Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa ketidakberhasilan suatu proses berbahasa dilaksanakan karena adanya unsur makian, juga adanya kecenderungan orang senang menggunakannya, selain makian merupakan suatu kebiasaan yang tidak terpuji, tidak sopan, melanggar nilai-nilai sosial dalam suatu budaya tertentu. Selain itu, makian secara psikologi dapat berdampak negatif terhadap pengguna dan orang yang senantiasa mendapatkan atau mendengarkan makian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekontradiksian eksistensi makian, seperti yang disebutkan di atas, baik tentang ketidakberhasilan berkomunikasi karena unsur makian, kesenangan orang menggunakannya, juga bentuk dan referensi makian, serta dampak psikologi yang ditimbulkannya yang ditinjau berdasarkan strata sosial masyarakat bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan. Subjek penelitian adalah masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Tamalatea Kota Makassar Sulawesi Selatan berdasarkan Stara Sosialnya sebanyak 15 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, sadap, pancing, simak, catat, dan rekam. Seluruh data yang diperoleh dianalisis melalui tahap (1) pengelompokkan data sejenis, (2) membaca data secara menyeluruh, (3) menganalisi data dengan metode ”padan intra lingual dan padan ekstralingual”, (4) menyusun interpretasi, dan (5) mendeskripsikan data menjadi simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) makian tidak berterima pada bentuk komunikasi bahasa secara umum. (2) Makian dapat berterima pada kelompok masyarakat bahasa tertentu. (3) Makian digunakan untuk mengintimidasi, menguasai, pengungkap kekecewaan, ketertakjuban, pelindung diri, mengacaukan, dan kepopuleran. (4) Ada kesamaan dan perbedaan penggunaan makian di masing-masing strata sosial masyarakat bahasa, baik berdasarkan bentuk dan referensi, tujuan, dan karakter yang ditampilkan. (5) Makian secara psikologi berdampak negatif pada pengguna dan penerimanya.