasi secara purposive atas dasar Kabupaten Nabire merupakan salah satu sentra pengembangan jagung di Papua. Dari Nabire ditentukan Distrik Wanggar yang terluas menanam jagung, kemudian ditentukan kampung Wiraska, kemudian ditentukan kelompok tani Sri Rejeki. Kegiatan lapang menggunakan rakitan teknologi spesifik lokasi dengan pendekatan PTT jagung, melibatkan 12 petani sebagai kooperator (introduksi) dengan luas kajian tiga ha. Sebagai pembanding, data dikumpulkan dari petani non kooperator (eksisting) menggunakan kuisioner sebanyak 55 petani. Data yang dikumpulkan: data sosial ekonomi (input dan output), keragaan teknologi usahatani jagung. Untuk petani kooperator dikumpulkan dengan farm record keeping. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil: pada kondisi eksisting, petani menggunakan pupuk Urea 35,6 kg+14,5 kg SP-36_KCl 7,2 kg+fhonska 62,4 kg per ha dengan tingkat produktivitas 2,71 ton per ha dengan tingkat pendapatan Rp 6.030.310 per ha. Petani kooperator produktivitasnya 3,957 ton per ha, tingkat pendapatan Rp 10.616.500. Produktivitas petani kooperator lebih tinggi 31,5 persen. Diketahuinya produktivitas penerapan PTT yang lebih tinggi menunjukkan perlu dikembangkannya lebih lanjut, terutama di kawasan pengembangan jagung di kabupaten Nabire.
PROSPEK PENGEMBANGAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS KEDELAI DI PROVINSI PAPUA Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 18, No 2: Edisi Juli 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.633 KB)

Abstract

Kajian ini dilakukan di sentra pengembangan kedelai. Pengumpulan data menggunakan kuisioner yang difokuskan pada aspek input dan output yang akan diuraikan pada  subsistem input usahatani, subsistem produksi, ekonomi, dilakukan bulan Juni hingga Juli 2015.  Untuk melengkapi data primer juga dilakukan Desk Studi terhadap hasil kajian sistem agribisnis kedelai. Pengambilan contoh petani kedelai secara purposive sebanyak  10 orang petani sebagai responden di masing-masing kabupaten sentra pengembangan kedelai, yaitu Kabupaten Merauke, Jayapura, Keerom, Sarmi, dan Nabire. Parameter yang dikaji: input-output usahatani, pemasaran serta kendala teknis dan ekonomi usahatani. Analisis data dilakukan secara deskriptif, tabulasi, dan analisis ekonomi. Hasil kajian menunjukkan bahwa usahatani kedelai termasuk komoditas palawija yang kurang berkembang di Provinsi Papua, terlihat dari luas potensi pengembangan kedelai dari sisi ketersediaan lahan cukup besar, sementara permintaannya cukup tinggi terutama untuk bahan baku industri pengolahan. Hal ini menunjukkan adanya peluang pengembangan komoditas tersebut karena potensi pasar cukup besar. Untuk pengembangan agribisnis kedelai, berbagai teknologi dibutuhkan,  terutama varietas unggul baru dengan potensi hasil tinggi. 
PROSPEK PENGEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN KERING DI PROVINSI PAPUA Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 18, No 1: Edisi Januari 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.676 KB)

Abstract

Pengembangan lahan kering di Provinsi Papua diarahkan tidak saja pada komoditas perkebunan seperti kopi, kakao, dan kelapa akan tetapi juga untuk pengembangan padi gogo, kedelai, dan jagung.  Jagung memiliki komposisi terbesar untuk pakan, bahan baku industri, minyak makan, pati, dan minuman. Dalam kebijakan pembangunan pertanian Provinsi Papua,  pemerintah menetapkan pengembangan jagung sebagai salah satu komoditas pangan prioritas, di samping padi dan kedelai. Namun produktivitas yang dicapai kurang dari1,8 ton per ha, sedangkan hasil pengkajian lebih dari 10 ton per ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan teknologi peningkatan hasil (benih, pupuk) belum dikuasai petani secara utuh dan faktor sosial ekonomi (kelangkaan modal). Perlu dorongan motivasi untuk peningkatan produktivitas diantaranya pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu  pada tanaman jagung. Penggunaan pupuk berupa Urea 250 kg + 100 kg SP-36 + KCl 100 kg per ha bisa meningkatkan produktivitas jagung. Terdapat 4.445.871 ha untuk pengembangan jagung di Papua.
KERAGAAN TEKNOLOGI KACANG TANAH DI SARMI, PAPUA Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 14, No 1 (2012): edisi Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.318 KB)

Abstract

Kajian bertujuan melihat keragaan teknologi budidaya dan analisis usaha kacang tanah. Survei dilakukan bulan November hingga Desember 2010. Penentuan lokasi secara purposive, di Kabupaten Sarmi. Responden sebanyak 30 petani diambil dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner semi terstruktur dilengkapi FGD. Data hasil panen dikumpulkan Juli hingga Oktober 2010, meliputi karakteristik, input, dan output usaha tani. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.  Hasil: petani adalah transmigran NTT, NTB, dan Jawa Tengah.  Rata-rata garapan 0,80 ha per petani dengan varietas unggul nasional turunan hasil sendiri dan menukar petani tetangga (varietas Banteng dan Kidang). Jumlah benih 37,3 kg biji per ha, jarak tanam 20 x 30 cm; 25 x 30 cm, dan 20 x 40 cm.  Petani tidak menggunakan pupuk an-organik. Curahan tenaga kerja 86,4 HOK per ha. Pola tanam: (1) kacang tanah – kedelai - kacang tanah; (2) kacang tanah - kacang tanah - kedelai, dan (3) kacang tanah – jagung - kedelai, serta (4) kacang tanah - padi gogo - sayuran. Pengolahan tanah secara minimum tillage.  Produktivitas 785 kg per ha biji. Pendapatan: Rp 3.244.250 per MT. TIP dan TIH berada di bawah nilai produktivitas dan harga
PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP ADOPSI INOVASI BUDIDAYA BAWANG MERAH LAHAN PASIR BANTUL INFLUENCE OF SOCIAL CAPITAL ON ONION CULTIVATION INNOVATION ADOPTION SANDY LAND BANTUL Septi Wulandari; Afrizal Malik
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 2: Edisi Juli 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.454 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sanden Bantul untuk mengetahui: modal sosial petani bawang merah, menentukan tingkat adopsi petani terhadap inovasi budidaya bawang merah, faktor yang memengaruhi tingkat modal sosial petani, menentukan pengaruh modal sosial dan faktor-faktor lain terhadap adopsi inovasi budidaya bawang merah. Metode yang digunakan: metode deskriptif dengan teknik survei. Sampling desa dan petani dilakukan secara purposive, sedangkan sampel petani dipilih secara simple random sampling. Jumlah total sampel enam puluh petani. Metode: proporsi dan uji regresi linier berganda. Hasil: tingkat modal sosial petani rendah, sementara tingkat adopsi inovasi budidaya bawang merah tinggi. Akses jurnalistik, kredibilitas jurnalistik, dan aktivitas petani dalam penyuluhan, berpengaruh positif terhadap modal social petani, sedangkan umur, pendidikan, tanah, sikap, dan motivasi tidak berpengaruh nyata terhadap modal sosial petani. Sikap dan keaktifan petani dalam penyuluhan berpengaruh positif terhadap adopsi inovasi budidaya bawang merah, sedangkan modal sosial, usia, pendidikan, motivasi, tanah, akses ke media massa, dan kredibilitas media massa tidak secara signifikan memengaruhi adopsi inovasi budidaya bawang merah.Research conducted in Sanden sub district of Bantul to knows: onion farmers social capital, determine level of farmer adoption of onion cultivation innovation, factors that affect level of farmers social capital, determine influence of social capital and other factors of adoption onion cultivation innovation. Method used: descriptive method with survey techniques. Sampling villages and farmers conducted purposively, while sampling farmers chosen by simple random sampling. Total sample amount is sixty farmers. Method: proportion of test and multiple linear regression test. Results: level of farmer’s social capital is low, while rate of adoption of onion cultivation innovation is high. Massmedia access, credibility of massmedia, and activity of farmers in extension, positive influence on farmers social capital, while age, education, land, attitude, and motivation did not significantly affect farmer’s social capital. Attitudes and active farmers in extension positive influence on adoption of onion cultivation innovationn, while social capital, age, education, motivation, land, access to mass media, and credibility of mass media did not significantly affect adoption of onion cultivation innovation.
ANALISIS PENETAPAN SEKTOR ANDALAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN JAYAPURA PAPUA (PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT) Afrizal Malik
SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2007): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/sepa.v4i1.48899

Abstract

One of the factor succes of agriculture development is planned better. Pledge sector is capable to draw and push other economic sector so that entire all economic sector can be articulatory push economic growth, creating opportunity job, improving earnings, and reducing poornes people.
KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF TANAMAN PANGAN DI SENTRA PRODUKSI PAPUA (STUDI KASUS KABUPATEN JAYAPURA) Afrizal Malik
SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 3, No 1 (2006): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/sepa.v3i1.48865

Abstract

The assesment study aimed to determine the characteristics of farming system, comparative advantage, competitiveness of farmer practices and to study potential crops which suitable to be developed in Jayapura Regency The assesment was conducted in Jayapura Regency from July to August 2005. the data were collected by interview using structurally questioners which prepared by key informan with snowballing method