Agus Setyawan
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unila

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IMUNOGENISITAS HEAT KILLED VAKSIN INAKTIF Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Fredi Wintoko; Agus Setyawan; Siti Hudaidah; Mahrus Ali
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.34 KB)

Abstract

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri penyebab penyakit furunculosis dan carp erytrodermatitis. Saat ini sudah dikembangkan vaksin inaktif A. salmonicida dengan formalin yang memiliki imunogenisitas yang cukup tinggi. Vaksin inaktif dengan metode lain perlu dilakukan, salah satunya inaktivasi dengan pemanasan (heat killed). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui imunogenisitas heat killed vaksin A. salmonicida pada ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2012, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara pemberian vaksin dan tanpa pemberian vaksin. Bakteri A. salmonicida diinaktifasi dengan pemanasan pada suhu 100ºC selama 1 jam. Uji viabilitas dilakukan pada media GSP (Glutamat Starch Pseudomonas) untuk memastikan bakteri sudah inaktif. Konsentrasi vaksin diukur dengan spektofotometer ( =625 nm) dan dibandingkan dengan standar Mc Farland. Vaksinasi dilakukan dua tahap secara injeksi intraperitoneal, vaksinasi I dilakukan dengan konsentrasi 107 sel/ikan dengan volume 0,1 ml/ikan. Vaksinasi II dilakukan 8 hari setelahnya dengan konsentrasi yang sama. Pengambilan darah untuk pengamatan hematologi dilakukan sebelum vaksin, 7 hari setelah vaksinasi I, 7 hari setelah vaksinasi II. Ikan yang divaksinasi menunjukan adanya peningkatan imunogenisitas yang ditandai dengan peningkatan nilai titer antibodi, total leukosit, dan korelasi negatif antara total leukosit dengan hematokrit.
PERUBAHAN JARINGAN ORGAN IKAN KOMET (Carrasius auratus) PERUBAHAN JARINGAN ORGAN IKAN KOMET (Carrasius auratus) YANG DI INFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila Rahmat Yulianto; Yudha Trinoegraha Adipura; Wardiyanto -; Agus Setyawan
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.511 KB)

Abstract

Infeksi penyakit khususnya yang disebabkan oleh bakteri patogen pada ikan hias yang dijual di toko ikan hias sangat mudah terjadi dan merugikan penjual dan konsumen ikan hias. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri patogen pada ikan komet (Carassius auratus) dari toko ikan hias di Kota Bandar Lampung dan mengamati perubahan jaringan organ ikan yang terinfeksi oleh bakteri patogen tersebut. Sampel ikan diperoleh dari toko ikan hias di daerah Rajabasa. Sampel bakteri patogen diisolasi dari tubuh ikan komet dan Postulat Koch dilakukan untuk memastikan bakteri tersebut sebagai patogen pada ikan komet. Identifikasi bakteri dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung. Perubahan jaringan organ seperti insang, jantung, hati, ginjal, otot dan usus diamati pada tingkat konsentrasi bakteri (105-108 CFU/ikan). Hasil menunjukkan bahwa Aeromonas hydrophila teridentifikasi sebagai bakteri patogen pada ikan komet. Perubahan gejala  klinis dan jaringan organ menunjukkan kerusakan yang berbeda pada tingkat konsentrasi yang berbeda. Perubahan gejala klinis mulai tampak tetapi tidak diikuti dengan kerusakan jaringan organ terjadi pada konsentrasi bakteri 105 CFU/ikan. Kerusakan jaringan organ semakin parah dengan meningkatnya konsentrasi bakteri. Kerusakan jaringan organ kronis, sub akut  dan akut dapat teramati dengan jelas pada perbedaan konsentrasi bakteri antara 106, 107dan 108 CFU/ikan. Infeksi Aeromonas hydrophila yang merugikan usaha penjualan ikan hias memerlukan tindakan penanggulangan seperti karantina, biosekuritas, vaksinasi dan pemberian probiotik atau prebiotik.