Kus Sudarsono
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pendidikan Pembuatan Film Pada Remaja Yang Berusia 16-18 Tahun Kus Sudarsono
ULTIMART Jurnal Komunikasi Visual Vol 7 No 1 (2014): Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1316.007 KB) | DOI: 10.31937/ultimart.v7i1.373

Abstract

Perkembangan teknologi membuat pembuatan film menjadi lebih murah dan mudah diakses oleh semua kalangan, bukan lagi terbatas pada para profesional saja. Industri film menawarkan kesempatan kerja yang luas, dari kritikus sampai dengan produser. Pendidikan film formal bagi remaja berusia 16-18 tahun yang sedang menjalani Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan, masih terbatas pada sekolah kejuruan broadcasting, selebihnya merupakan kegiatan ekstrakurikuler dan metode otodidak. Melalui metode kualitatif wawancara, penulis akan melakukan analisis efek dari penerapan pendidikan film pada remaja pada umumnya. Key words : Pendidikan Film, Karir, Remaja, Industri Film.
Transformasi Lembaga Swadaya Masyarakat Menuju Wirausaha Sosial: Studi Kasus Komunitas Film AyoFest Kus Sudarsono
ULTIMART Jurnal Komunikasi Visual Vol 8 No 2 (2015): Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1011.547 KB) | DOI: 10.31937/ultimart.v8i2.468

Abstract

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memberikan manfaat yang banyak dan beragam bagi kehidupan masyarakat luas, mulai dari bidang pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, perbaikan lingkungan hidup dan lain sebagainya. Tantangan yang dihadapi oleh LSM adalah ketergantungan pada lembaga donor yang biasanya berasal dari luar negeri, serta tren menurunnya pembiayaan lembaga donor bagi LSM di Indonesia. Tanpa adanya pendanaan dari lembaga donor, maka kegiatan LSM tersebut akan berkurang, bahkan berhenti. Social entrepreneur merupakan sebuah format bisnis yang dapat dipergunakan LSM untuk dapat menjadi mandiri, meninggalkan ketergantungan terhadap lembaga donor. Penyaluran dana Corporate Social Responsibility melalui Social entrepreneur merupakan alternatif pendanaan untuk sebuah pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan serta menghilangkan ketergantungan pada sumber donor dari luar negeri. Komunitas Ayofest merupakan komunitas yang memfokuskan diri pada pendidikan sinematografi pada remaja yang kurang mampu sebagai life skill di kemudian hari. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka dan wawancara. Keywords: Social Entrepreneur, pendidikan sinematografi, Lembaga Swadaya Masyarakat, remaja