Heru Prasanto
Division Of Nephrology, Department Of Internal Medicine, Faculty Of Medicine, Public Health And Nursing, Universitas Gadjah Mada/Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Management of Thirst in Hemodialysis Patients in Primary Services Sri Lestari; Iri Kuswadi; Heru Prasanto
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 4, No 3 (2021): September
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/rpcpe.70027

Abstract

The incidence and prevalence of chronic kidney disease (CKD) has increased worldwide and in Indonesia. There were about 53,940 people with stage 5 CKD based on data from the Indonesian Renal Registry (IRR) in 2018. Incidence crude rate is 251 per million population and prevalence crude rate is 499 per million population for the entire population1. The prevalence of CKD has almost doubled in 5 years, from 2‰ in 2013 to 3.8‰ in 2018. Hemodialysis (HD) is a renal replacement therapy modality that is in great demand by the public compared to the other two modalities, namely peritoneal dialysis and kidney grafts. In 2018, there was a consistent increase in the number of new patients and active HD patients. Active patients is the total number of patients (either new or old patients) who are still undergoing routine HD. The number of new patients has doubled compared to 2017. This also resulted in a sharp increase in the number of active patients compared to the previous year.
Effect of deep breathing and positive affirmation on blood pressure in essential hypertension Andi Dian Puji Lestari; Riris Andono Ahmad; Heru Prasanto
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 33, No 5 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.307 KB) | DOI: 10.22146/bkm.16845

Abstract

Latar Belakang: Complementary and Alternative Medicine merupakan salah satu strategi penatalaksanaan non-farmakologi. Salah satu konsepnya dikenal dengan istilah self-healing. Deep breathing dan afirmasi positif merupakan  metode self-healing yang paling sederhana, lebih mudah diaplikasikan secara mandiri, praktis untuk dilakukan setiap saat, tidak memerlukan instruktur dan tempat khusus yang kondusif sehingga relevan diterapkan pada pasien dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh kedua metode tersebut terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial di Kabupaten Kulon Progo.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik dengan rancangan eksperimen terkontrol acak. Melibatkan 96 pasien hipertensi esensial yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok intervensi yaitu deep breathing dan afirmasi positif. Kelompok DB diminta untuk melakukan pernafasan perut selama kurang lebih 10 menit, sedangkan kelompok AP diminta untuk mengucapkan salah satu kalimat afirmasi positif yang telah ditentukan secara berulang-ulang dan ritmis di dalam hati selama kurang lebih 10 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum, segera setelah, dan 15 menit setelah intervensi. Perbedaan rerata tekanan darah diuji menggunakan paired t-test dan unpaired t-test sedangkan kekuatan efek size diuji dengan logistic regression.Hasil: Deep breathing dan afirmasi positif dapat menurunkan tekanan darah sistolik (11,9±10,9 dan 13,6±10,5) dan diastolik (8,3±8,4 dan 6,0±8,6) pada pasien hipertensi esensial (p value 0,000; std mean diff>0,7). Rerata tekanan darah pada pengukuran post1 dan post2 tidak berbeda (CI 95%:0,06-4,91). Penurunan tekanan darah pada kedua kelompok tidak berbeda (p value>0,1). Kesimpulan: Efektivitas deep breathing dan afirmasi positif dalam menurunkan tekanan darah adalah sama. Penurunan tekanan darah kedua metode tersebut stabil hingga 15 menit setelah intervensi. Oleh karena itu, perlu diagendakan kegiatan relaksasi rutin untuk pasien hipertensi minimal pada kelompok pasien yang sudah terorganisir seperti Kelompok Hipertensi Prolanis di Puskesmas.