Seiring dengan kemajuan teknologi, pencemaran juga tidak dapat dihindari. Khususnya pencemaran udara dari asap rokok, dipandang tidak berbahaya karena adanya filter dibagian pangkalnya. Padahal asap rokok berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu gas yang ada dalam asap rokok yang bernama karbonmonoksida (CO) sangat berbahaya bagi tubuh. Sistem respirasi dan sirkulasi adalah sistem utama tubuh yang berhubungan langsung dengan gas CO asap rokok. Darah merupakan komponen penting dalam kedua sistem tersebut yang dapat terganggu kerjanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendedahan asap rokok berfilter terhadap kadar protein plasma tikus putih (Rattus norvegicus L.). Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan strain Wistar, umur 2 bulan dengan berat sekitar 150-160 gram sebanyak 15 ekor dibagi dalam 3 kelompok perlakuan : P1 (10 hari didedahkan asap rokok-berfilter), P2 (30 hari didedahkan asap rokok-berfilter), dan kelompok kontrol (tanpa didedahkan asap rokok). Penelitian diteruskan tanpa pendedahan asap rokok selama 20 hari sebagai masa pemulihan. Sampel darah dan food intake diukur selama masa perlakuan dan masa pemulihan berlangsung. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan ANAVA, jika hasilnya berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola satu arah dengan 3 perlakuan dan setiap perlakuan 5 ulangan. Variabel yang diukur yaitu kadar protein plasma darah dengan alat refragtometer. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan filter berpengaruh terhadap kadar protein plasma darah. Pendedahan dengan asap rokok berfilter dapat menurunkan kadar protein plasma secara sangat nyata (P<0,01). Selama masa pemulihan, kadar protein plasma darah dapat kembali ke kadar normal secara perlahan.