Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERAN FILM ANAK-ANAK DALAM MEMBENTUK MASKULINITAS-FEMINITAS SEBAGAI NORMATIVITAS: KAJIAN TERHADAP DUA FILM TV SERI ANAK-ANAK NELLA THE PRINCESS KNIGHT dan SOFIA THE FIRST Ni Made Widisanti S; Shita Dewi Ratih P.
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 26, No 1 (2020): Volume 26 Nomor 1 Tahun 2020
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.724 KB) | DOI: 10.33751/wahana.v26i1.2097

Abstract

ABSTRAKMaskulinitas dan feminitas adalah dua karakter yang terus-menerus disalahpahami sebagai sesuatu yang alami, yaitu "maskulin untuk laki-laki" dan "feminin untuk perempuan". Konsep seks dan gender harus dibedakan karena pemahaman seperti itu menghasilkan pembenaran dari dua karakter yang dibangun sebagai normativitas yang berlaku di masyarakat. Film anak-anak, dalam hal ini, memainkan peran penting dalam membangun pemahaman tentang maskulinitas-feminitas sebagai "atribut personal" laki-laki dan perempuan, tetapi dalam konteks kekinian hanya perempuan yang menerima justifikasi untuk "memiliki" keanekaragaman karakter maskulin dan feminin, sementara  tidak demikian halnya bagi laki-laki. Hal ini menimbulkan masalah yang menyoroti bagaimana justifikasi keragaman karakter pada perempuan dapat dibentuk sebagai normativitas melalui film anak-anak. Analisis secara spesifik dilakukan pada dua tokoh sentral yang ditampilkan dalam serial televisi anak-anak Nella the Princess Knight dan Sofia the First dengan menggunakan perspektif cultural studies. Hasilnya menunjukkan bahwa media TV, melalui tayangan-tayangannya, turut berpartisipasi dalam memberikan pembenaran pembentukan karakter pada perempuan yang secara otomatis mengarah pada pembentukan karakter pada laki-laki. Pembenaran semacam itu disebabkan oleh hegemoni maskulinitas dan budaya patriarki yang memunculkan androsentrisme. Melalui praktik androsentris, pria menjadi pusat kontrol dalam mengevaluasi perempuan sesuai dengan pandangan mereka, sementara hegemoni maskulinitas memastikan maskulinisasi progresif anak laki-laki, sehingga tidak ada pembenaran bagi laki-laki untuk bertukar karakter  menjadi feminin. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa  dominasi patriarki sebagai sistem struktur sosial yang berperan dalam arena pendidikan dan media masih merupakan aspek dominan dalam membentuk pemahaman maskulinitas-feminitas yang menjadi normativitas di masyarakat. Kata kunci: Maskulinitas-feminitas, karakter, justifikasi, normativitas