Bintang Krisna Airlangga Sofyan
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polittik, Universitas Airlangga

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Budaya keranjingan penggemar band Indie Bintang Krisna Airlangga Sofyan
Jurnal Sosiologi Dialektika Vol. 14 No. 2 (2019): Jurnal Sosiologi Dialektika
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.787 KB) | DOI: 10.20473/jsd.v14i2.2019.95-102

Abstract

Cikal bakal terbentuknya atmosfir Indie di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 1970-an sebagai pendahulu. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy (Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Didukung kemajuan teknologi internet yang memperkenalkan karya kepada audiens yang berpotensi besar dengan biaya lebih rendah melalui music blog, jejaring sosial seperti Myspace, Spotify, dan Joox yang juga digunakan perusahaan musik independen untuk membuat kemajuan besar dalam bisnisnya. Kemudian, ditunjang keseriusan label rekaman independen oleh Aksara Records dan De Majors di Jakarta dan FFWD Records di Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh band Indie yang mengangkat potret sosial terhadap budaya keranjingan bagi penggemarnya. Keranjingan bisa dibilang dengan kata lain adalah kecanduan, keranjingan atau kecanduan adalah sebuah tingkah laku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik fisik, psikologis maupun fisiolgis. Studi ini menunjukkan karena adanya tingkah laku avid yang tercipta dari lingkungan yang banyak orang suka dengan band Indie sehingga mau tidak mau orang yang tidak terlalu suka kritik sosial band Indie akan bergabung di lingkungannya yang pada akhirnya menciptakan perilaku keranjingan karena lingkungan. Semua informan dalam penelitian ini adalah penggemar band Indie kritik sosial. Ini bisa dilihat dari kepemilikan lebih dari dua merchandise dan selalu datang ke acara band Indie di Surabaya. Namun, dalam menjadi penggemar band-band Indie tidak ada asosiasi penggemar yang menyukai band-band Indie. Itu karena para penggemar band ini cenderung menjadi penggemar pribadi atau individualistis.