Mila Harfila
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

RITUAL MACCERA DARAME DALAM SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL SEBAGAI KEARIFAN LOKAL ORANG BUGIS DI DESA TOMBEKUKU, KECAMATAN BASALA, KABUPATEN KONAWE SELATAN Mila Harfila; Syam sumarlin
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 2 (2019): Volume 3 Nomor 2 Juli - Desember 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.836 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v3i2.983

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan makna ritual maccera darame dalam sistem pertanian tradisional sebagai kearifan lokal orang Bugis di Desa Tombekuku. Teori yang digunakan adalah teori Victor Turner tentang makna simbol. Metode penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terlibat (observtion participation)dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil Penelitian menunujukkan bahwa: ritual maccera darame dilaksanakan dua kali dalam setahun oleh setiap keluarga petani yang telah selesai melaksanakan panen. Proses ritual maccera darame mempunyai beberapa tahapan, dimulai dari mengadakan musyawarah dengan keluarga, mengumpulkan bahan-bahan perlengkapan ritual yang akan digunakan. Tahap selanjutnya adalah sandro ase akan memulai ritual dan diakhiri dengan makan bersama. Makna yang terkandung dalam ritual ada dua yaitu makna perilaku yang dilakukan oleh sandro ase seperti (diam dimaknai sebagai penenang jiwa, agar hasil panen yang didapatkan datang dengan tenang dan tulus, gerak dimaknai sebagai pengusir roh-roh jahat yang menganggu, gerak juga dimaknai sebagai pemanggil rejeki). Makna perlengkapan yang dipakai dalam ritual Maccera Darame seperti (padi, beras (biasa, ketan putih, ketan hitam) dimaknai sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta atas rejeki yang di dapatkan, nasi ketan dua macam (ketan hitam & ketan putih) juga dimaknai/ menyimbolkan arah matahari (Timur & Barat), ayam dimaknai sebagai persembahan kepada leluhur, tempurung kelapa yang di tempati darah ayam dimaknai sebagai tempat/ wadah berkumpulnya rezeki, darah ayam yang diusapkan pada jerami padi dimaknai agar hasil panen padi selalu berkembang dan mengalami peningkatan dari panen padi sebelumnya, dupa, arang dan kemenyan dimaknai sebagai penghubung antara Sandro dengan mahluk gaib).