al-Anfal [8]:60 yang mengandung pembahasan tentang perintah untuk mempersiapkan sarana perang dinilai tidak lagi relevan digunakan dalam konteks kehidupan kontemporer yang mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan perdamaian. Salah satu kata kunci yang menjadikan ayat ini dinilai tidak lagi relevan karena terdapat kata quwwah pada ayat tersebut yang ditafsirkan banyak ulama sebagai kemampuan perang berupa memanah dan berkuda. Namun ayat tersebut bekerja dalam konteks kehidupan yang melingkupinya sehingga diperlukan pembacaan aspek linguistik dan konteks yang mendalam untuk menemukan pemaknaan yang relevan. Penelitian ini bertujuan melakukan pemetaan linguistik kata quwwah pada QS. al-Anfal [8]:60 menggunakan teori semiotika Roland Barthes dengan memfokuskan pemetaan sistem linguistik dan sistem mitologi pada kata tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan model deskriptif-analitis. Hasil dari penelitian ini adalah, pertama, dari sistem linguistik ditemukan bahwa kata quwwah dapat bermakna kekuatan, potensi, dan kesiapan. Akan tetapi kosakata ini menjadi dinamis pemaknaannya tergantung dengan kata apa ia disandingkan. Kedua, dari sistem mitologi, terlihat bahwa kata quwwah pada QS. al-Anfal [8]:60 memasuki fase mitos. Fase mitos tersebut ditandai dengan naturalisasi makna tertentu pada kata quwwah dikarenakan faktor-faktor tertentu, seperti kondisi sosio-politik, budaya, tingkat pemahaman, dan juga terdapat peran sebuah agen yaitu nabi Muhammad saw. yang turut menaturalisasi pemaknaan kata quwwah pada ayat tersebut.