Siti Nurbaiti
Department Of Tropical Biology, Faculty Of Biology, Universitas Gadjah Mada, Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Induksi Embriogenesis Mikrospora Padi (Oryza sativa L.) Dengan Cekaman Starvasi Dan Suhu Tinggi Siti Nurbaiti
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 16, No 1 (2019): Proceeding Biology Education Conference
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk menghasilkan tanaman haploid ganda yang bersifat homozigot dan penting dalam pemuliaan tanaman. Penggunaan tahap perkembangan polen yang tepat menjadi faktor penting untuk efisiensi induksi embriogenesis mikrospora. Dalam penelitian ini dilakukan induksi embriogenesis mikrospora dengan mengamati karakter spikelet dan pengaruh nya terhadap potensi embriogenesis mikrospora padi varietas Fatmawati dan Ciherang melalui cekaman starvasi dan suhu tinggi. Malai padi yang masih tertutup daun pelindung dipanen dan disimpan pada suhu 4oC selama 4 hari sebagai praperlakuan. Tahap perkembangan polen diamati menggunakan mikroskop dengan menggerus antera segar pada gelas benda yang telah ditetesi medium B. Antera diisolasi dari spikelet dengan memotong sepertiga bagian dari dasar dan dikultur dalam medium B pada suhu 33oC selama 4 hari. Persentase mikrospora yang embriogenik dihitung dari mikrospora yang tumpah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa spikelet “muda” yang tampak transparan dengan warna putih kehijauan memiliki populasi polen pada tahapan uninukleat tengah hingga akhir atau vacuolated microspore, sedangkan spikelet “tua” yang berwarna lebih hijau dan tebal memiliki lebih banyak polen dewasa yang ditandai dengan warna gelap. Pada kedua varietas, persentase mikrospora embriogenik, yang memiliki diameter lebih besar dan menunjukkan fragmentasi sitoplasma, dihasilkan lebih tinggi oleh spikelet “muda” dibandingkan spikelet “tua” yaitu 58,31% dan 35, 23% untuk IR 23, sedangkan Fatmawati yaitu 75,67% dan 34,64%. Diameter mikrospora embriogenik yaitu sekitar 50 µm sedangkan mikrospora non embriogenik 30 µm.
Developmental the pattern of embryogenic microspore of rice (Oryza sativa L.) based on morphological characteristic Siti Nurbaiti; Yekti Asih Purwestri; Budi Setiadi Daryono; Endang Semiarti; Ari Indrianto
JURNAL PENELITIAN BIOLOGI BERKALA PENELITIAN HAYATI Vol 25 No 1 (2019): December 2019
Publisher : The East Java Biological Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.554 KB) | DOI: 10.23869/18

Abstract

Microspore culture is a rapid approach to get double haploid plants in shorten time which is important for plant breeding. Microspore culture of pigmented rice cultivar Segreng was used to observe the pattern of embryogenic development based on the characteristics of morphology. Characterization between embryogenic and non-embryogenic microspores was conducted after exposed anther to carbohydrate starvation in B medium culture at 33oC for 4 days. The result showed that enlarged microspore and star-like structure of fragmented cytoplasm become a marker of embryogenic microspore after stresses treatment. More complex of fragmented microspore was found at 4 days in A2 medium and developed further into multicellular structure. These multicellular structures might be originated either by symmetrical or asymmetrical division. The longer incubation, the higher frequency of complex fragmented microspore that developed into multicellular structure release from exine has appeared.