Kebakaran hutan pernah terjadi beberapa kali di Indonesia dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, salah satu yang terparah adalah kebakaran hutan pada Bulan Oktober 2015. Aerosol adalah polutan hasil emisi kebakaran hutan yang dapat bertransportasi secara long-range dan dapat menimbulkan masalah pernafasan. Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran trajektori aerosol di Kota Bandung pada masa terjadinya kebakaran hutan pada Oktober 2015 menggunakan HYSPLIT-4 Back Trajectory Model dengan data masukan GDAS 0,5ox0,5o. Analisis pengaruh kebakaran hutan terhadap peningkatan konsentrasi aerosol direpresentasikan dengan kenaikan nilai AOD. Nilai AOD yang digunakan adalah data AOD dari MODIS. Hasil keluaran model dianalisis bersama data curah hujan dari GSMaP, data meteorologi NCEP/NCAR, dan data topografi SRTM CGIAR-CSI untuk mendapatkan analisis yang lebih akurat dalam penelusuran trajektori aerosol di Kota Bandung menggunakan HYSPLIT-4 Back Trajectory Model. Pada periode Oktober 2015 terlihat bahwa nilai AOD di Kota Bandung cenderung tinggi bahkan mencapai nilai maksimum 1,406. Hal ini mengindikasikan adanya kenaikan konsentrasi aerosol pada Bulan Oktober 2015. Plot trajektori menyatakan aerosol di Kota Bandung cenderung berasal dari tenggara dan timur Kota Bandung diantaranya diduga berasal dari Samudera Hindia, Cilacap, Ciamis, Garut, Sumedang, Padalarang, ataupun Cimahi. Tingginya nilai AOD mengindikasikan adanya sumber aerosol yang mengemisikan aerosol secara masif sebelum trajektorinya sampai di Kota Bandung. Kebakaran Hutan Kareumbi di Sumedang, kebakaran Hutan Papandayan di Garut, dan kebakaran hutan di kawasan Gunung Masigit di Padalarang pada Bulan Oktober 2015 dipercaya sebagai pemicu utama tingginya nilai konsentrasi aerosol di Kota Bandung.