p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Scientific Journal
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Koto Balingka Pasaman Barat Tahun 2019 Sintia, Wamer; Adelin, Prima; Fionaliza
Scientific Journal Vol. 1 No. 2 (2022): SCIENA Volume I No 2, March 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.142 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i2.28

Abstract

Latar belakang: Stunting adalah kondisi dimana balita gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis sehingga balita lebih pendek untuk usianya. Menurut Kemenkes tahun 2018 stunting adalah balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD / standar deviasi (stunted) dan kurang dari –3SD (severely stunted), banyak faktor yang menyebabkan kejadian stunting, yaitu karakteristik anak berupa jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, infeksi TB, asupan energi rendah, pola pengasuhan tidak ASI ekslusif, pelayanan kesehatan imunisasi yang tidak lengkap, dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, status ekonomi keluarga dan sanitasi yang buruk, jika faktor-faktor tersebut tidak di perhatikan maka angka kejadian stunting akan terus meningkat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor resiko kejadian stunting pada balita di kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat tahun 2019. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Januari di wilayah Kecamatan Koto Balingka. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kategorik dengan pendekatan cross sectional, populasi nya adalah balita yang di diagnosisi stunting dengan jumlah 100 balita, metode pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, analisa data dengan sistem komputerisasi spss versi 25. Hasil: Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 68 balita (68,0%), balita yang memiliki imunisasi lengkap 96 balita (96,0%), banyak balita yang tidak mengalami BBLR yaitu 93 balita (93,0%), lebih banyak balita yang tidak memiliki riwayat TB yaitu 97 balita (97,0%), pekerjaan ayah balita terbanyak adalah pekerjaan non formal (96,0%), lebih dari setengah rumah balita yang tidak mempunyai sumber air bersih yaitu 61 rumah (61,0%), dan banyak rumah balita tidak memiliki jamban yaitu 82 rumah (82,0%). Kesimpulan: balita stunting di wilayah koto balingka berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, pekerjaan orangtua yang masih dibawah UMR, serta masih banyak rumah anak balita stunting yang tidak memiliki sumber air bersih dan jamban.
Gambaran Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 Risba, Deah; Z. Oktora, Meta; Fionaliza
Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2022): SCIENA Volume I No 1, January 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.192 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i1.22

Abstract

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Indonesia termasuk dalam tujuh penderita diabetes terbanyak di dunia. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode pengambilan sample simple random sampling. Populasi  pada  penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Analisa secara univariat ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian 40 penderita diabetes mellitus tipe 2 yaitu terbanyak usia ≥45 tahun (80%), jenis kelamin laki-laki (60%), indeks massa tubuh (IMT) obesitas (62,5%), memiliki riwayat keluarga (62,5%), hipertensi (55%), kadar gula darah tidak terkontrol (62,5%), tidak mengalami komplikasi (72,5%) dan komplikasi terbanyak yaitu syok (12,5%). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, IMT, riwayat keluarga dan hipertensi merupakan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 dan komplikasi terbanyak adalah syok.