Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

CYBER SASTRA: PERLAWANAN TERHADAP HEGEMONI DALAM SASTRA INDONESIA Yulhasni Yulhasni; Edy Suprayetno
Jurnal Komposisi Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Komposisi
Publisher : Universitas Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.167 KB)

Abstract

Praktik hegemoni sastra sudah berlangsung cukup lama terutama sejak bangsa ini mengenal baca tulis. Bahkan perlawanan terhadap dominasi tersebut menandakan telah terjadi hegemoni dalam sastra Indonesia. Praktik hegemoni tidak hanya dipraktikkan oleh kekuasaan. Sejak pertama sekali Sastra Indonesia Modern diperkenalkan dalam panggung politik Indonesia, maka sejarah kemudian mencatat beberapa bagian penting yang harus dipahami masyarakat, yakni tokoh, waktu dan peristiwa sastra. Di Indonesia, geger sastra sempat muncul ke permukaan akibar gerakan puisi esai Denny JA yang kemudian bermuara masuknya nama ini dalam buku controversial terbitanPustaka HB Jassin ‘’33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.’’
Menyibak Sastra Feminisme Kekinian: Ditinjau Perspektif Teori Belajar Humanistik Edy Suprayetno
EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia) Vol 1, No 1 (2021): EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia)
Publisher : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.418 KB) | DOI: 10.30829/eunoia.v1i1.1003

Abstract

Fenomena perempuan dalam tradisi kekinian sudah menjadi sebuah kultur. Eksistensi perempuan sudah seolah-olah sudah menjadi kebiasaan yang plural dan majemuk. Dilihat dari sudut hierarki peradaban, pengarang perempuan sudah banyak yang menyimpang dari sudut olah rasa, yakni menjamurnya ketidakseimbangan antara imajinasi dengan emosional. Hal ini mengakibatkan pengarang perempuan tidak mementingkan kulmulasi dalam mengimajinasikan kata-kata sebagai energi. Pengarang perempun bergelimut pada kekuatan perasaan yang ingin digoreskan secara indefendensial antara apa yang dirasakan dan imajinasinya. Selain itu, kekuatan di balik sastra masih tersimpan pada pengarangnya, tidak sampai pada pembaca, mengakibatkan tingkat klimaks sebuah cerita itu tidak mengandung emulsi sastranya. Masalah inilah yang menjadi titik keambiguan pengarang sastra itu yang perlu dikaji secara mendalam dan mendasar. Salah satu pendekatan yang dianggap mumpuni dapat ditinjau dari teori belajar humanistik. Teori humanistik menekankan pada aspek bagaiamana sastra itu dimplementasikan dalam kehidupan realitas dengan mengarahkan konsep memanusiakan manusia. Walaupun sastra bersifat fiksi, tetapi makna dari cerita yang disampaikan memberikan sebuah otokritik bagi si pembacanya lewat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.