R.M. Pramutomo
Institut Seni Indonesia Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak R.M. Pramutomo; Slamet MD Slamet MD; Tubagus Mulyadi
PANGGUNG Vol 28, No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.479 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v28i3.506

Abstract

ABSTRACTThis article discusses the Java opera called Langen Carita from early 19th century which was used as educational media for the Javanese native. A figure of Hadi Sukatno was firstly trusted by Ki Hadjar Dewantara, a founder of Taman Siswa School, to use a Langen Carita. Specifically, this article deliberates Jaka Tingkir as Langen Carita in its current performance. This article based on qualitative reserach combined with the historical arts method. It uses a heuristic method to validate data and to critisize the sources. The main approach of this article is ethnochoreology according to the materials used in a dance drama as a branch of performing arts studies. Ethnochoreological perspectives are needed to find the basic creation of an opera dance drama in which dance is viewed as a cultural product.Keywords: langen carita, opera, values of education, history.ABSTRAKArtikel ini mendiskusikan sebuah fenomena opera Jawa yang sejak awal dirancang untuk media pembelajaran bagi para warga pribumi. Sosok Ki Hadi Sukatno yang pertama kali dipercaya oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menggunakan media Langen Carita. Secara khusus, artikel ini membahas Langen Carita Joko Tingkir di masa kini. Kajian artikel ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode sejarah seni. Sebagaimana dalam metode sejarah, maka di dalam sejarah seni sifat data kualitatif itu dicermati melalui kritik sumber. Langkah kritis ini lazim disebut sebagai langkah heuristik pada metode sejarah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sebuah objektivitas pada kajian. Selain itu, pendekatan utama dalam pengkajian ini adalah pendekatan etnokoreologi. Pendekatan ini lazim dilakukan dalam spesifikasi metode sejarah seni yang agak berbeda dengan metode sejarah. Pendekatan etnokoreologi adalah pendekatan dengan menempatkan kedudukan tari sebagai objek multidimensional. Dikarenakan objek tari adalah multidemensi, maka diperlukan pengkajian setiap sisi dimensi yang ada pada objeknya. Etnokoreologi secara metodologis cocok untuk melihat Langen Carita sebagai genre dramatari yang merupakan sebuah produk budaya.Kata Kunci: langen carita, opera, nilai edukasi, sejarah
Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak R.M. Pramutomo; Slamet MD Slamet MD; Tubagus Mulyadi
PANGGUNG Vol 28 No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v28i3.506

Abstract

ABSTRACTThis article discusses the Java opera called Langen Carita from early 19th century which was used as educational media for the Javanese native. A figure of Hadi Sukatno was firstly trusted by Ki Hadjar Dewantara, a founder of Taman Siswa School, to use a Langen Carita. Specifically, this article deliberates Jaka Tingkir as Langen Carita in its current performance. This article based on qualitative reserach combined with the historical arts method. It uses a heuristic method to validate data and to critisize the sources. The main approach of this article is ethnochoreology according to the materials used in a dance drama as a branch of performing arts studies. Ethnochoreological perspectives are needed to find the basic creation of an opera dance drama in which dance is viewed as a cultural product.Keywords: langen carita, opera, values of education, history.ABSTRAKArtikel ini mendiskusikan sebuah fenomena opera Jawa yang sejak awal dirancang untuk media pembelajaran bagi para warga pribumi. Sosok Ki Hadi Sukatno yang pertama kali dipercaya oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menggunakan media Langen Carita. Secara khusus, artikel ini membahas Langen Carita Joko Tingkir di masa kini. Kajian artikel ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode sejarah seni. Sebagaimana dalam metode sejarah, maka di dalam sejarah seni sifat data kualitatif itu dicermati melalui kritik sumber. Langkah kritis ini lazim disebut sebagai langkah heuristik pada metode sejarah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sebuah objektivitas pada kajian. Selain itu, pendekatan utama dalam pengkajian ini adalah pendekatan etnokoreologi. Pendekatan ini lazim dilakukan dalam spesifikasi metode sejarah seni yang agak berbeda dengan metode sejarah. Pendekatan etnokoreologi adalah pendekatan dengan menempatkan kedudukan tari sebagai objek multidimensional. Dikarenakan objek tari adalah multidemensi, maka diperlukan pengkajian setiap sisi dimensi yang ada pada objeknya. Etnokoreologi secara metodologis cocok untuk melihat Langen Carita sebagai genre dramatari yang merupakan sebuah produk budaya.Kata Kunci: langen carita, opera, nilai edukasi, sejarah
Transformation Bedhaya Dance in Java Society: Rituals, Ceremonials, Entertainment R.M. Pramutomo; Sriyadi Sriyadi
Paramita: Historical Studies Journal Vol. 35 No. 1 (2025): History of Education
Publisher : istory Department, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang in collaboration with Masyarakat Sejarawan Indonesia (Indonesian Historical Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v35i1.4820

Abstract

Abstract: Bedhaya is a dance genre that lives and develops in Javanese society. This dance is a legacy of the times of the Hindu Buddha. In the course of the bedhaya dance era, it changed. This article aims to reveal the changes in the dance function of bedhaya and to examine its existence in Javanese society. The research used is qualitative with a historical approach. The data collection technique used is the archival studies method. The result showed bedhaya dance derived from the dance offerings performed by devadaҫi. In the times of Mataram Islam, it was used to legitimize the king’s position. The Bedhaya dance had a significant role in maintaining the king's authority when the palace lost political, economic, and juridical power during colonialism. During its development, the palace was only for cultural preservation. It can be presented outside the palace walls as an art of tourism. In the modern era, Bedhaya dance is one of the references in creating contemporary dance. The change in the function of the Bedhaya dance is accompanied by changes in how it is presented, the accompanying narrative, and the essence conveyed. This shows that changes in the views and ideas of Javanese society influence its artistic creations. Abstrak:  Tari bedhaya adalah salah satu genre tari yang hidup dan berkembang di masyarakat Jawa. Tari ini merupakan sebuah warisan dari zaman Hindu-Budha sampai sekarang. Dalam perjalanannya dari masa-kemasa tari bedhaya mengalami perubahan. Penulisan artikel ini ingin mengungkapkan perubahan fungsi tari bedhaya, guna mengatahui eksistensinya dalam masyarakat Jawa. Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan sejarah. Teknik pengumpulan data menggunakan metode studi arsip. Hasil penelitian menunjukkan, tari bedhaya bersumber dari tari persembahan yang dilakukan oleh para devadaҫi. Pada zaman Mataram Islam tari bedhaya digunakan sebagai sarana legitimasi kedudukan raja. Tari bedhaya memiliki peranan signifikan dalam menjaga kewibawaan raja ketika kraton kehilangan kekuasaan politik, ekonomi, dan yuridis pada masa kolonialisme. Dalam perkembangannya, kraton hanya menjadi wadah pelestarian budaya. Tari bedhaya dapat disajikan di luar lingkungan kraton yang berfungsi sebagai seni pariwisata. Di era modern, tari bedhaya menjadi salah satu referensi dalam penciptaan karya tari kontemporer. Perubahan fungsi tari bedhaya disertai perubahan cara penyajian, narasi yang menyertai, serta esensi yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pandangan dan gagasan masyarakat Jawa berpengaruh pada kreasi seninya.